Ada dua hal yang menyambut Odelia saat sampai di rumah: mobil kedua orang tuanya dan kotak warna hijau tosca dengan pita abu-abu manis.
"Orang tua kamu udah pulang ya?" Suara Wildan membuyarkan pikiran Odelia dari kotak itu.
"Iya kayaknya. Mau ketemu?"
Wildan tampak berpikir sejenak. Selama ini ia selalu meminta izin via pesan atau telepon jika ingin mengajak Odelia jalan. Ia sudah sempat memperkenalkan diri juga walaupun hanya via pesan. Jadi sepertinya tidak buruk juga jika ia bertemu sekarang.
"Tapi Mas ngga bawa apa-apa, nggapapa?"
Odelia tertawa kecil saat tangannya sibuk membuka pagar dan menutupnya. "Cukup Mas bawa aku pulang udah cukup kok"
"Ya emangnya Mas mau nyulik kamu gitu???????"
Odelia meringis. Wildan gemas.
"Nah ayo masuk," Odelia melepas sepatunya lalu meletakkan di rak dekat pintu. Ia juga tidak lupa mengambil kotak misterius itu. "Mah, Pah, Odel bawa Mas Wildan nih"
Wildan mendadak gugup sampai-sampai ia hampir jatuh tersandung sepatunya sendiri. Setelah merapikan sepatunya di dekat pintu, ia memberanikan diri untuk mengucap salam, "permisi om, tante. Maaf Odelia nya jadi pulang malem gini"
Seorang wanita paruh baya yang terlihat anggun muncul dari balik tirai pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga. Beliau menyambut Odelia dan Wildan dengan senyum hangatnya.
"Ini Wildan? Ternyata lebih ganteng kalo diliat aslinya ya. Ayo masuk sini,"
Wildan kira ia akan dipersilahkan untuk duduk di ruang tamu. Tapi nyatanya, setelah ia mencium telapak tangan ibu Odelia, ia sekalian dibawa masuk ke ruang keluarga.
"Lho anak siapa itu Mah digandeng gandeng?"
Ayah Odelia mengalihkan fokusnya dari televisi saat melihat sang istri membawa orang lain.
"Ini lho Wildan, Pah. Ngganteng tenan. Sik ya tante bikinin minum"
Wildan jadi salah tingkah.
"Oalaah cah bagus, maaf ya kalo Odel ini ngerepotin kamu. Sini duduk" sambut ayah Odelia dengan hangat, lalu menarik Wildan untuk ikut duduk di sofa depan televisi.
"Mah, Pah, tau ngga ini kotak dari siapa?"
Odelia yang sejak tadi hanya memperhatikan interaksi Wildan dan orang tuanya kini bersuara setelah ingat ada kotak di genggamannya.
"Waktu kita pulang belum ada kok. Buka aja coba, siapa tau ada nama yang ngasih"
Odelia mengikuti saran ibunya yang baru kembali dari dapur dengan senampan teh hangat dan kue kering. Ia duduk di sebelah wanita itu, lalu membuka kotak tersebut dengan perasaan was-was. Pikirannya sudah macam-macam tentang bahaya apa saja yang akan terjadi jika ternyata kotak itu berisi bom atau lainnya.
"Eh? Boneka bebek?" gumam Odelia.
Ibu Odelia yang melihat isi kotak itu menepuk keningnya, "Ya Allah, Del, mamah malah lupa beliin kamu kado kan. Kamu mau hadiah apa? Besok mamah papah beliin"
Odelia tertawa mendengar ibunya panik seperti itu. "Nggapapa maaah. Odel juga udah seneng banget mamah papah pulang"
"Seneng mamah papah pulang apa seneng karena habis dirayain bareng Wildan?"
Wildan tersedak kue kering yang bahkan belum ia kunyah.