08. Date

788 47 1
                                    

Aku berlari kecil saat menyadari ada yang mengikuti langkahku. Bukan apa-apa, bagaimana jika seseorang yang mengikutiku itu adalah penculik, dan aku disekap?! Lalu aku diancam tidak boleh melapor kepada siapapun dan mereka menghubungi orang tuaku dan meminta sejumlah uang, dan membuat mereka terkena serangan jantung dan--

Oh hentikan. 

Aku sudah gila ternyata. 

Tubuhku menegang ketika sebuah tangan besar meremas kedua pundakku--memaksaku untuk berbalik ke belakang.

Dengan gerakan slow motion, aku berbalik. 

"OH TUHAN! DEMI PELAJARAN SEJARAH YANG SANGAT KU BENCI. BASTIAN! KAU MENGAGETKANKU!" 

Bastian mengangkat alisnya. Ish, dasar keriting sialan. 

"Ada apa?" tanyaku datar. 

Bastian mengusap tengkuknya yang ku yakin seratus--bahkan sejuta persen bahwa tengkuknya itu sama sekali tidak gatal. "Aku--aku akan date dengan Lily." 

Ya?

Lalu?

"Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana, dan aku bingung mau mengajaknya kemana," suaranya memelan. Dan dia yang sebelumnya menunduk, mendongkak untuk menatap mataku. "Beri aku saran." 

Beri aku saran?

BERI AKU SARAN?

What the hell. 

Oh tentu saja aku akan memberinya saran untuk berperilaku buruk yang membuat Lily bergidig ngeri, sampai akhirnya menjauh dari Bastian. 

Sadis?

Biar saja. 

Aku berdeham agak keras. "Begini, kau adalah seorang player dengan beribu-ribu bahan gombalan yang membuat gadis-gadis setengah gila dengan wajah ber-make up overdosis terbang tinggi. Jadi, untuk apa aku memberimu saran?"

Bastian terdiam sebentar. Ia menggaruk tengkuknya, pipinya memerah. O-ow, dia blushing. "Aku ... ehm, kau tahu sendiri 'kan. Aku benar-benar cinta dengan Lily. Jadi rasanya, gombalan-gombalanku itu sangat amat garing." 

Aku terkekeh cukup keras. "Sadar juga akhirnya," ucapku sarkastik. 

"Oh, shut up. Beri aku saran,"

"Haha oke, kau ke rumahku sejam sebelum kau dan Lily nge-date.

xx-xx-xx

Oh sialan sekali. 

Bisakah kalian bayangkan, ketika crush kalian akan nge-date dengan cewek lain, dan dia malah memintamu untuk memberinya saran? 

Sumpah, ini menggelikan.

Karena rasanya, aku seperti mencurahkan isi hatiku. 

Tahu curhat

Itu yang kurasakan. 

Bukan memberinya saran, aku malah curhat. 

Aku ini gila sekali. 

Aku bahkan baru sadar saat Bastian sudah pergi dari rumahku untuk menjemput Lily. 

Dan aku baru sadar, aku ini mengenaskan.

Diam di rumah sendirian, hanya ditemani makanan dan internet.

Menyedihkan. 

Drrt, drrt. 

Halah, apa sih ini. 

Iqbaal Haii, Ann. Aku sedang tidak ada kerjaan (baca: bosan). Dan aku yakin, kau juga merasakan hal yang sama. Jalan, yuk? 

Anna Terlalu banyak basa-basi, dude. Aku mau, aku akan siap dalam 10 menit. 

Iqbaal Oke. Pakai pakaian casual ya. Setidaknya kaus polos dan rok lipit cukup. Jangan ber-make up. Aku tiba 15 menit lagi.

Aku bergidig ngeri membayangkan aku memakai make up. Setelah mengusir fikiran gilaku itu, aku segera mengetik balasan untuk Iqbaal.

Anna : Ya ya ya. Menggelikan sekali. Aku tidak akan ber-make up tentunya, bodoh.

Iqbaal : Sst, shut up. Aku sedang berkendara, CEPATLAH BERPAKAIAN!

Anna : Aye-aye captain..

xx-xx-xx

"Sialan. Jadi yang kau maksud jalan-jalan adalah nge-date? Kau gila atau sinting?" tanyaku kesal.

Bagaimana tidak kesal? Aku kira ini hanya jalan-jalan biasa, ternyata aku dibawa ke tempat-tempat dimana orang-orang biasa nge-date. Bisakah kau bayangkan betapa menjijikannya?

Iqbaal terkekeh. "Aku mengajakmu jalan-jalan, Ans. Bukan nge-date. Jangan geer."

Aku memutar kedua bola mataku mendengar jawaban Iqbaal yang menyebalkan. "Setidaknya kau tidak mengajakku ke tempat sialan seperti ini,"

"Jangan banyak omong."

Aku merasakan aliran listrik serasa mengalir di dalam tubuhku saat Iqbaal menggenggam tanganku untuk menghampiri sebuah pohon yang dikelilingi oleh rerumputan hijau segar.

Tanpa memberiku aba-aba, Iqbaal sudah melepaskan tautan jemarinya dan berbaring diatas rerumputan dibawah pohon.

"Hey, kau masih ingin berdiri di sana dan menjadi tontonan gratis untukku? Kemarilah." Iqbaal menepuk-nepuk tempat disebelahnya--menyuruhku untuk berbaring disampingnya.

 Aku menurut, tapi berbeda dengan Iqbaal. Aku memilih untuk duduk memperhatikan sekitar.

"Katanya tempat ini menggelikan, sialan, dan menjijikan karena banyak pasangan yang berpacaran disini. Kenapa malah diperhatikan?" tanya Iqbaal membuatku menoleh.

Iqbaal ikut duduk menemaniku, dan juga mengikuti arah pandanganku yang sedang memperhatikan sekitar taman.

"Aku ... Ah entahlah, ada perasaan tak enak."

Aku dan Iqbaal terdiam. Aku dan dia sama-sama menikmati keheningan diantara kami. Aku sibuk dengan fikiranku, dan mungkin dia juga.

Tatapanku terkunci pada sebuah pemandangan. Dan air mata sialan ini meluncur tiba-tiba tanpa ku minta sama sekali.

"Bastian--Lily?"

xx-xx-xx

a.n

waaayolooooooo 

bastian sama lily lagi ngapain tuh sampe anna yang ngeliatnya jadi nangis

ada yang bisa nebak?

gaada?

yowes. 

kalau ada dan bener, aku hadiahin dedikasi di chapt selanjutnya!<3 

eh ya,

maaf chapt ini lama.

padahal diketiknya udah selesai dari kemarin

vomment(s), bae xx. 

anddddd, 

DIRGAHAYU INDONESIA! 

wait, 

BESOK SENIN?!?!

17 August 2014. - 21. 44- 

NEAR • bbs (SU)Where stories live. Discover now