Kenyamanan

7.5K 424 8
                                    


Hari sudah semakin larut. Mobil Adam membelah jalanan yang lengang. Tiba di sebuah gang, Seruni meminta berhenti. Kening Adam berkerut.

"Ini bukannya gang ...?"

"Rumah saya pindah ke belakang rumahnya Ceu Niah. Biar saya tidak jauh menitipkan Danar," jawab Seruni pelan. Kepalanya tertunduk, tak berani menatap lelaki di sebelahnya.

"Ya Tuhan ... Runi, kamu ...."

Sadar Adam marah, Seruni cepat ke luar dari mobil. Lalu berjalan cepat memasuki gang.

"Hey, tunggu!" Adam berseru ketika tubuh kecil itu hampir hilang di balik tembok.

Diikutinya Seruni pelan. Tubuh itu terlihat begitu kecil, dengan balutan jaket tipis yang sudah pasti tak bisa melindunginya dari angin malam yang dingin.

Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu. Di teras rumah Ceu Niah, tampak sosok laki-laki yang tadi dia hajar karena hampir memperkosa perempuan di hadapannya. Serta merta, Adam melangkah cepat, mendahului Seruni. Namun, langkahnya terhenti. Lengan bajunya tertarik ke belakang, disertai seruan lirih Seruni.

"Jangan, Kang!"

"Tapi, Runi ...."

"Pikirkan perasaan Ceu Niah. Tolong."

Adam menghela napasnya berat.

"Ok ... tapi mulai detik ini, jangan pernah menghilang lagi. Kamu harus turuti aku."

Seruni menatapnya tajam. Sorot matanya menyiratkan ketakutan.

"Atau, aku selesaikan sekarang juga?"

Seruni tersentak. Cepat menggelengkan kepalanya.

"Aku turuti Akang, tapi jangan bilang apa-apa ke Ceu Niah. Tolong." Seruni mendongak, menatap mata Adam penuh harap. Dibalas helaan napas berat dan kesal. Adam berjalan mendahuluinya, menarik Nurdin yang tampak terkejut dengan kedatangannya.

"Kita bicara!" ujarnya, seraya menatap mata Nurdin tajam.

Tepat saat itu, Ceu Niah membuka pintu.

"Uni, kamu tidak apa-apa? Kenapa baru pulang?" Suara serak Ceu Niah terdengar khawatir. Menatap Seruni lekat, lalu beralih ke Adam yang tampak sedang menatap Nurdin penuh kemarahan.

"Ada apa ini?" tanyanya heran. Seruni menahan napas ketika Ceu Niah mendekati suaminya.

"Ya Allah, Kang ... kenapa ini mukanya? Akang berantem?" cepatnya ketika melihat lebam di wajah Nurdin.

"Tadi ada orang gila pukulin aku, Niah." jawabnya tanpa melepaskan tatapan dari Adam yang sedang menatapnya tajam.

"Awas hati-hati. Orang gila kalau ngamuk, nyawa bisa melayang," ancam Adam. Ceu Niah menatap mereka berdua heran.

"Masuk, di luar dingin. Aku obati lukanya." Suara Ceu Niah dingin. Seruni dan Adam hanya diam.

"Ceu, Danar saya bawa." Seruni mengangkat Danar yang tampak terlelap. Sesaat kemudian, Adam mengambilnya.

"Sudah malam Uni ... eh, hampir subuh. Biar Danar di sini saja. Besok pagi baru pulang," cegah Ceu Niah. Namun Adam dengan tegas menolak. Tetap bersikukuh membawa Danar.

Sesaat sebelum melangkah keluar, dia menatap Nurdin tajam. "Ingat kata-kata saya tadi!"

Nurdin hanya diam. Ceu Niah menatap penuh curiga.

******

Tepat jam empat pagi. Danar masih terlelap. Tidur di atas kasur tipis dengan tangan memeluk guling erat. Di sebelahnya ada Adam yang juga terlelap.

MAKAN SIANG TERAKHIR  (Sudah TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang