6 || Analisis

190 14 0
                                    

[Arga]

Hari 'Kampanye Meningkatkan Minat Baca' dimulai. Arga telah berada di sekolah pagi-pagi sekali. Klub jurnalistik bekerja sama dengan OSIS dalam acara ini. Arga begitu disibukkan oleh banyak hal.

Baginya, ini bukan cuma sebuah event sekolah, tapi juga akan jadi sebuah pembuktian. Akan kemampuannya dan klub-nya mengkoordinir acara, akan kebolehan panggung teman-temannya, anak Bahasa, yang sering dipandang sebelah mata hanya karena jurusan mereka adalah minoritas. Dan tentunya, ini juga kontribusi nyata dirinya dalam merangkul sesama remaja buat meningkatkan minat baca.

Sampai pada setengah acara, semuanya berjalan dengan lancar. Workshop dengan dua pembicara andal yang mensosialisasikan minat baca remaja mendapat perhatian besar dari audiens. Lalu, kontes kecil yang berhubungan dengan buku juga sedang berjalan.

Tinggal satu acara lagi, dan Arga kira semuanya akan benar-benar berjalan dengan lancar, sampai ia mendengar keributan di ruang OSIS, tempat anggota klub jurnalistik dan OSIS saling berkoordinasi.

Keributan akhirnya mengundang banyak perhatian. Seorang cewek yang Arga tak begitu kenal dan cowok yang Arga ketahui menjabat sebagai ketua OSIS-lah yang sedang berdebat.

"Tugasku sudah banyak!" kata si cewek. "Kenapa itu juga jadi salahku?"

"Aku nggak nyalahin," balas si ketos, yang Arga akrab sapa dengan panggilannya, Andra. "Aku cuma bilang apa yang harusnya kamu lakuin sebagai sekretaris, Rin. Gimana kalo pembina nanya tentang dokumentasi dan rangkuman workshop-nya? Harusnya, ada anak OSIS yang tinggal di sana dan ngerangkum apa yang dibicarakan si pembicara."

"Sekali lagi, tugasku udah banyak! Kamu pikir aku nggak keteteran jadi sekretaris sendirian?" ujar cewek yang dipanggil Rin itu. "Salahin aja Elva! Kenapa dia harus keluar saat kita ada acara besar." Rin memandang sekitar dengan raut marah. "Dan kalo kalian lupa, aku sekretaris 2! Elvalah sekretaris 1-nya!"

Suasana menjadi begitu canggung. Selain karena keributan yang terjadi, Arga seolah merasa Rin yang membawa-bawa topik Elva membuat yang lain tidak nyaman. Seolah itu tidak harus dibicarakan lagi.

"Justru karena dia udah keluar. Kamu mungkin sudah terlalu biasa enak dengan posisi kamu sebagai sekretaris 2, Rin. Terlalu ngandelin Elva."

"Maksud kamu apa, Ndra?!"

"Kalo kamu nggak mampu, harusnya bilang dan anggota lain akan bantu. Biar semua nggak keteteran. Sori harus bilang gini, Rin, jangan kira aku nggak tahu, sikap kamu juga salah satu hal yang bikin Elva akhirnya keluar dari OSIS."

Rin terlihat begitu kesal. Barangkali merasa dipermalukan atau ucapan Andra terlalu menohoknya, Arga hanya bisa mengira-ngira.

"Terserah!" teriak Rin, sebelum berlalu, keluar dari ruang OSIS dengan tergesa.

Beberapa OSIS dan anak jurnalistik yang ada di tempat hanya diam, pun begitu dengan Arga. Arga merasa ini bukan kuasanya untuk ikut campur dalam masalah di badan OSIS. Tapi ia rasa ada yang bisa ia lakukan untuk membantu kelancaran acara dan OSIS. Maka, ia mendekat pada Andra.

"Ndra," yang dipanggil pun menoleh. "Ada anak dari klub jurnalistik yang stand by di workshop itu. Harusnya sih, kemungkinan besar dia ngerangkum apa yang dibicarakan si pembicara buat bahan artikel mading. Jadi, OSIS bisa dapat data itu buat laporan. Soal dokumentasi juga anak jurnalistik udah pasti ada di sana. Tenang aja," pungkasnya, sambil menepuk pundak Andra.

"Beneran nih, Ga?"

"Iya. Ntar aku pastiin dia ngerangkum atau nggak."

"Wih, makasih banget nih, Ga."

ParadoksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang