Wildan menepati perkataannya untuk mengantar Odelia pulang sebelum pukul delapan. Mereka berdua kini berdiri di depan pagar rumah Odelia.
"Sana masuk, jangan lupa kunci semua pintunya" ujar Wildan.
"Mas juga sana pulang. Udah malem"
"Mas mau pastiin kamu kunci pager, terus masuk, terus kunci pintu."
Odelia menuruti perkataan Wildan. Gadis itu masuk dan bersiap mengunci pagar. Tapi kemudian Wildan memanggilnya.
"Lia,"
Odelia berjinjit agar bisa memandang Wildan dari balik pagar. "Iya?"
"Love you," Wildan membuang wajahnya, enggan menunjukkan ekspresi malunya kepada Odelia, "udah sana buruan masuk!"
Odelia menganga. Ia tidak menyangka jika Wildan akan mengatakan itu. Ia kira Wildan akan mengucapkan selamat malam, atau selamat tidur, atau kata-kata ringan lainnya.
"I will love you too."
Setelah itu Odelia langsung berlari masuk dan mengintip dari jendela, memperhatikan Wildan yang mengendarai mobilnya pulang.
Bohong jika selama ini Odelia tidak terlena pada afeksi yang Wildan berikan. Apalagi Wildan adalah salah satu idolanya. Ia merasa bersalah karena menganggap Wildan hanya sebagai pelarian dari Alino.
Menghabiskan waktu dengan Wildan membuatnya lupa jika ia sempat mematikan ponselnya. Sampai di kamar, ia langsung menghidupkan ponselnya dan terkejut ketika ada dua puluh lima panggilan tak terjawa dari Alino.
Baru saja ia meletakkan ponselnya dan akan ke kamar mandi untuk ganti baju, ada panggilan masuk lagi dari Alino.
"Kemana aja baru diangkat!?"
Odelia menjauhkan benda persegi panjang itu dari telinganya. Suara Alino terlalu nyaring dan menyeramkan.
"Dimana-mana kalo telpon tuh salam dulu!"
"Jawab!"
Odelia hampir saja melempar ponselnya karena emosi mendengar bentakan Alino.
"Terserah gue dong mau kemana!?
Odelia sudah tidak bisa untuk tidak berteriak. Ia tidak paham apa tujuan Alino membentaknya seperti itu.
"Selama papah mamah lo belum pulang, lo itu tanggung jawab gue, Del!"
"Tapi bukan berarti lo bisa ikut campur urusan gue!"
"Lo baru dibalikin sama Wildan ya? Habis ngapain aja kalian sampe jam segini?"
"Ini bahkan belum jam delapan, No! Apa urusannya sama lo sih!?"
"Ya tapi apa pantes cewe pulang jam segini!? Apalagi dianter sama cowo yang baru dikenal!"
"Mas Wildan cowo baik-baik, No! Lo tuh kenapa sih!?"
"Iya udah belain aja terus! Lo cuma mau pansos kan sama dia!?"
Odelia sudah tidak tahan. Ia langsung mematikan panggilan dan melempar ponselnya ke kasur begitu saja. Moodnya yang sudah dibangun dengan baik oleh Wildan kini dihancurkan begitu saja oleh Alino.
"Alino bangsat!"