Chapter 05 || Rencana Gagal

30.8K 2.6K 103
                                    

BRAAAAK!

Semua siswa yang ada dalam kelas kaget saat pintu terbuka hingga terhempas keras ke tembok. Beberapa diantara mereka ingin protes sebelum melihat siapa pelakunya, tahu itu Zoya mereka urung. Bukan takut, berurusan dengan orang itu cuma buang-buang waktu.

"Zoy, buka pintu bisa pelan nggak?" Orion yang berjalan di belakang Zoya bersama Arsyad yang membawa tas coklat Zoya di tangan.

"Bukan Zoy kok."

"Iya bukan Zoy tapi tangannya, iya kan Zoy?"

Zoya mengangguk cepat pada Arsyad. Arsyad memang tahu dirinya, Zoya tidak pernah mau mengakui kesalahan kecuali ia melimpahkan semuanya pada kedua tangannya. Menurut Zoya yang berulah adalah tangannya bukan dirinya jadi tangannyalah yang harus mereka marahi bukan dirinya.

"Nih tangan Zoy." Zoya mengulurkan tangan pada Orion. "Ayo marahin!"

Orion menghela napas panjang, saat mulutnya terbuka Zoya lebih dulu menjauhkan kedua tangannya. "Kak Ori nggak boleh marahin tangan Zoy nanti Zoy nggak sayang lagi," sambungnya.

"Serah lo!" seru Orion melewati Zoya untuk duduk di kursinya.

Zoya mengikuti Orion lalu beralih menatap Arsyad yang mengangkat kedua bahunya. Arsyad juga duduk di kursinya, Zoya berjalan ke arah kursinya lalu berhenti ketika merasakan hal aneh yang terjadi di kelas.

"Tadi Zoy banting pintu loh."

"Bantingannya keras banget."

"Kayaknya pintunya rusak."

Tak ada respon. Semua teman kelasnya sibuk dengan urusan masing-masing tak ingin menggubris Zoya.

"Tadi Zoya banting pintu!" lantang Zoya berharap salah satu diantara mereka menggubrisnya.

"GUE TADI BANTU PINTU TAU!" teriaknya kesal, semua mata kini beralih menatapnya.

"Kita tau Zoy kalau lo yang banting pintu," ucap Delon yang diangguki yang lainnya.

"Tau kok Zoy jadi nggak usah teriak!" cetus Elena menggaruk sebelah telinganya.

"Semuanya tau kalau Zoy yang banting pintu," ucap mereka saling bersahutan.

Melihat reaksi mereka membuat Zoya berharap banyak jika harapannya terkabul. Tapi harapannya tinggal harapan saat mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing sambil menunggu guru masuk.

"Gue abis banting pintu loh, gue rasa pintunya rusak. Lo pada nggak mau meriksa gitu? Kayaknya rusak deh."

"GUE ABIS BANTING PINTU WOY! MARAH DONG MARAH! APA SUSAHNYA MARAH DOANG?! NGGAK REPOT KOK!"

Zoya ingin sekali mencabik muka orang-orang di depannya. Mereka menatapnya seolah perbuatan Zoya bukan apa-apa jadi tak ada yang perlu dibesar-besarkan. Harusnya mereka memarahinya bukan malah mendiaminya.

"Zoy, nggak usah berlagak ini kali pertama lo banting pintu. Selama kita sekelas ini yang 20 kali dan kalau rusak lagi itu pintu yang keenam selama 4 bulan nginjak sekolah ini," jelas Pradipta, sang ketua kelas pelan.

"Lagian percuma juga kami marahin lo kalau ujung-ujungnya diulangi lagi atau paling parahnya lo bakal nangis minta kami marahin tangan lo," tambah Joana yang dibetulkan Pradipta.

"Kali ini bukan tangan tapi kaki Zoy," bela Zoy pada diri sendiri.

Selama ini jika ia membanting pintu pasti menggunakan tangannya tapi hari ini ia menggunkan kakinya jadi yang harus disalahkan kakinya bukan tangannya. "Kalian harusnya marahin kaki Zoy!" Zoya membuat mereka menghela napas berat, begini nih kalau sekelas dengan bocah yang harusnya masih menyusu pada ibunya.

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang