Katakan padaku jika rasa sakit ini pun tidak nyata, Apa yang seharusnya aku lakukan saat itu - Singularity
.
.
.Kim Taehyung, memandangi wajah pemuda yang duduk di sampingnya sedang pemuda yang dia pandangi sedari tadi menatap ke arah laut di depan mereka. Sudut bibir Taehyung terangkat, mengembang membentuk lengkung senyum hanya dengan memandangi wajah itu.
Jimin, adikmu ini mirip sekali denganmu.
Terakhir Taehyung bertemu dengan Park Ji Hyun sekitar tiga tahun lalu. Benar, saat dipemakaman Jimim, itu terakhir kali mereka bertemu. Sekarang lihat, Ji Hyun tumbuh dengan baik. Taehyung rasa, tubuhnya terlihat seproposional Jungkook. Jungkook lagi, Taehyung harus segera mengenyahkan bayangan kawan nya itu.
"Kau sudah besar, Ji Hyun-ah." kata Taehyung memecah keheningan mereka yang diisi suara tiupan angin.
Ji Hyun mendengkus, bertahun-tahun tak bertemu dengan Taehyung sekarang mereka bertemu di tempat yang tak terduga, apalagi saat mengetahui Taehyung yang berada di sana sendirian tanpa teman-teman nya yang lain. Bukan kah ini sungguh aneh? Namun, sedikit banyak Ji Hyun mengetahui tentang Taehyung, bagaimana pemuda itu bertindak. Semua itu tentu saja dia ketahui dari Jimin, kakak nya sering sekali bercerita tentang Taehyung.
Taehyung itu, hanya berusaha terlihat kuat dari luar. Tapi saat dia mengambil keputusan yang tiba-tiba sering kali dia salah melangkah, aku ingin melindunginya.
Kira-kira begitulah ucapan yang pernah Jimin kata kan pada nya.
"Kenapa hyung ada di sini?" tanya nya. Lama tak ada jawaban, hingga akhirnya Ji Hyun menoleh mendapati Taehyung yang sedang mengamati kerang di tangannya. Baru lah Ji Hyun tersadar akan sesuatu, pemuda itu menghela napas berat, dia melupakan sesuatu. Pemuda yang pernah dan masih menjadi sahabat baik mendiang kakak nya itu sudah kehilangan sesuatu dalam hidupnya selama ini, bagaimana pemuda yang lebih tua dua tahun dari nya itu bisa bertahan melawan dunia nya yang sepi dan tak seramai dulu. Mendadak ada perasaan sedih yang menghinggapi hatinya, Ji Hyun tahu bagaimana Jimin sangat menyayangi Taehyung, mungkin lebih besar dari Jimin menyayangi Ji Hyun.
Ji Hyun menepuk bahu Taehyung, pemuda itu menoleh dengan cepat. Memberinya senyum kotak yang dulu sering dia lihat di setiap foto yang Jimin kirimkan pada nya, masih sama. Hanya sorot mata pemuda itu yang berbeda, tidak berbinar lagi seperti yang dulu, "Kenapa - hyung - di - sini?" Ji Hyun mengulang pertanyaannya lebih lambat lagi.
Taehyung terdiam, dia lalu menundukan kepala. Mungkin tengah bertanya kepada diri nya sendiri, kenapa dia ada di sini? Kenapa dia pergi sejauh ini?
"Aku..hanya ingin pergi." Jawab Taehyung.
Ji Hyun yang menangkap kebimbangan Taehyung segera mengambil ponselnya, mengetik beberapa baris kata kemudian dia berikan kepada Taehyung. Kalau Jimin hyung tahu kau melarikan diri dari teman-teman mu, dia akan sangat sedih.
Kalau..
Kalau..
Kalau..
Kenapa selalu ada kata 'kalau' sebelum nama Jimin? Kenapa selalu ada pengandaian untuk menyebutkan Jimin? Taehyung benci itu! Taehyung ingin Jimin sendiri yang mengatakan nya. Taehyung ingin Jimin sendiri yang bilang pada nya bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa sekalipn dia tinggal dalam dunia yang sepi, dia tetaplah Kim Taehyung sahabatnya.
"Tapi Jimin tidak ada di sini, tidak akan ada lagi." jawab Taehyung sinis.
Tapi masih ada teman-teman mu yang lain, Hyung. Kau bisa berbagi dengan mereka, mereka akan mendengarkan mu. Itu, kan yang dulu sering kalian lakukan?
Taehyung menatap ponsel Ji Hyun, lalu kepada adik sahabat nya itu. Senyum yang sama seperti Jimin, mata yang menatap nya sama seperti Jimin. Melihat Ji Hyun saja membuatnya merasa Jimin ada di sini, mendengarkan nya bercerita.
"Kau tahu tidak, Ji Hyun-ah. Aku iri pada mereka, mungkin itu salah satu penyebab aku pergi ke sini." Taehyung menjawab, "mereka..bisa meneruskan hidup, Seokjin hyung dengan bisnis nya, Namjoon hyung dengan musik nya, Hoseok hyung yang masih menari, Yoongi hyung dan Jungkook yang sibuk mengajar. Bukankah mereka sangat beruntung, masih bisa melakukan semua itu untuk meneruskan hidup?" Taehyung menghembuskan napas berat, membasahi bibirnya yang terasa kering. "Aku..sudah lama berhenti. Melihat mereka yang terus bergerak maju sementara aku masih di tempat yang sama, membuatku sangat iri." Taehyung mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
Rasa iri itu tidak baik, hyung. Iri, dendam, kemarahan. Hanya akan mematikanmu perlahan-lahan. Itu kata Jimin hyung..
Sudut bibir Taehyung terangkat, tipikal kata-kata Jimin, huh?
***
Ji Hyun pergi sehabis gelap datang, teman-teman nya sudah menunggu, katanya. Bicara dengan Ji Hyun sedikit banyak membuat Taehyung lega. Memang ada sesuatu tentang pemuda itu yang membuat Taehyung dengan mudah bercerita pada nya. Mungkin dulu Jimin sudah menularkan sifat baik nya pada sang adik, Taehyung bersyukur untuk itu.
Gelap sudah datang, angin laut sudah berhembus cukup kencang. Itu pertanda, bahwa Taehyung harus menutup toko segera. Tak dilihatnya keberadaan Nae Ri di sana, terkadang gadis itu memang lebih sering menghabiskan waktu di balai desa untuk mengajar anak-anak. Tidak masalah juga, sih. Taehyung bisa menjaga toko sendirian, memang untuk itu kan dia di gaji?
Ketika tengah mendorong rolling door, sebuah tepukan di bahu nya, lalu tarikan di lengannya membuat Taehyung berjingkat terkejut.
"Nae Ri-ya! Kau mengagetkan ku. Ada apa?" tanya Taehyung, namun dia tetap meneruskan menarik rolling door. Ketika lagi-lagi Nae Ri menarik bahu nya Taehyung mendesah gusar, "Ada apa Hong Nae Ri?"
Nae Ri menyodorkan ponselnya ke depan wajah Taehyung, reaksi pertama Taehyung adalah mengerutkan kening sebelum akhirnya merebut ponsel Nae Ri guna membaca lebih dekat.
"I..ini.. Ini tidak benar, kan?"
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Spotlight #2 : Solitude ✔
FanficMereka kembali kehilangan arah saat Kim Taehyung memutuskan pergi. Membuat mereka bertanya kembali pada diri sendiri. Apa mereka tidak pantas untuk bahagia?