16. After 'the truth'

558 44 1
                                    

Sehari setelah hari dimana Lily dipaksa secara tidak langsung untuk jujur siapa dirinya dan alasan mengapa ia pergi, keadaan jadi sedikit berbeda.

Contohnya saja, disaat istirahat seperti ini, mereka yang biasanya makan bersama-sama di satu meja besar, sekarang berpencar. Bastian dengan Aldi, Ryzki dengan Iqbaal, Anna dengan Salsha, dan Lily sendirian.

"Hari ini berbeda. Terlalu berbeda." ucap Anna.

Salsha melenguh, "Ini lebih menyedihkan daripada saat Lily meninggalkan kita. Setidaknya kita masih bisa berkumpul, walau dengan Bastian yang setengah hidup."

Anna dan Salsha menumpuk kedua punggung tangannya, untuk menjadi alas dagu mereka. Berpikir jauh. Hari ini tidak menyenangkan, tidak sama seperti dulu, dan bagaimana mengembalikan keadaan seperti semula lagi?

.

.

.

"Oh ayolah, kalian semua terlalu kekanakan! Kalian sadar tidak sih? Hari kemarin itu harusnya berpengaruh positif untuk hari ini, bukan malah begini! Harusnya kita sudah bersama-sama lagi! Karena Lily sudah jujur 'kan? Nah, sekarang kenapa jadi begini? Asal kalian tahu, aku tak nyaman dengan keadaan ini!" Salsha menatap satu-satu manusia yang ada dihadapannya. Sudah berpuluh kalimat yang ia ucapkan, tapi manusia dihadapannya tetap diam. Bingung mau merespon apa.

"Ah! Aku seperti pyscho yang marah-marah tanpa sebab," gerutu Salsha.

"Kau memang pyscho." celetuk Iqbaal dengan seringaian khasnya.

Salsha mengepalkan tangannya ke udara, menatap tajam Iqbaal. "Ingin ini?" tanyanya balik menyeringai.

"Uh, hentikan," sela Anna. Menatap Salsha dan Iqbaal bergantian dengan malas. "Kalau kalian terus melanjutkan kegilaan kalian, tak akan ada akhirannya, karena kalian sama gilanya."

Sontak, Salsha dan Iqbaal membulatkan matanya, memelototi Anna, protes. "Jangan menatapku seperti itu, atau aku akan mencongkel mata kalian." ancamnya.

"Oke, hentikan." sahut Ryzki dengan suara yang dibesarkan, mencuri perhatian enam orang lainnya. "Aku setuju dengan Salsha. Dia ingin kita kembali seperti dulu karena... yah, walau semuanya sudah jelas tapi tetap, masih canggung. Bagaimana kalau semua berusaha untuk mengembalikan keadaan seperti awal? Setuju?"

Kelima orang di ruangan itu mengangguk dengan semangat.

Ryzki menatap Lily bingung. "Hanya kau yang diam. Kenapa?"

Lily menarik nafas, lalu menghembuskannya perlahan. "Apa kalian tidak lagi membenciku?" tanyanya hati-hati.

Ryzki tersenyum lebar, menggelengkan kepalanya. Diikuti oleh kelima orang lainnya. "Tentu saja tidak, Lilz."

Lily ikut tersenyum lebar, dengan perasaan senang tak terhingga.

Hari itu, mereka sadar, semuanya telah sama seperti dulu.

***

a.n

PENDEK BANGET YEEAAA HAHAHAHAHA

tapi penting loh.

eh btwwwwwwww, enak pake bahasa baku atau enggak? kalian lebih ngerti pake bahasa baku atau bahasa gahooel?

kalau kalian enak bacanya pake bahasa gaul, ya...gapapa WKWK. cerita ini bakal terus pake bahasa baku sampe akhir.

YAKALI, awal awal pake bahasa baku, eh ditengah jalan ganti pake bahasa nonbaku bin gaul. tapi di cerita aku yang baru; Sayap Pelindung, aku pake bahasa nonbaku.

ANDDD ITS A SECOND TIME, AKU PAKE BAHASA NONBAKU YEYY. semoga bahasanya ga amburadul yaak:"")

numpang promosi ah WKWK

Sayap Pelindung

"Menjagaku sampai besar?"

"Ya. Aku janji, aku akan menjadi sayap pelindungmu."

Sebuah janji yang diucapkan oleh anak umur sepuluh tahun. Terbayang?

Mungkin sebagian orang sangka, janji itu hanya bagaikan angin lalu. Terbang terbawa angin, lalu ... menghilang.

Tapi bagaimana jika janji itu benar-benar dilakukannya sampai besar? Seperti janjinya?

14/10/2014

16:43

NEAR • bbs (SU)Where stories live. Discover now