Di tengah samudera yang luas
Seekor paus bicara dengan lembut dan kesepian - Whalien 52
.
.
.Jungkook terbangun dengan erangan kecil yang keluar dari bibirnya, kepala nya terasa pening. Naluri nya memerintahkannya untuk mengecek suhu tubuhnya sendiri dengan tangan, panas.
Demam rupa nya...
Rasanya sudah lama Jungkook tidak terserang sakit seperti ini, kalau diingat-ingat, dia memang jarang sakit. Sepertinya imun tubuhnya memang sangat baik, tapi mungkin kali ini sistem imun nya kalah oleh virus yang tiba-tiba masuk ke tubuhnya mungkin juga ini akumulasi dari dia yang terlalu bekerja keras kemarin-kemarin, dan sekarang Jungkook terlalu banyak pikiran menyebabkan nya rentan terserang penyakit, Jeon Jungkook payah!
Jungkook menyingkap selimutnya, berusaha untuk bangun meski tubuhnya sedikit limbung. Mengecek jam pada ponselnya, pukul sepuluh pagi. Dan dia harus segera bersiap untuk mulai mengajar pukul dua belas nanti.
Jungkook berjalan limbung menuju kamar mandi, membasuh wajahnya kemudian menghela napas yang terasa berat. Melihat pantulan wajahnya sendiri di depan cermin, rambut-rambut tipis sedikit tumbuh di dagu nya. Sudah berapa lama Jungkook tidak bercukur? Sepertinya tidak ada waktu untuknya memikirkan dirinya sendiri, jika setiap hari nya hanya keberadaan Kim Taehyung yang dia pikirkan.
Jungkook ingin menyalahkan semua orang yang tidak bisa menemukan keberadaan pemuda itu. Apa Taehyung pergi ke planet lain sampai-sampai mereka tidak bisa menemukan keberadaannya? Atau Taehyung memang pandai bersembunyi?
Dia mengambil pisau cukur yang bersebelahan dengan gelas yang biasa digunakan Taehyung untuk berkumur, memperhatikan sebentar, mengingat kalau Taehyung selalu memprotesnya setiap kali Jungkook memakai gelas itu juga.Jungkook cepat-cepat mengalih pikirannya, menuntaskan kegiatan pagi nya lalu mengganti baju tidurnya dengan setelan untuk pergi keluar.
Jungkook pergi ke dapur, membuka kulkas sekedar mencari menemukan sesuatu untuk sarapan yang terasa terlalu terlambat hari ini. Dia mengambil roti serta selai, juga sekotak susu. Meletakan semua nya di atas meja, dia mulai membuat sarapan. Tanpa sadar, setetes air mata jatuh begitu saja mengenai lapisan roti di telapak tangannya. Kalau Taehyung ada di sana, pasti Taehyung sudah mengomel karena Jungkook hanya sarapan dengan roti dan selesai cokelat. Kalau sudah begitu, Taehyung akan memaksa untuk memasak sesuatu yang sederhana bagi Jungkook.
Jungkook menghapus air mata nya dengan punggung tangannya, meletakan roti itu kembali ke piring, mata nya mengedar ke sekeliling. Mengingat kata-kata Seokjin tempo hari, apartement ini terasa sepi. Jungkook meninggalkan sarapannya begitu saja di atas meja. Dia mengambil jaket serta tas selempang hitam nya, bergegas pergi. Setiap hari, semakin lama dia berada di sana, semakin membuat rasa rindu akan kehadiran Taehyung di sana membuat nya hampir tidak bisa bernapas tanpa merasa sesak.
Jungkook beberapa kali mengecek twitter, mengetik nama di kolom pencarian dengan harapan menemukan sesuatu. Ini sangat lucu bagi nya, bagaimana dia yang dulu hampir tidak pernah menyentuh jejaring sosial itu sekarang terasa lebih sering membuka nya, alasan utama nya adalah karena dia percaya kecepatan internet mungkin mampu menjangkau sesuatu yang sekarang tengah hilang dari nya. Tetapi, selain foto-foto dan video lama yang diambil beberapa tahun lalu, tidak ada satu foto baru apapun yang merujuk pada Kim Taehyung.
"Jungkook-ah."
Jungkook yang tengah terpaku pada ponselnya mendadak berhenti melangkah ketika di sadari nya beberapa langkah dari nya berhenti seorang wanita paruh baya berdiri di sana.
"Oh, ssaem." wanita itu, Han Ji Hwan, Jungkook biasa memanggilnya guru karena wanita itu merupakan guru vocal yang paling lama melatih di sana, seorang wanita yang suara nya Jungkook kagumi setiap kali Jungkook mengintip kelas nya.
"Kelasmu baru mulai pukul dua nanti, kan?"
"Ah, iya." balas nya.
"Ngomong-ngomong, apa kau tahu dimana Min Yoongi?"
"Yoongi hyung?" Jungkook nampak kaget, "apa dia belum kembali melatih, ssaem?"
"Belum, anak-anak yang berada di bawah bimbingannya selalu menanyakan nya. Aku juga mengkhawatirkan nya, terakhir kali aku melihat nya dia terlihat kurang sehat."
Jungkook terdiam sebentar, ah apa karena kulit Yoongi hyung yang terlalu pucat?
"Jungkook-ah, kau tidak apa-apa?" sentuhan pada bahu nya membuat Jungkook tersentak, Ji Hwan memandanginya cemas. "Kau terlihat pucat, kalau sedang tidak enak badan lebih baik kau pulang saja. Biar hari ini aku yang menggantikan."
Tetapi Jungkook menggeleng, menolak kebaikan wanita itu. "Aku tidak apa-apa, ssaem. Soal Yoongi hyung, ada sesuatu yang terjadi belakangan ini. Tapi jangan khawatir, aku akan bicara pada nya. Kalau begitu aku permisi ke kelas dulu, ssaem." Jungkook membungkuk sebelum melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Sejujurnya, Jungkook tidak yakin dengan ucapannya tentang bicara pada Yoongi. Setelah hari di mana Taehyung menghilang, sejak itu pula seperti ada benteng yang membatasi kedua nya. Yoongi yang merasa kecewa, dan Jungkook yang tidak terima atas perkataan Yoongi.
Kedua nya sama-sama keras kepala, kalau sudah begitu siapa yang akan mengalah lebih dulu?
***
Jungkook, mengucap selamat tinggal kepada murid terakhirnya lalu memasukan buku catatannya ke dalam tas.
"Oh, ini.." Jungkook mengambil sebuah buku lain dari dasar tas nya, buku catatan milik Taehyung. Dia lupa, ketika itu memasukannya ke dalam tas lalu tidak dia keluarkan lagi.
Dengan penasaran, Jungkook berdiri di tepian jendela, sinar matahari yang memantul dari jendela menyinari setengah permukaan wajah nya. Jungkook membuka buku catatan Taehyung, sebelumnya dia pernah membaca nya ketika di studio Namjoon hanya sepintas lewat, tetapi kali ini dia benar-benar membaca isi buku catatan Taehyung. Tersenyum ketika melihat Taehyung menulis kejadian lucu, mengerutkan kening ketika membaca curahan hati Taehyung ketika itu.
Mungkin sejak dulu Taehyung sudah memiliki hobi memendam sesuatu. Sesuatu yang membuat Jungkook merasa buruk karena selama ini tidak menyadari hal itu.
Membaca halamab terakhir, rasa nya jantung nya berhenti berdegup sejenak. Sebelum kemudian berdebar kencang. Meremas pinggiran buku catatan erat, dering telepon dari kantung celana nya membuat pandangannya beralih.
"Halo.."
"Dia ada di sini.."
Jungkook menegakan badan, menutup buku catatan Taehyung. "Saya ke sana sekarang, terima kasih." Jungkook menutup teleponnya, meremas benda persegi itu erat, kemudian pada buku Taehyung yang juga tengah ia genggam.
Ada tempat yang harus dia tuju sekarang..
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Spotlight #2 : Solitude ✔
FanfictionMereka kembali kehilangan arah saat Kim Taehyung memutuskan pergi. Membuat mereka bertanya kembali pada diri sendiri. Apa mereka tidak pantas untuk bahagia?