Part 22. Murka Zoya

24.1K 2.2K 123
                                    

"Pergi!" Seru Zoya berdiri menatap orang yang sebelumnya berlutut didepan mamanya kini berdiri menatapnya dalam, "Gue bilang pergi!" Ketus Zoya berjalan menarik tangan orang itu namun Moza melepaskan tangan Zoya darinya. Moza menarik Zoya sedikit menjauh dan meminta putrinya itu melihatnya.

"GUE BILANG PERGI YA LO HARUS PERGI! LO PUNYA TELINGA, KAN?!" Teriak Zoya, Moza menangkup wajah Zoya agar putrinya itu melihat dirinya, "Mama kenapa biarin orang lain masuk kesini?" Moza menggeleng menolak ucapan Zoya, dia bukan orang lain.

"Zoya sayang, dengerin mama!" Zoya mengepalkan kedua tangan menatap mamanya menahan sesuatu, "Mama udah bilang sebelumnya kalau kam---"

"Nggak! Mama nggak pernah ngomong apapun sama Zoya!" Potong Zoya melepaskan tangan Moza darinya, Zoya menggeleng keras, wajah putihnya kini memerah tak terima mamanya memeluk orang lain, "Lo kenapa masih disini?!" Zoya ingin menghampirinya lagi tapi Moza berhasil menarik putrinya untuk tidak melakukan apa-apa.

"Mama lep---"

"Zoya dia kakak kamu, sayang! Dia juga anak mama sama seperti kamu."

"NGGAK! MAMA NGGAK PUNYA ANAK SELAIN ZOYA!" Teriak Zoya menunjuk dirinya sendiri, Moza menggeleng tidak membenarkan. Dia punya anak lain yang telah lama berpisah dengannya, "Anak mama cuma Zoya selamanya cuman Zoya nggak ada yang lain!" Kukuh Zoya tak terima. Ini yang kedua kalinya mamanya mengatakan hal yang sama.

"Zoya kamu ini kenapa?"

"Mama yang kenapa?" Zoya menatap mamanya tak habis pikir, "Ini nggak lucu mama, Zoy nggak suka mama becanda kayak gini." Sambung Zoya menatap mamanya dengan mata berkaca-kaca tak terima. Moza memeluk Zoya berharap putrinya itu mengerti.

"Zoya mama udah cerita sama kamu waktu itu sayang kalau mama punya anak lain selain kamu. Mama punya anak laki-laki yang dibawa pergi oleh mama pas kamu masih dalam perut mama," Zoya membalas pelukan Moza yang menahan isakannya, Zoya tau perasaan mamanya pasti sakit mengingat kejadian itu, mungkin ini alasan mamanya menangis diam-diam pada saat dirinya tertidur.

"Mama mohon Zoya ngertiin mama. 16 tahun bukan waktu yang singkat nahan keinginan mama bersama anak mama sayang" Zoya menggeleng melepaskan pelukan Moza, "Sekarang anak mama udah berdiri didepan mama jadi mana mungkin mama diam aja? Mama nggak  mau anak mama pergi lagi dari sisi mama." Lanjut Moza melirik putra sulungnya yang berdiri menatap keduanya.

"Mama mau sama dia?" Moza mengangguk cepat, "Gimana dengan Zoy? Apa mama udah nggak mau sama Zoy? Mama mau buang Zoya biar bis---"

"Nggak sayang! Kamu anak kesayangan mama, hidupnya mama, kamu energi mama tetap hidup sampai sekarang. Selamanya kamu akan tetap jadi putri kecil mama."

"Kalau gitu harusnya cukup Zoy aja, jangan ada orang lain lagi" lirih Zoya membiarkan air matanya terjatuh. Mamanya sudah mengatakan sebelumnya, hari dimana ia memergoki mamanya berpelukan dengan Ozilio Ray Andaras. Mamanya mengatakan jika dia kakak kandung Zoya yang dibawa pergi oleh mantan suaminya, sekaligus ayah Zoya.

Kakaknya yang dibawa pergi dan muncul setelah 16 tahun berlalu. Zoya tak terima sampai mamanya memperlihatkan Zoya foto seorang anak laki-laki sekitar 1,6 bulan berada dalam gendongan mamanya saat itu. Mamanya bilang kalau itu adalah kakaknya tapi Zoya menyangkalnya. Zoya tidak punya kakak.

"Nggak mungkin mama mengabaikan anak kandung mama, tolong ngertiin mama Zoya." Pinta Moza sakit melihat Zoya menangis seakan terluka lalu Ray yang menunduk dalam, Moza tau kalau putranya itu juga sedih karena penolakan adik kandungnya sendiri.

"Mama juga harus ngertiin Zoya" isak Zoya menutup matanya menggunakan lengannya, gadis remaja itu menangis terisak tak terima. Bagaimana jika suatu hari nanti kasih sayang mamanya terbagi? Mamanya tidak sepenuhnya akan menyayangi Zoya lagi karena kehadiran anak pertama mamanya. Zoya takut mamanya tidak menyayanginya seperti dulu.

ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang