Sebuah rumah yang terbuat dari kartu, dan kita di dalam nya - House of Card
.
.
.Hal pertama yang dia lakukan ketika melihat sosok itu keluar dari apartement adalah, mengarahkan pukulan ke wajah pemuda itu. Entah karena apa, Jungkook sendiri juga terkejut karena tindakannya yang begitu tiba-tiba. Sesuatu yang bergejolak dalam dada nya mendorong dia untuk meninju Min Yoongi.
Yoongi, terhuyung, kemudian mengerjap. Mencoba mencerna apa yang terjadi, Jungkook yang tiba-tiba datang lalu memukulnya tanpa aba-aba. Kemudian dia menyadari, bahwa pukulan tadi meninggalkan bekas di sudut bibirnya yang berdarah, Yoongi mendengkus tersenyum mengejek sembari menyeka darah di sudut bibir, "sekarang kau sudah tahu bagaimana cara nya memukul seseorang, Jungkook-ah."
Napas nya masih memburu, tak menghiraukan rasa sakit pada kepala nya. Atau tetesan keringat dari pelipisnya. Melihat presensi pemuda di hadapan nya sekarang ini benar-benar membuat nya diliputi berbagai macam perasaan yang menjadi satu. Sejak hari di mana Taehyung menghilang, sejak itu mereka tak bertatap muka, Yoongi yang tidak lagi mengirimi nya pesan menanyakan kabar Taehyung, juga Jungkook yang tidak lagi menemukan kehadiran Yoongi di tempat kerja mereka.
Meski begitu, Jungkook tahu tak ada yang akan mau mengalah atas ego mereka berdua. Jadi, sebagai yang termuda Jungkook merasa harus melunak lebih dulu. Beberapa hari lalu berniat mengunjungi Yoongi, tetapi yang dia dapat hanya apartement kosong tanpa penghuni. Pengelola nya bilang, dia tidak melihat Yoongi beberapa hari ini. Pemuda itu pergi, tidak tahu kemana.
Karena nya, Jungkook menitip pesan dan nomor telepon nya pada si pengelola meminta jika Yoongi kembali dia bisa langsung memberitahu Jungkook, dan Jungkook akan langsung datang ke sana. Mungkin untuk mengucap maaf, awal nya. Tapi melihat Yoongi sekarang malah membuat nya ingin memukul pemuda itu.
"Kau pergi kemana hyung?" Jungkook akhirnya bersuara.
"Bukan urusanmu!" Yoongi menabrakan bahunya dengan Jungkook dengan sengaja, berniat pergi.
"Kau bersembunyi lagi?" kalimat sarkas penuh kesinisan itu muncur dari mulut nya membuat Yoongi mengurungkan niat untuk melangkah lagi. "Kau selalu begitu, rupa nya, hyung. Tidak pernah berubah, lari jika ada masalah."
Yoongi mendengkus, kemudian membalik badan, menghadap Jungkook yang berdiri beberapa langkah dari nya. Matanya merah, Jungkook baru menyadari, Yoongi terlihat sedikit mabuk. "Ya, aku bersembunyi lagi. Lalu kenapa?" Yoongi menimpali seakan menantang.
Darah Jungkook serasa mendidih, "hyung pikir bersembunyi seperti ini akan membuat semua nya baik-baik saja? Ada hidup yang harus kau lanjutkan dari pada melarikan diri seperti ini!"
"Aku mencari Taehyung!" bentak Yoongi kemudian, lalu menatap Jungkook tajam lewat mata kecil nya yang terlihat kesusahan membuka. "Aku mencari nya karena kalian semua tidak becus untuk menemukan nya!"
Jungkook menengadahkan kepala nya, menarik napas kuat-kuat agar tak lagi terpancing emosi akan kata-kata pedas Yoongi. "Kami juga berusaha mencari nya, hyung." Jungkook sedikit melunak, "kami juga ingin Taehyung hyung kembali." Jungkook mendekat pada Yoongi berusaha meraih kedua lengan pemuda itu.
"Ini semua karena mu, Jeon Jungkook!" Yoongi menarik kerah Jungkook tiba-tiba. "Kalau saja kau bisa mengurus Taehyung dengan baik, dia tidak akan pergi dari kita! Harusnya kami tak mempercayakan Taehyung padamu kalau pada akhirnya kau tidak bisa menjaga nya!"
Baru saja Jungkook ingin memperbaiki hubungannya dengan Yoongi, setidaknya meluruskan kesalah pahaman karena kekeras kepalaan mereka berdua, tetapi mendengar tudingan Yoongi barusan membuat perasaan Jungkook kembali bergejolak dengan rasa amarah.
Jungkook menghentakan tangan Yoongi pada kerah baju nya, kata nya seseorang akan berbicara jujur ketika mabuk. Jadi, ini adalah kejujuran Min Yoongi? Menyalahkan Jungkook atas hal yang bahkan tidak Jungkook ketahui alasan pasti nya. Jungkook mengatupkan bibirnya rapat-rapat, mengepal kedua tangannya berusaha untuk tidak melayangkan pukulan berikutnya pada Yoongi yang terlihat kepayahan.
"Aku? Jadi hyung menyalahkan aku?!" Jungkook meninggikan suara nya, "apa kau lupa Min Yoongi, siapa yang sudah menyebabkan kekacauan ini awal nya? Kau lupa siapa yang sudah merubuhkan rumah yang telah kita bangun?! Kau!"
Entah, Jungkook sadar atau tidak, air mata nya sudah menetes dari sudut mata. Mendengar perkataan Yoongi membuat rasa sakitnya berkali-kali lipat, rasa nya sudah mencapai ambang batas yang siap Jungkook tumpahkan saat itu juga.
"Aku selama ini berusaha sekuat yang aku bisa, aku mengorbankan semua nya demi menjaga dia!" perdebatan itu semakin memanas, bersama suhu tubuh Jungkook yang ikut naik namun tak dia hiraukan. "Kau tahu apa yang sudah aku korbankan demi membuat kita semua kembali seperti dulu?!" jerit nya, napas nya kian memburu.
Jungkook sungguh tak ingin mengungkit hal ini lagi, dia tak pernah ingin mempermasalahkan apa yang telah hilang dalam hidup nya. Tapi dia juga tidak ingin terus di salahkan atas kesalahan yang tak diperbuatnya, setiap manusia memiliki batas kesabaran yang berbeda, Jungkook menekan diri nya sendiri untuk bersabar dengan segala hal yang terjadi dalam hidupnya.
Bukan kah mereka sudah kembali berada di dalam rumah yang sama lagi?
Tapi pada akhirnya Jungkook menyadari, rumah itu sudah lama retak. Diperbaiki sedemikian rupa pun, tak akan pernah bisa menghilangkan bekas retakan nya. Retakan itu masih ada di sana, tak akan hilang meski coba mereka tutupi sedemikian rupa.
Yoongi terduduk di undakan tangga, menutupi wajah nya dengan kedua tangan.Mungkin kesadarannya sudah kembali pulih, Jungkook mengira begitu.
"Bukan kah kita berdua sama-sama terlihat menyedihkan, Jungkook-ah?"
Oh, sepertinya sisa alkohol masih menguasai Yoongi. Yang terjadi berikutnya adalah Jungkook yang memukul wajah Yoongi untuk kedua kali nya.[]
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Spotlight #2 : Solitude ✔
FanficMereka kembali kehilangan arah saat Kim Taehyung memutuskan pergi. Membuat mereka bertanya kembali pada diri sendiri. Apa mereka tidak pantas untuk bahagia?