15. The Truth

682 47 1
                                    

Anna mengamati setiap siswa yang masuk lewat gerbang depan. Menunggu ada siswi berambut coklat yang diikat dengan gaya pony tail masuk lewat sana.

"Kau yakin dia masuk lewat gerbang depan?" tanya Anna pada Iqbaal tanpa menoleh, masih sibuk mengamati setiap siswa yang hilir-mudik masuk lewat gerbang.

Iqbaal mengendikkan bahu, sambil terus memakan snack. "Aku tak tahu," jawabnya enteng.

Plak.

Sebuah geplakan mendarat mulus di kepala Iqbaal, membuatnya mengaduh. "Apa sih? Aku benar-benar tidak tahu, for god sake."

Anna memutar bola matanya, lalu kembali memperhatikan gerbang.

Keadaan hening, sampai ...

"ITU DIA!" seru Anna.

Karena kaget, Iqbaal tersedak snack yang sedang dilahapnya, dengan tergesa ia mengambil minuman di tangan kanan Anna tanpa meminta terlebih dahulu.

"Sialan kau Feirth," umpat Iqbaal menatap tajam Anna yang sudah berlari meninggalkannya.

Dengan bibir yang dimajukan kedepan, Iqbaal menghampiri Anna yang sedang mengobrol serius dengan Lily, atau Rose? Atau ... lupakan.

"... Harus ya aku ikut?" tanya Lily.

Anna mengangguk meyakinkan, "Ikut ya? Kumohon. Ini sangat penting," rajuknya.

Lily menggigit bibir bawahnya, menimbang. "Oke."

Iqbaal terdiam sesaat menatapi Anna dan Lily yang berjalan beriringan, meninggalkannya sendirian. Sampai ia tersadar sesuatu,

"ANNALYNNE CASSANDRA FREAKING FEIRTH! KAU MENINGGALKANKU LAGI!"

***

Sebuah gudang usang yang sepertinya sudah tak terpakai lagi, membuat Lily meringis. Tempat macam apa ini? pikirnya.

"Kau tahu, aku seperti seorang tersangka pembunuhan yang akan dihukum gantung di sebuah gedung tua yang mengerikan," ungkap Lily.

"Kupikir juga begitu," sahut Iqbaal.

"Bisakah kalian diam? Atau salah satu dari kalian akan ku penggal kepalanya disini," ancam Anna dengan tatapan tajamnya.

"Tanpa kau penggal, tatapanmu sudah bisa membunuh seribu orang yang kau tatap." ujar Iqbaal sarkasm.

"Hentikan pembicaraan bodoh kalian, aku ingin segera pulang. Gudang ini mengerikan, seperti sedang memperhatikanku, for your fucking information." ungkap Lily mulai tak nyaman.

Akhirnya, tiga pasang kaki itu berjalan memasuki gudang. Lily memperhatikan arsitektur gudang, yang sumpah, sama sekali tak menarik.

Mereka berhenti, tepat di depan mereka ada tujuh kursi membentuk lingkaran.

"Duduk," perintah Anna. 

 Tap tap tap.

Suara langkah kaki terdengar menggema, semakin lama semakin terdengar jelas. Tak lama, datang Salsha dan Ryzki yang masih memakai seragam mereka, duduk di depan Anna, Lily, dan Iqbaal.

"Hai, Lily. Atau boleh ku panggil kau Rose?" tanya Ryzki sarkasm.

Lily tersentak, lalu segera menoleh ke arah Anna, menatap gadis dihadapannya dengan tatapan menuntut. "Kau memberi tahu mereka?" tanyanya tanpa suara.

Anna mengendikkan bahu, "Itu yang sudah seharusnya ku lakukan, Rosy."

Obrolan bergulir, membahas hal-hal ringan. Tak ada yang terbebani dengan obrolan panjang mereka, termasuk Lily. Ia merasa seperti obrolan yang tak ada tujuan, dan lagipula ia rindu dengan suasana seperti ini dengan orang-orang yang sama.

NEAR • bbs (SU)Where stories live. Discover now