Dimas memasuki kelas dengan membawa sebuah paper bag. Ia segera menuju kekursinya dimana disana sudah ada Angel yang duduk disebelah kursinya sambil membaca novel.
Dimas meletakan paper bag yang ia bawa tepat didepan Angel, membuat fokus gadis itu beralih ke paper bag tersebut.
"Ini Apaan ?" Tanya Angel penasaran.
"Buka aja sendiri," jawab Dimas dan segera duduk dikursinya.
Angel menuruti perkataan Dimas, ia segera mengambil paper bag tersebut dan mengeluarkan kotak makanan yang ada didalamnya.
Ia terkejut melihat isi kotak makanan tersebut.
"Puding ?"
"Iya. Semalam kamu kan marah-marah ke Daffa karena puding."
Terdengar nada tidak suka dari apa yang dikatakan Dimas atau lebih tepatnya Dimas sedang cemburu.
Mengetahui raut wajah Dimas yang sedikit berubah Angel segera memberitahu Dimas.
"Dimas kamu tau kan, aku sama Daff it..."
Belum sempat Angel meneruskan kalimatnya Dimas langsung memotongnya.
"Iya iya tau. Kamu sama Daffa itu cuman sahabatan nggak lebih dari sahabat. Bahkan kamu udah nganggap Daffa kaya kaka kamu sendiri."
Dimas sudah hafal betul dengan sikap Angel. Setiap kali ia marah dan cemburu karena kedekatan Angel dan Daffa maka Angel akan mengatakan kata-kata seperti yang Dimas ucapkan tadi.
"Nah itu kamu udah tau. Daffa itu udah aku anggap kaya kaka sendiri."
"Kalau aku kamu anggap apa ?" tanya Dimas tiba-tiba.
"Kamu ? Aku anggap...." ucap Angel sengaja menggantungkan kalimatnya seakan sedang berpikir jawaban apa yang akan ia berikan.
"Calon Imamku." Ucap Angel meneruskan kalimatnya yang sengaja ia gantungkan.
Sontak mendengar jawaban Angel mampu mengembangkan senyum dikedua bibir Dimas, ntah mengapa mendengar jawaban itu membuat Dimas merasa ia sangat berarti bagi Angel. Rasa cemburunya terhadap kejadian semalam seketika sirna bak ditelan bumi.
Namun seketika dibenak Dimas muncul ide untuk menjahili Angel.
"Masa sih ? Tapi sayang, aku nggak mau kamu jadi makmumku." Ucap Dimas.
Perkataan Dimas terdengar seperti bom ditelinga Angel ia manatap Dimas dengan geram, terlihat jelas dimata Angel seperti berkibar bendera peperangan. Ia manatap Dimas dengan tatapan tajam sperti silet.
Melihat ekspresi Angel yang seperti itu membuat Dimas tak bisa menahan tawanya.
"Tapi aku mau kamu jadi ibu dari anak-anakku," ucap Dimas ketika berhasil mengontrol tawanya.
Walaupun kesal dengan gombalan Dimas tapi Angel tak bisa membantah ada perasaan senang ketika mendengar ucapan Dimas.
Tentu saja perasaan senang itu hanya ia yang mengetahui karena sejak tadi ia masih saja memasang muka marah dan kesal didepan Dimas.
Saat masih asik-asiknya ngegombal Alvin Dika Dana Leon masuk kedalam kelas dan seketika merusak suasana romantis antara Angel dan Dimas.
"Wiiiihhhh lo bawa apaan mas ?" Tanya Alvin pada Dimas yang melihat ada kotak makan didepan Dimas.
"Mas mas emang gue tukang bakso apa."
"Ya kan nama lo Dimas, gue manggil Dimas kepanjangan jadi Mas aja."
"Manggil Dim kek Dims biar kerenan dikit."
"Eitss enak aja lo itu buat Angel, bukan buat lo pada," ucap Dimas dan memukul tangan Dana yang sudah mangambil kotak makan didepan Dimas.
"Sakit Dimas bego," pekik Dana yang mendapat pukulan Dimas.
"Apaan sih Dim, biarin aja mereka makan kalau mereka mau," ucap Angel menyodorkan Puding yang dibawa Dimas.
"Tuh sih Angel aja nggak marah," ucap Leon dan menyambar sepotong puding yang ditawarkan Angel.
Saat sedang asik mengobrol dan berbincang ria sambil sesekali tertawa, tiba-tiba saja bu Indah masuk kekelas dan memang sekarang adalah jam pelajaran Bu Indah. Bukan, bukan Bu Indah yang tiba-tiba masuk kekelas yang membuat mereka kaget dan heran. Tapi, ucapan Bu Indah yang membuat mereka kaget dan heran.
Bu Indah bilang 'ayo semua keluar kalian bersihin taman yang ada didepan kelas XI IPS1'. Kelas XI IPS 1 adalah kelas mereka waktu kelas XI IPA4 dan sewaktu mereka menempati kelas itu, pak Herman sama sekali nggak pernah menaggil kaka kelas buat bantu mereka ngebersihin taman.
Dari taman itu yang tampak seperti rawa-rawa sampai sekarang sudah seperti taman yang ditumbuhi berbagai jenis bunga semua itu adalah hasil kerja keras IPA4 sendiri tanpa ada bantuan dari adik kelas maupun kaka kelas.
Dan sekarang mereka malah dipanggil Bu Indah buat bersihin taman yang bukan didepan kelas mereka. Wah ! Apa Bu Imdah nggak salah ngomong. Lalu selama ini apa kerjanya adik kelas yang menempati kelas itu sampai membersihkannya harus kami juga kaka kelas, enak banget kehidupan mereka taman mereka kaka kelas yang bersihin.
Sontak hal itu membuat sebagian IPA4 marah pada Bu Indah.
"Bu masa kami sih yang bersihin taman mereka !"
"Bu waktu kami menempati kelas itu nggak pernah sekalipun pak Herman manggil kaka kelas buat bantuin kita bersihin taman Bu."
Protes beberapa siswa IPA4. Namun nihil bu Indah sama sekali nggak memperdulikan protesan itu dan malam menyuruh mereka segera ketaman itu untuk memberaihkan.
Akhirnya IPA4 dengan rasa marah dan kecewa pergi ketaman itu, mulut mereka tak henti-hentinya berkomat kamit mengeluarkan sumpah serapahnya.
Mencabuti rumput yang tumbuhpun mereka sambil mengeluh, dan berteriak-teriak layakmya orang yang sedanv demo, karena meraka tak terima mereka disuru membersihkan taman kelas yang bukan mereka tempati.
Indri Ara Dian dan Dewi masuk kedalam kelas dan hanya mendapati para penghuni kelas itu asik dengan kegiatan masing masing malahan yang ceweknya pada asik nonton drakor.
Indri Ara Dian dan Dewi tak segan segan mengeluarkan suara eman mereka.
"Ooohh jadi kalian cuman enak-enakan yang didalam kelas, sementara taman kalian kami yang bersihin," ucap Indri setengah berteriak.
"Cepat semuanya keluar bersihin taman kalian. Masa ia kaka kelas yang bersihin," tambah Ara yang membuat seisi kelas terburu-buru keluar.
Walaupun yang punya kelas sudah keluar membantu mereka membersihkan tapi tetap saja IPA4 masih berteriak-teriak layaknya siswa yang Demo eitsss tapi teriaknya kek gini, Indri cabut itu rumput, Ara ambilin air buat siram bunga, kaya gitulah intinya semua memberi perintah dan memanggil nama sengaja mereka besarkan.
Agar Bu Indah marah dan menghukum mereka. Ntahlah saat itu IPA4 sangat ingin mendapat hukuman dari Bu Indah ntah itu dijemur atau bersihin WC yang jelas mereka ingin mendapat hukum. Dan baru setelah mereka dihukum mereka ingin mengajukan pergantian wali kelas buat Kelas IPA4 karena mereka lebih suka pak Herman yang menjadi wali kelasnya.
Namun semua usaha mereka sia-sia, aksi teriak-teriak mereka hanya membuat tenggorokan mereka sakit. Jangan kan mendapat hukuman dari Bu Indah, karena denger teriakan IPA4 Bu Indah marah aja nggak yang ada Kelas XII IPA4 malah diketawain sama guru-guru lainnya akibat ulah teriak teriakan itu.
Mereka menganggap kami seperti anak kecil yang sedang memberontak pada sang Ibu.
👇TBC👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of School
Novela JuvenilBukan cerita cinta semasa SMA yang romantis. Bukan kisah putih abu-abu, tentang cewek biasa yang pacaran dengan most wanted sekolah atau cucu pemilik sekolah. Hanya cerita tentang kehidupan masa SMA yang diisi dengan kegilaan dan kebahagiaan dari te...