Elena kini telah berada di dalam taksi yang akan membawanya ke perusahaan milik Jefferson Campbell. Taksi berjalan melambat ketika melewati jembatan Bronklyn. Elena belum pernah menginjakkan kaki di New York. Ini pertama kalinya.
Jangan tanya dia bisa tahu alamat perusahaan Jeff dari mana. Dia mendapatkan alamat perusahaan tersebut dari internet tentu saja. Satu bulan terakhir ini, dia berusaha mencari tahu semua tentang laki-laki itu, setelah tahu dia tahu jika dirinya sedang mengandung. Kemudian dengan mengumpulkan keberanian yang ada dia pergi ke New York.
Sebenarnya, Elena hanya gadis desa biasa. Dia lahir dan besar di Purcellville, Virginia. Harinya hanya diisi dengan bagaimana menanam anggur yang baik dan menjadikannya minuman terbaik di seluruh dunia. Elena gadis mandiri dengan otak pintar dan wajah cantik memesona. Banyak laki-laki di tempat kelahirannya terpikat oleh kecantikan wajahnya. Namun, dia tidak begitu peduli dengan semua itu.
Elena menurunkan kaca jendela taksi tersebut. Meyorongkan kepalanya hingga keluar. Menghirup udara kota New York. Tidak buruk, walaupun tidak sesegar udara di perkebunan anggurnya.
Matanya menikmati keindahan jembatan Bronklyn dan air sungai Hudson yang mengalir di bawahnya. Gedung-gedung tinggi pencakar langit yang mendominasi sepanjang mata memandang. Deretan mobil-mobil yang berlalu lalang seolah memperlihatkan betapa sibuknya kota ini. Rasa khawatirnya sedikit lenyap dengan melihat pemandangan yang disuguhkan oleh kota New York. Tadinya dia gugup dan khawatir jika laki-laki itu akan mengabaikan atau bahkan menendangnya keluar sebelum Elena selesai bicara.
Jari-jari ramping Elena mengusap perutnya yang masih rata. Malam itu sungguh tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup. Bagaimana dia tidur dengan laki-laki itu. Laki-laki yang baru saja ditemuinya dalam sebuah pesta. Elena pasti suda gila. Dia tidak sungguh-sungguh menolak pada malam itu. Dalam dirinya, Elena menginginkannya juga.
Elena menjumput sebagian rambut kuning kecoklatannya yang terbang diterpa angin. Dia memasukkan kepalanya kembali dan menutup jendela.
Akhirnya dia sampai di depan sebuah bangunan yang menjulang tinggi di depannya. Blue Sky Hotels Groups.
Elena mengatur napasnya sebentar sebelum menginjakkan kaki di perusahaan besar tersebut. Pintu kaca besar sudah menyambutnya di depan. Langkah kakinya tidak goyah sedikitpun. Dia langsung menuju ke meja resepsionis. Terlihat tiga orang wanita yang cantik yang sedang berdiri dengan seragam blazer hitam lengkap dengan scraf yang dililit apik di leher mereka. Rambut mereka disanggul dengan sangat rapi.
"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya salah satu wanita yang ada di sana dengan sopan.
" I am Sorry, bisakah saya bertemu dengan Mr.Campbell?" tanya Elena sedikit ragu.
Wanita di depannya mengamati Elena dengan saksama. Seolah sedang menelanjangi tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu hanya bisa menelan saliva dengan susah payah. Dia gugup dan malu.
Memang tidak mudah untuk bertemu dengan laki-laki itu. Bahkan wanita di depannya ini seolah menatapnya dengan jijik. Elena memang hanya mengenakan pakaian ala kadarnya. Sebuah kemeja berlengan panjang yang sedikit kebesaran dan celana jeans sobek-sobek dan sepatu bott yang sedikit usang. Rambutnya pun hanya digerai begitu saja. Terlihat sedikit berantakan. Katakan kalau dia sudah tidak waras. Bagaimana bisa pegawai wanita itu tidak memandang aneh padanya.
Berry -kakaknya yang kedua- selalu mengkritik penampilannya. Laki-laki itu selalu membandingkan dirinya dengan Sarah -kekasihnya. Dan Elena baru sadar jika perkataan Berry benar. Dia terlihat konyol dengan pakaian lusuh datang menemui seorang pemilik perusahaan terkemuka di kota New York.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby, Pull Me Closer- E-BOOK DI PS
RomanceElena harus terbang ke New York, tempat Jefferson Campbell berada. Cukup satu yang diinginkannya. Status dari bayi yang dikandungnya saat ini. Setelahnya, dia akan menghilang dari kehidupan laki-laki itu. "Apa kau yakin, bahwa itu benar-benar anakku...