Lima perdua belas jam lagi kuliah umum akan dimulai. Di aula Gedung Beta, terlihat suasana masih belum terlalu ramai. Dingin penyejuk udara menyeruak mencekam sukma, tak kalah dingin dari angin monsun barat yang tengah berembus di luar sana. Banyak kursi merah belum diisi, terutama kursi-kursi yang berada di barisan tengah. Kebanyakan mahasiswa, khususnya golongan penggosip, cenderung membuat klaster di dua barisan paling belakang. Masa bodoh dengan gema suara-suara panitia yang mengimbau agar mereka sudi memajukan posisi.
Tidak mengherankan. Sebab, fenomena ini pernah disurvei Himamat pada tahun lalu. Seratus dua puluh mahasiswa dari lima jurusan di STMIPA Surakarta telah berpartisipasi sebagai responden. Kriteria mereka sederhana saja. Hanya mahasiswa aktif yang pernah mengikuti kuliah umum bulanan Jurusan Matematika. Hasil surveinya dimuat di rubrik "Survei Kita" Prime Mathgazine edisi Mei 2010. Di situ disebutkan bahwa lebih dari 75 persen responden memilih tempat duduk di posisi buncit. Alasannya utamanya? Sebagian besar dari mereka ingin menghindari pertanyaan dari si pembicara yang ditujukan secara personal. Takut dijadikan tumbal, kalau kata pasukan mahasiswa matematika angkatan 2011. Sisanya mengaku ingin mengelakkan kebosanan yang mungkin tercipta di sepanjang acara.
Baris pertama masih lengang. Di sayap timur, baru ada Pak Mochtar, Bu Wina, dan Bu Saras yang sedang hangat berbincang. Baris kedua sudah paripurna. Sayang, Sinar gagal mendapatkan salah satu kursinya. Sudah ditekadkan tiba pukul setengah delapan, melewatkan sarapan, menembus rintik-rintik hujan, tapi tetap saja masih banyak peserta lain yang jauh lebih giat dan cekatan. Fatan dan Keira adalah bukti autentiknya.
Diamati dari hari ke hari, Sinar merasa dua sahabatnya itu kian melekat saja. Pergi ke perpustakaan, ia melihat mereka. Pergi ke warung tenda, juga melihat mereka. Lewat Wisma Anyelir, melihat mereka lagi. Saat itu, Fatan dan Keira sedang duduk bercengkerama di bangku kayu yang berbeda. Yang laki-laki memegang komik Naruto. Yang perempuan memangku laptop. Sinar sempat disapa dan disuruh mampir. Namun, ia menolak dengan ramah dan bilang ingin langsung meluncur ke toserba tujuannya. Di perjalanan, satu kalimat tanya tebersit. Mungkinkah mereka sudah berpacaran?
"Ehm." Si gadis asal Jakarta ambil posisi menghadap ke punggung kursi Fatan. Umpan deham yang ia berikan berhasil memikat dua orang yang ada di depan. "Makin lengket aja nih dua ulet keket."
"Apaan sih ... Sinarmand Maulana." Fatan mengibas rambut Sinar yang hari ini dibiarkan terurai, lalu membelokkan pembicaraan. Malah mengomentari benda melengkung krem yang menancap di kepala gadis itu. Fatan bilang Sinar jadi mirip Fang Yu di drama Kabut Cinta. Namun, Keira cepat-cepat menafikan. Sebab, rambut Sinar bentuknya mengombak, bukan lurus. Si Keriting berkacamata mengeyel. Si gadis berpasmina salem balas lebih mengeyel.
Di belakang, Sinar hanya bisa terkikih-kikih sambil membuka plastik mikanya. Beserta kemasan air minum 220 mililiter, bungkusan transparan itu ia terima dari panitia acara sebelum memasuki aula tadi. Di dalamnya terdapat tiga jenis penganan khas buatan Bude Irma. Ada pastel, lemper, dan kue lapis hijau-putih. Sinar tahu karena Minggu lalu Bimo dan Fani dari Himamat berkunjung ke Wisma Rahajeng untuk memesan. Selain konsumsi, sebagai peserta yang sudah mendaftar, Sinar juga diberikan dua lembar kertas berisi susunan acara. Semua fasilitas tersebut tidak dipungut biaya. Alias gratis!
"Hai, Sinar."
Seorang lelaki berbaju batik hitam datang bersama seorang lelaki berlesung pipit. Sinar mendongak, menunda melucuti daun pisang yang membebat lempernya. "Eh, hai juga, Mas Doni." Senyumnya lalu berpindah ke kakak tingkatnya yang lain. Pemuda yang minggu lalu mengantarnya sampai ke halte. Pemuda yang sekarang memilih duduk tepat di samping kirinya. Maksud hati pun ingin bilang 'hai', tapi rasa malunya enggan diajak bernegosiasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Arsip] Dear Mr. Euler
Novela Juvenil⚠️ NASKAH UTUH SUDAH DITARIK DARI WP /*Cerita ini dimasukkan ke reading list WattpadRomanceID kategori Cerita Bangku Kampus pada Mei 2023*/ BLURB: Selama ini Sinar merasa menjadi seorang mahasiswa Matematika adalah suatu kesalahan terbesar dalam hid...