Sedari ada kita, cerita yang tertulis hanyalah perihal kita.
Tak perlu mencari tahu siapa yang memulai. Sebelum ada kita, sebenarnya benih telah sama-sama kita sebar. Hanya aku tak mau menyadari. Sedang kau tak berani mengakui. Sampai tiba sebuah kesempatan yang mungkin Tuhan anggap tepat. Aku dan kamu berupaya menjadi kita yang saling. Entah saling menyayangi atau saling mengisi ruang kosong--dalam hati.
Aku dan kau adalah sepasang kawan yang menyaru pasangan kekasih. Betapa lucunya dua anak manusia yang (mungkin) merasa ingin diprioritaskan orang lain. Betapa lugunya ketika pertanyaan tentang status hanya dijawab dengan senyuman.
Aku menginginkanmu. Meski aku tak tahu akan kau balas apa harapanku. Kukira kata-kata sayang sudah cukup untuk menjadi modal menghidupkan kita. Ternyata kata-kata itu tetap saja membiaskan kita.
Aku memang tak tahu diri. Sedang kau terlalu cepat sadar diri. Bahwa aku tak pantas kau dampingi. Bahwa aku tak patut kau sayangi.
Aku bukan cerita yang tepat untuk diperdengarkan kepada teman-temanmu. Aku tak miliki paras bidadari yang dapat kau puja di hadapan teman-temanmu. Aku tak miliki apa-apa yang dapat diunggulkan. Barangkali itu yang menjadikan kesempatan kita, hanya rahasia bagi semesta.
Terima kasih, akhirnya kutahu bahwa kita hanyalah kesepakatan yang lahir sebab kesempatan: kau sempat tertarik kepadaku sebelum kata-katamu ditarik ulur.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEMBER (Prosa)
RomanceSebab waktu di sepanjang November yang basah, menggeliatkan rindu yang resah. Dan hujan adalah lorong waktu bagi para penjelajah amygdala.