Bertemu Kembali

8.9K 560 12
                                    

"Hari itu juga, Runi diusir dari rumahnya. Dia dituduh berzina, karena menyelamatkan Papa." Adam terdiam sejenak, menarik napas dalam-dalam.

"Dia bertahan hidup selama dua tahun, di jalanan. Sampai suatu hari, Rendy menemukannya, beberapa bulan sebelum pernikahan kita."

Ingatan Adam melayang ke kejadian puluhan tahun silam.

****

"Dam ... Adam!" Sebuah suara yang sangat dikenal, berteriak nyaring. Adam hanya menoleh malas.

"Ada apa? Berisik!" Tangannya menunjuk telinga, Rendy hanya tersenyum lebar.

"Tebak, siapa yang baru saja aku temui?" Rendy menatapnya dengan mata jenaka.

"Sinta si SPG toko itu?"

"Ngaco ...."

"Dewi mantan ka ...."

"Jangan sebut nama itu!"

Adam tergelak, sebuah tinju melayang ke bahunya.

"Terus, siapa? Jangan bilang kalau Lily si cewek disko kerja di sini, ya."

Kali ini Rendy terbahak.

"Takut, kan?" Alisnya naik ke atas sebelah. Tatapan matanya tajam mengancam Adam.

"Gila, lu! Bisa gagal pernikahan gua, bro ...." Adam menggelengkan kepala, melangkah menuju ruang HRD.

"Seruni!" Rendy berseru, sesaat setelah Adam berlalu.

Adam mematung. Tangannya hanya beberapa senti dari pegangan pintu. Seketika dia menoleh, menatap sahabatnya, tak percaya. Di sana hanya ada Rendy yang tertawa dengan bahu terangkat.

"Antar aku kesana, sekarang!" Ditariknya kerah baju Rendy, cepat.

"Hey, meeting-nya?"

*****

Seorang anak lelaki berusia empat tahun, berdiri mematung. Menatap tak percaya pada mainan perahu kertas di tangannya. Lalu beralih ke sebuah tangan yang mengulurkan mainan perahu yang lebih bagus. Bukan dari kertas. Tapi plastik, seperti yang selama ini dia mau.

Adam menatapnya sambil tersenyum. Mata yang sama seperti ibunya. Hanya itu yang bisa dia ingat. Sorot mata yang teduh.

"Danar?" Adam menatap lekat tubuh kecil di hadapannya.

Danar mendongak, menatap lelaki tinggi besar di hadapannya, lalu berlari masuk, tanpa peduli lagi dengan mainan di tangan Adam.

"Ada apa, Nang? Siapa yang ...." Seruni muncul dengan mata terbelalak. Rendy, laki-laki yang ditemuinya di bawah lampu merah, sewaktu jualan tadi, tampak berdiri di depan rumah kontrakannya. Di sebelahnya, berdiri seseorang yang samar, masih ada diingatannya.

"Kamu ... yang waktu malam itu ...?" Seruni menutup mulutnya. Menatap tak percaya. Adam mengangguk.

"Untuk apa kesini?" Seruni menunduk, dengan rona wajah dingin dan kaku. Tangannya membelai kepala Danar. Bocah itu memeluk kakinya erat.

"Rendy sudah menceritakan semuanya. Aku minta maaf." Adam mencoba menatap Seruni yang masih tetap tertunduk, menyembunyikan wajahnya. Ada seulas senyum melengkung tipis, sinis.

"Danar sudah besar. Ini, Om bawa mainan." Adam jongkok, seraya mengulurkan mainan ke arah Danar. Dari bawah sini, dia mencoba melihat ke arah mata teduh milik Seruni. Ditatapnya lekat. Namun, yang empunya malah mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Boleh, Bu?" Danar mendongak, meminta ijin. Seruni mengangguk pelan. Adam tersenyum lebar, ketika mainannya berpindah tangan.

"Ehm!" Rendy yang sedari tadi hanya menonton pertemuan mereka, memecah kesunyian. Adam dan Seruni tersentak bersamaan, menyadari kekakuan di antara mereka.

MAKAN SIANG TERAKHIR  (Sudah TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang