TRACK -21

10K 1.7K 216
                                    

You've show me i have reasons i should love myself , my breath, the path i walked , it all answers for me - Love Myself

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You've show me i have reasons i should love myself , my breath, the path i walked , it all answers for me - Love Myself
.
.
.

"Aku tidak suka kau melihatku terus seperti itu, Jungkook-ah."

Setelah pembicaraan panjang penuh emosi mereka kemarin, Taehyung sudah kembali tinggal bersama Jungkook di apartemen. Oh, dia juga sudah mengantar Nae Ri tadi pagi ke halte bus. Gadis itu keras kepala sekali untuk menolak tawaran nya untuk mengantarkan Nae Ri kembali ke Gangneung. Taehyung mengucapkan banyak terima kasih pada Nae Ri atas kebaikan nya dan sang ayah selama Taehyung tinggal di sana dan berjanji untuk sering-sering mampir ke sana membawa serta teman-teman nya.

Kembali lagi pada Jungkook yang tengah bersandar di dinding balkon memiringkan kepala nya sambil masih menatap Taehyung yang bertopang dagu pada pembatas balkon. Bukan menjawab, Jungkook malah tersenyum lebih lebar dan makin menatap kakak nya itu lekat-lekat membuat Taehyung gusar.

Taehyung mengacak belakang rambut nya kesal, "Sungguh, dari pada kau melihatku seperti itu akan lebih baik kalau kau memarahiku, atau kau boleh memanggilku bodoh atau apa pun. Jangan diam seperti ini!" Taehyung memukul pembatas balkon frustasi, kemudian tatapan nya menyendu kala melihat lagi wajah Jungkook. Sahabat yang telah ditinggalkan nya namun masih memberinya tatapan sehangat dulu, "Maaf sudah meninggalkanmu."

Jungkook mengambil buku catatannya, aku sudah tahu Hyung pergi ke sana, kenapa pergi ke sana, dan alasan kenapa Hyung memilih Gangneung.

Taehyung mengangkat alis pertanda tidak percaya. Jungkook  menegakan badan masuk ke dalam sebentar kemudian kembali dengan buku catatan lama Taehyung, membuka halaman terakhir dari buku itu dan memperlihatkannya pada Taehyung.

Aku menemukan catatan ini, perjalanan Taehyung hyung dan Jimin hyung. Aku langsung berpikir hyung mungkin saja pergi ke sana. 

Tulis di atas kertas bergaris-garis itu.

"Lalu, kenapa kau tidak memberitahu yang lain dan memastikannya?" tanya Taehyung lagi.

Karena aku yakin Taehyung hyung punya alasan untuk bersembunyi, dan alasan itu adalah kami. Aku hanya menunggu sampai Hyung mengakhiri petak umpet ini sendiri.

"Maaf." Taehyung kembali menundukan kepala, merasa bersalah dengan segala pemikirannya kemarin. Rupanya dia belum benar-benar dewasa, bagaimana bisa Jungkook yang sekarang mengambil peran sebagai seorang kakak?

Jangan sembunyi lagi, Hyung. Jangan pernah berpikir untuk bersembunyi lagi atau meninggalkan kami. Kau pasti tahu rasanya kehilangan secara tiba-tiba. Jangan membuat kita seperti kehilangan arah lagi sama seperti dulu, tanpa Jimin hyung. Jangan merasa tertinggal dari kami, karena tangan kami akan selalu menggengam tangan hyung, untuk sama-sama melangkah.

Taehyung baru saja akan menyahut, ketika Jungkook beranjak dari sisi nya tergesa kembali ke dalam. Taehyung mengintip dari balik tirai balkon, Jungkook membuka pintu dan teman-temannya masuk ke dalam terlihat sangat berisik dengan tangan penuh plastik. Taehyung memakai sandalnya, bergegas masuk ke dalam juga mengamati teman-temannya keheranan.

"Ada apa?" tanyanya.

"Pes-ta." Jawab Hoseok sambil mengangkat plastik di tangannya.

Namjoon mendorong Taehyung untuk duduk, Yoongi dan Hoseok mengeluarkan cemilan dan bir kalengan lalu meletakannya ke atas meja. Seok Jin dan Jungkook tengah sibuk di dapur, Taehyung menebak mereka sedang membuat makanan karena Taehyung bisa mencium wangi harum dari sana.

Tak sampai setengah jam, meja makannya penuh dengan makanan berat sampai cemilan membuat Taehyung terbengong-bengong. Seingatnya, tidak ada yang ulang tahun hari ini, atau perayaan apapun. Kenapa mendadak mereka mengadakan pesta?

Ini pesta perpisahan.

Mata Taehyung membulat terkejut dengan catatan yang diberikan Hoseok.

"Perpisahan?"

Aku akan segera berangkat ke camp militer, mulai menjalani kehidupan sebagai tentara. Hoseok terkekeh saat menulisnya. Kau harus lihat betapa gagahnya kakakmu ini memakai baju tentara, Taehyung-ah. Hoseok kemudian mengacak rambut Taehyung.

"Apa..harus pergi?" tanya Taehyung kemudian membuat gerakan mereka semua berhenti dan berfokus pada Taehyung. "Apa Hyung harus pergi?" ulangnya.

Hoseok mengulas senyum kecil, maklum dengan tanggapan Taehyung. Harus, ini kewajibanku. Aku ingin membuat kalian bangga.

Seok Jin berdecak, "Curang! Harusnya aku dulu yang masuk wajib militer. Kenapa jadi kau lebih dulu?" gusarnya.

Hoseok lalu mengalungkan tangannya pada leher Seok Jin, "Kalau begitu, Hyung mendaftar saja sekarang, supaya kita bisa pergi bersama. Supaya aku tidak kesepian." Hoseok menurun naikan alisnya jenaka menggoda Seok Jin yang merotasikan matanya jengkel.

Hoseok berdehem, kembali pada Taehyung yang memperhatikan kedua temannya itu.  Kau masih bisa mengunjungiku bersama yang lainnya. Tulisnya untuk Taehyung.

Taehyung menganggukan kepala pelan, meski dia tidak rela namun pada akhirnya Taehyung percaya keputusan Hoseok adalah yang terbaik untuk dirinya sendiri.

Kita ke tempat Jimin besok?

Taehyung mengangkat kepala, memandang Namjoon yang menyodorkan catatannya.

"Ya, sudah lama kita tidak mengunjunginya. Aku juga harus berpamitan padanya." Sambung Hoseok sambil tersenyum penuh arti lalu menatap pada temannya satu persatu. Mereka juga membalas senyum Hoseok. Iya, sudah lama sekali mereka tidak pergi ke sana bersama.

Jimin-ah, apa kabar?

***

Ada perasaan rindu yang selalu membuncah setiap kali mereka pergi ke sana. Perasaan rindu yang tidak bisa dibendung dan terkadang membuat air mata itu mengalir begitu saja tanpa mereka bisa cegah. Biasanya itu Jungkook, yang selalu menangis setiap kali datang ke sana. Sekarang, bertambah lagi Hoseok yang ikut menangis bersamanya.

Tidak akan ada yang ingin dipertemukan kembali dalam keadaan seperti ini, tidak juga mereka. Ada banyak kata 'kalau saja' yang mewakili pikiran mereka setiap kali melihat nama Jimin terukir di batu itu.

Kalau saja Jimin di sini ...

Kalau saja Jimin masih bersama kita ...

Kalau saja, waktu dapat kita putar kembali..

Akan ada di mana kita sekarang, kalau saja kita masih tetap bersama tanpa ada yang hilang?

"Jimin-ah." Hoseok membuka suara ditengah isakannya yang mulai reda. "Aku akan pergi besok, semua... akan baik-baik saja,kan?" Hoseok merasakan remasan pada bahunya, Yoongi yang melakukan seolah memberinya kekuatan lebih.

"Kami semua akan baik-baik saja." Yoongi  menimpali.

"Hyung, meskipun semua tidak akan pernah sama seperti dulu." Jungkook lalu bersuara, "Meskipun..yang hilang jelas tidak dapat kami gantikan. Tolong bantu kami agar terus bersama, apapun yang terjadi nanti." Jungkook mengusap nisan itu.

"Jimin-ah.." suara serak Taehyung mengambil alih, pemuda itu lalu berjongkok di samping nisan temannya.

Sekarang, aku sudah belajar mencintai diriku sendiri. Sama seperti mereka yang menerima kekuranganku, dan mengajarkan aku bahwa kunci dari kebahagiaan di dunia berawal dari mencintai diri kita sendiri.

"Kami menyayangimu, selalu."


I believe in myself inside this maze, because when winter passes, spring comes again

Fin

Behind The Spotlight #2 : Solitude ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang