November

214 12 2
                                    

Selamat datang untukmu yang menjadi bagian dari November. Terima kasih telah menyerahkan diri dan membiarkanku membaca dirimu. Jangan bosan menunjukkan bahwa tanda-tanda semesta itu luar biasa. Dan jangan bosan mengungkapkan apa yang menjadi isi kepala. Karena yang hobi membaca tidak berarti ahli memahami maksud meski tanpa berkata-kata.

Perkenalkan.
Aku adalah perempuan yang merintih di bahu semesta kala November membuatku perih. Sedang November adalah sajak berisi tentang dinginnya hatimu yang dapat membekukan hatiku.

Di antara hari-hari sepanjang November, kukirimkan puisi melalui angin yang menggerakkan mendung ke bumimu. Semoga kelak mendung itu menjadi hujan yang basahi genting rumahmu atau bahkan tubuhmu. Saat hujan turun, puisi-puisiku telah sampai di pelataran rumahmu. Mereka tak pernah kuperkenankan untuk berlindung di pelukanmu. Sekali pun petir menyambarnya. Sekali pun badai mengembalikannya padaku. Sebab kutahu bukan puisi milikku yang hendak kau nikmati setiap diksinya.

Biarkan puisiku memandangmu di kejauhan. Ia hanya kuutus untuk memastikan kau baik saja. Biarkan pula mereka menjadi saksi bahwa di hatimu, sekumpulan rindu bertumbuh. Bersiap menjadi sajak-sajak yang diterbangkan dari atas sajadah; menuju Tuhannya.

Mendoalah!
Sama sepertimu, aku pun akan mendoa melalui puisi-puisi yang kuciptakan saat rintik dan rindu bertaut. Tak mengapa jika isi doamu tentang dia sedang doaku tentangmu. Tak mengapa pula jika doa-doa kita berbenturan. Setidaknya kutahu, di antara doa-doa takkan pernah terjadi perselisihan. Kelak, biar Tuhan menentukan, di antara kita, siapa yang paling lihai merayu Tuhan.

Semogamu ku-aamiin-kan. Meski tak ada namaku di antara semoga dan aamiin-mu.

NOVEMBER (Prosa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang