Luka Itu Ada

7.2K 475 49
                                    

Part ini sedikit mengandung bawang
Next part mungkin bisa kita buat bahagia yaaa
Jangan lupa vote-nya

Selamat membaca
********

"Maaf, Ceuceu terlambat." Sebuah sentuhan lembut di pundak, mengalihkan pandangan Seruni dari Adam dan Nela.

Seorang perempuan tua bertubuh tambun datang. Berbalut gamis panjang menjuntai, seperti yang Seruni kenakan.

"Tidak apa-apa, Ceu," ucap Seruni seraya mencium lembut punggung tangan keriputnya. Adam dan Nela terperangah.

"Ibu, pemilik butik tempat saya belanja?" Nela menatap Ceu Niah kaget.

"Bukan saya pemiliknya, tapi Seruni pemiliknya." Ceu Niah menunjuk Seruni dengan senyum ramah menghiasi wajah.

"Ada apa ini, Ceu?" Adam menatap perempuan lanjut usia itu dengan tatapan penuh tanya.

Ceu Niah tersenyum, menggenggam tangan Seruni pelan.

"Adik saya memang salah, Bu Nela. Jatuh cinta pada orang yang salah. Menerima cinta dari orang yang salah. Tapi bukan berarti dia perebut suami orang. Dia hanya perempuan biasa yang terjebak perasaannya. Cinta yang terlalu besar, memaksanya terus bertahan." Ceu Niah menatap Seruni penuh kasih. Bulir bening mulai turun di matanya.

"Saya selaku kakaknya, meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kelancangan adik saya." Perempuan berusia senja itu mengusap matanya pelan seraya menarik napas.

"Hanya perlu Bu Nela ketahui, dia bukan tidak terluka, bukan tidak pernah menyadari kesalahannya. Sama seperti Bu Nela saat ini. Dia pun terluka, bahkan selama bertahun-tahun." Ceu Niah melanjutkan perkataannya.

"Kalau memang dia terluka, kenapa dia masih bersikeras menikahi suami saya?" Nela menatap Ceu Niah tajam. "Jangan bersikap seolah dia korbannya, Bu. Karena jelas, korban di sini, adalah saya," tegasnya lagi.

Ceu Niah tersenyum. Mengusap lembut tangan Seruni lalu menatap Adam tajam.

"Tanyakan pada suami Bu Nela, siapa yang memaksanya menikah," ucapnya pelan.

"Ceu ...?" Adam menatap Ceu Niah dengan raut wajah tak percaya.

"Berulang kali saya harus mengingatkan adik saya. Mencegahnya melakukan kesalahan, tapi saya gagal." Ceu Niah terisak. Lanjutnya, "saya saksi dari perjalanan cinta mereka. Atau lebih tepatnya, cinta Seruni untuk Adam."

"Tolong, jelaskan apa yang terjadi, Ceu." Adam menatap Ceu Niah dengan pandangan memelas. "Ada apa di balik pertemuan mereka hari ini?"

"Bu Nela bisa jelaskan, siapa yang memberi tahu tentang keberadaan Seruni?"

Adam tersentak. Dia tersadar.

"Siapa, Ma?"

"Apa penting?"

"Penting. Karena Bu Nela tidak tahu siapa orang itu sebenarnya." Ceu Niah menatap Nela tajam.

"Memangnya apa salah orang itu?" Nela menatap balik Ceu Niah. "Bukankah masalah saya yang sebenarnya adalah pernikahan adik Ibu, dengan suami saya?" lanjutnya dengan suara gemetar.

Ceu Niah menghela napas pelan. Menundukkan wajahnya sesaat. Lalu kembali menatap Nela tajam.

"Hati-hati, Bu. Nurdin bukan orang baik," tegas Ceu Niah.

"Apa!?"

Sontak Adam terlonjak sambil berteriak.
Tepat di saat itu, seorang lelaki masuk. Walau rambutnya sudah mulai memutih, namun tubuhnya masih terlihat tegap. Melangkah masuk dengan gagah dan senyum menghiasi wajah.

MAKAN SIANG TERAKHIR  (Sudah TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang