Chapter 02 || Orion marah

37.6K 3.2K 76
                                    

Instagram : unianhar

Mata tajam berwarna hitam pekat itu sejak tadi melirik Zoya di sampingnya. Ia berdecak berdiri meraih rambut panjang Zoya lalu menyisirnya dengan telanten. Zoya tidak menolak karena itu sudah biasa dilakukan.

"Diikat at--"

"Ikat aja," sela Zoya mengulurkan ikat rambut kecil berwarna hitam. Setelah mengikat rambutnya, pemuda itu kembali duduk di kursi.

"Loh, udah bisa rapiin rambut sendiri?" tanya Moza melihat rambut putrinya sudah tertata rapi. Meski Zoya sudah berusia hampir 15 tahun ia tetap tak bisa merapikan rambutnya. Zoya bisa melakukannya asal-asalan hingga Moza selalu turun tangan sendiri.

"Kak Ori yang ngikat." Zoya menunjuk Orion dengan dagu.

Moza tersenyum berterima kasih. Setidaknya ada Orion yang bisa menggantikan perannya sesaat. Dari dulu sampai sekarang Orion memang sering membantu Zoya merapikan rambutnya.

"Orion sarapan yang banyak ya!" Moza menatap Orion lembut.

Orion tinggal sendiri di apartemen sebelah jadi Moza selalu memintanya makan malam dan sarapan bersama Zoya. Kadang Orion menolak tak ingin merepotkan tetapi Moza dan Zoya selalu memaksanya.

"Kok cuma Kak Ori? Zoya nggak?"

Moza menggeleng tak habis pikir dengan putrinya itu. Padahal Orion temannya tapi masih saja iri kalau Moza memperhatikan Orion.

"Kamu juga dong, Sayang."

Zoya tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya. Ia makan dengan lahap menghabiskan rotinya. Selesai sarapan Moza mengantar Zoya dan Orion ke sekolah sebelum ke kantor. Karena usia Orion baru 16 tahun ia tak diperkenankan membawa kendaraan sebelum cukup umur jadi kadang ia pulang-pergi diantar sopir, nebeng pada Moza atau naik kendaraan umum bersama Zoya.

"Sampai jumpa, Mama." Zoya terus melambaikan tangan pada Moza hingga kendaraan Mama-nya menghilang dari pandangan.

"Ayo kita mas---" Kalimat itu tercekat ketika tak melihat Orion di sampingnya lagi. Zoya berbalik 180 derajat melihat punggung laki-laki itu sudah menjauh. Ia cemberut sambil menghentak-hentakkan kaki kesal menyusul.

"KAK ORI TUNGGUIN!" teriaknya berlari menyusul Orion yang baru saja menutup kepalan dengan hoodie yang dipakai.

*****

Orion memasuki kelasnya yang sudah riuh dan semakin riuh saat Zoya tiba menyapa mereka. Berjalan menghampiri bangkunya seolah tidak peduli dengan orang-orang gesrek di sekitarnya. Bagaimana tidak, masih pagi-pagi mereka sudah memutar lagu dangdut dan bernyanyi bersama, ditambah goyangan ala-ala biduan panturan.

"Zoya itu tempat sampah jangan dijadiin gendang dong!" protes Silvi sang bendahara kelas melihat Zoya memukul-mukul tempat sampah yang baru ia beli. Orion berdecak melihat Zoya duduk di atas meja memangku tempat sampah plastik berwarna merah terus mukulnya.

"Yaelah Kak, gue mukulnya juga pelan kok," dalih Zoya semakin memukul tempat sampah plastik di tangan mengikuti irama lagu dangdut yang Jason putar.

"Iya pelan, kemarin-kemarin juga bilang pelan, jangan lupa lo udah ngerusak dua tempat sampah, kalau sampai itu rusak lagi kepala lo gue gantung depan kelas!"

"Ya ampun! Si bendahara kalau ngancam serasa hadepin Valak, nyeremin." Arsyad memegang sapu ijuk yang sempat ia jadikan gitar

"Jangan ngancem gitu Kak, kan gue takut."

Silvi mencubit pinggang Zoya. Orang seperti Zoya mana ada takutnya? Kakak kelas saja dilawan apa lagi dirinya cuma teman kelas. Karena umur Zoya paling muda makanya ia memanggil teman sekelasnya dengan sebutan kakak.

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang