It's time to be brave, i'm not afraid. Because i believe, because i'm different from before - WINGS
.
.
."Jungkook-ah."
Jeon Jungkook, tengah menjemur pakaian di balkon. Teriknya matahari musim panas, serta angin musim panas yang bertiup sangat ampuh untuk membuat pakaian mereka cepat kering nya.
Taehyung memasukan tangan nya ke dalam saku celana, kemudian menyodorkan kartu kecil berwarna putih persegi panjang kecil pada Jungkook. "Aku lupa mengembalikan ini padamu." kata nya.
Jungkook mengambil benda itu ragu, sebuah kartu nama agency. Kartu nama yang pernah diberikan Mingyu pada nya waktu itu, beberapa bulan lalu mungkin. Dia saja sudah lupa, tunggu! Jungkook mengambil ponselnya, mengetik sesuatu untuk ditanyakan pada Taehyung yang sudah meneruskan menjemur sisa pakaian mereka.
Dari mana hyung mendapatkan nya?
Taehyung melirik tulisan itu sejenak sebelum mengibaskan sebuah kaos hitam milik Jungkook. "Dari saku jaketmu, terjatuh." jawab nya.
Jungkook menatap kartu nama itu beberapa saat, menggigit bibirnya ragu sesekali menatap Taehyung yang sibuk bersiul-siul. Mungkin ini juga alasan Taehyung hyung pergi? Karena dia tahu? Jungkook menggaruk kepalanya yang tak gatal, hatinya jadi tak nyaman. Rasa nya, dia sudah menyakiti hati Taehyung secara tak sengaja.
"Kenapa kau tak mencoba nya?" lalu Taehyung memecah keheningan mereka, pemuda itu menaruh ember plastik hitam di sudut. Kemudian menyandar pada pembatas balkon dan menatap Jungkook. "Kenapa kau tak mencoba kembali menjadi idol?"
Jungkook tahu, Taehyung pasti akan mengungkit ini lagi. Kartu nama sialan! Harus nya dia buang saja waktu itu, sungguh ini membuatnya tak nyaman. Bagaimana Taehyung mempertanyakan hal itu kelewat tenang, dia tak suka Taehyung memandang nya seperti itu setelah tahu Jungkook menyembunyikan kartu nama agency Mingyu.
Kita sudah sering membicarakan nya, hyung. Aku tidak tertarik lagi.
Tulisnya pada aplikasi catatan di ponselnya.
"Kau masih mau membohongiku?" Taehyung bertanya, meski masih dengan nada yang kelewat tenang. Namun tatapan mata nya memancarkan perasaan kecewa yang samar. "Kalau ini semua karena kau terlalu mengkhawatirkan keadaanku, berhentilah berpikir seperti itu Jeon Jungkook. Kalau seperti itu, kau bisa membuatku merasa seperti beban untukmu lagi."
Jungkook memejamkan matanya kuat-kuat, lalu tangan nya kembali menari di layar sentuh mengetik untaian kalimat dengan raut wajah yang terlihat kaku. Bagaimana aku bisa melakukan nya? Bagaimana aku bisa kembali ke sana sementara kau tidak, hyung?
Jungkook membuang pandangan ke arah lain, pada jalanan yang tertimpa cahaya matahari yang begitu menyengat. Bagaimana bisa Taehyung memaksanya kembali ke sana dan meninggalkan Taehyung? Dia tidak sejahat itu, dia tidak seegois itu hanya untuk menggapai kembali impian nya yang sudah tenggelam jauh ke dasar hati nya.
"Hey,Jungkook-ah." Taehyung meraih pundak Jungkook, meminta pemuda itu untuk menatap nya kembali. "Tahu tidak, ada orang-orang yang tidak bisa mewujudkan impian nya. Tapi lebih banyak lagi orang yang tidak tahu tentang mimpinya." Taehyung kemudian menepuk bahu Jungkook, meremasnya pelan seolah memberi Jungkook lebih banyak kekuatan. "Dan kau, bukanlah kedua nya. Kau memiliki impian dan kau bisa mewujudkan nya."
Jungkook menghela napas kasar, ini masih terasa berat. Taehyung masih menyadari kebimbangan Jungkook dalam hela napas pemuda itu yang bahkan tak bisa di dengarnya.
"Kalau kau jadi artis lagi, aku bisa jadi asistenmu." Taehyung masih bicara lagi. "Aku bisa menyiapkan bajumu, membenarkan riasan wajahmu. Kau lupa aku ini dulu seorang idol, hal-hal seperti itu sudah sangat umum bagiku." Taehyung terkekeh, kemudian kembali bersandar pada pembatas balkon. "Jungkook-ah..."
Jungkook kembali mengangkat pandangan nya pada Taehyung, heran Taehyung jadi banyak bicara sekarang.
"Jangan menunda untuk sesuatu yang membuatmu bahagia, hidup tak selalu tentang memikirkan kebahagiaan orang lain hingga lupa kebahagiaanmu sendiri. Jangan terlalu sering bicara kau bahagia kalau melihatku bahagia, itu terlalu klise. Kadang, kau juga harus sedikit egois untuk bisa membahagiakan dirimu sendiri. Tidak apa, lakukan apa yang ingin kau lakukan dan lihat sendiri pada akhirnya siapa yang benar-benar berada di sampingnya mengucapkan dengan tulus bahwa aku bahagia melihatmu melakukan apa yang membuatmu bahagia."
Jungkook melihat kartu nama itu kembali, tak sadar ia sudah menggigit bibirnya sendiri. Sejak kapan Taehyung pandai berbicara seperti ini? Sejak kapan Taehyung pandai mempengaruhi seseorang? Sepertinya beberapa hal sedikit demi sedikit sudah mulai berubah, seperti pergantian musim yang tak mereka sadari perubahan-perubahan kecil yang mulai terjadi begitu pelan. Apa ini saatnya?
Jungkook kembali mengetik pada catatan ponselnya, sementara Taehyung sudah melempar pandangan nya pada langit biru bersih tanpa awan. Tak lama, pemuda itu menoleh kembali saat pundaknya di tepuk Jungkook yang lalu menyodorkan ponsel nya pada Taehyung dan mengambil ember di pojokan untuk membawanya masuk ke dalam meninggalkan Taehyung dengan sebuah senyum lebar yang terukir di wajahnya.
Hyung, aku akan melanjutkan mimpi kita berdua. Tidak..tidak..aku akan melanjutkan mimpi kita bertujuh.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Spotlight #2 : Solitude ✔
Fiksi PenggemarMereka kembali kehilangan arah saat Kim Taehyung memutuskan pergi. Membuat mereka bertanya kembali pada diri sendiri. Apa mereka tidak pantas untuk bahagia?