"Aku tidak apa-apa. Tidak perlu minta maaf."
Marilyn sedang berbicara dengan Jeff di telepon. Tunangannya itu baru menelepon ketika dia baru saja bangun tidur. Jeff meminta maaf atas kejadian tadi malam, terdengar sangat menyesal karena meninggalkan Marilyn di tengah-tengah percintaan mereka, dan dia tahu, Marylin kecewa terhadap perilakunya tersebut.
"Kau tidak perlu khawatir padaku. Aku mengerti, mungkin kau sedang ada masalah dengan pekerjaanmu. It's okay."
Nada suara wanita begitu lembut, terdengar begitu pengertian dan sabar.
"Hati-hati di jalan. Ya, aku juga mencintaimu."
Marilyn menutup telepon dari Jeff dibarengi dengan sebuah suara tepuk tangan. Tepuk tangan dari seorang laki-laki yang saat ini sedang berbaring miring di atas ranjangnya.
"Waw... kau benar-benar wanita yang jahat."
Marilyn tidak menanggapi perkataan laki-laki itu kemudian melanjutkan menyisir rambutnya di depan cermin.
"Pagi-pagi sekali tunanganmu menelepon untuk meminta maaf, dan kau baru saja tidur dengan laki-laki lain." Laki-laki itu berkata sambil menyibak selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Dia berdiri kemudian berjalan ke arah Marilyn.
"Kuakui, kau benar-benar hebat, Sayang," ucapnya yang kini telah berdiri di belakang Marilyn, sambil kedua tangannya meremas bahu mulus perempuan yang dibalut jubah tidur tipis berwarna merah itu.
"Aktingmu sangat bagus. Kau sungguh layak mendapatkan penghargaan Oscar." Bibir laki-laki itu mengecup puncak kepala Marilyn sembari menatapnya melalui cermin.
Marilyn balas menatap laki-laki itu melalui cermin. Bibirnya menyunggingkan senyuman licik.
"Bagaimana kau bisa melakukannya?" tanyanya pada Marilyn sambil memberikan kecupan-kecupan kecil di leher wanita itu.
"Aku tidak melakukan apa-apa," tegas Marilyn.
"Benarkah?"
Laki-laki itu masih menghujani Marilyn kecupan di daerah sensitifnya. Mengusap naik turun lengan Marilyn dengan lembut.
"Kau membuatku cemburu, Sayang." Laki-laki itu kembali menatap Marylin melalui cermin.
Marilyn menghentikan kegiatannya menyisir. Dia berbalik untuk menghadap laki-laki tersebut.
"Apa kau benar-benar cemburu?" tanyanya sedikit tidak percaya.
"Tentu saja. Kau bilang kalau kau juga mencintainya di saat masih ada aku di sini," sindirnya.
Marilyn mengangkat tangannya, lalu mengusap wajah laki-laki itu yang sedikit ditumbuhi cambang halus.
"Kau tahu, aku hanya mencintaimu."
Marilyn mendongak, tersenyum menggoda, lalu memberikan kecupan di bibir laki-laki itu.
"Tapi, kau juga tidur dengannya."
Marilyn menurunkan kembali tangannya dan mengabaikan tatapan laki-laki itu.
"Kau dan aku punya tujuan yang sama. Bukankah kau bilang tidak apa-apa jika aku tidur dengannya?" Marilyn sedikit kesal dengan perkataan laki-laki itu. Dia memang tidur dengan Jeff, tapi itu semua adalah bagian dari rencana mereka.
"Ah, benarkah?" Tangan laki-laki itu kembali meremas pundak Marilyn.
"Tapi, kau harus mendapatkan hukuman, Sayang."
Laki-laki itu menyingkirkan jubah tipis yang melekat di tubuh kekasihnya. Hanya menyisakan gaun tidur berenda yang tipis. Matanya menatap tubuh Marilyn melalui cermin, seolah menelanjangi perempuan itu; dia tahu bahwa kekasihnya tidak mengenakan apa-apa dibalik gaun tidur tersebut. Senyum licik penuh tipu daya pun tesungging di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby, Pull Me Closer- E-BOOK DI PS
RomantizmElena harus terbang ke New York, tempat Jefferson Campbell berada. Cukup satu yang diinginkannya. Status dari bayi yang dikandungnya saat ini. Setelahnya, dia akan menghilang dari kehidupan laki-laki itu. "Apa kau yakin, bahwa itu benar-benar anakku...