29

3.1K 520 106
                                    

Mobil Veranda berhenti tepat di Taman bermain, sebenarnya ia banyak kerjaan hari ini dan harus memeriksa Perusahaannya apalagi Shani sekarang sudah angkat tangan, tidak ingin mengurusi Perusahan yang sudah diberikan kepadanya. Semua jadwal ia batalkan karena hari ini Kinal ingin mengajak Viny bermain dan memintanya untuk mengantarkan. Seperti biasa, Veranda tidak bisa menolak permintaan Kinal.

"Ayo, turun." Kinal membuka pintu belakang kemudian mengayunkan tangannya pada Viny.

"Yeay aku main sama Kinaaal!" Dengan bersemangat, Viny meraih tangan Kinal kemudian turun dari mobil. Keduanya berjalan beriringan terlebih dahulu meninggalkan ketiga gadis yang masih berada di mobil.

"Itu alesan lo nyembunyiin Viny dari Kinal selama ini? Takut semua perhatian Kinal diambil Viny? Licik banget, bucin." Gracia tersenyum sinis pada Veranda yang baru saja turun dari mobil. Ya, ia tentu sudah tau semuanya dari Beby. Beby mengatakan ia harus tetap diam sampai tiba waktunya Beby akan membongkar semua rahasia Veranda pada Kinal.

"Tutup mulut lo!" Veranda menatap tajam pada Gracia. Gracia tersenyum miring lalu mengibaskan tangannya,

"Basi. Gue udah gak takut sama lo." Gracia mendelik kemudian berjalan mendekati mereka.

"Makanya jangan jadi tukang kibul." Shani merangkul lengan Veranda sambil berjalan menyusul mereka.
"Gue kasian aja sama lo kak, jadi milih tutup mulut." Shani tersenyum pada Veranda dan mengalihkan pandangan pada Viny yang saat ini malah berhenti tepat di depan kedai minuman.

"Kamu pilih ya pengen yang mana, aku bawa dompet dulu di tas Veranda." Kinal meninggalkan Viny sendiri. Sementara Gracia memilih untuk membelikan tiket masuk.

"Mau pesen yang mana, mbak?" Pelayan kedai itu memberikan buku menu pada Viny.

Viny menggigit bibir bawahnya bingung karena ia tidak bisa membaca sedikitpun. Kepalanya tiba-tiba saja pusing ketika ia paksakan untuk membaca. Viny membuang pandangannya kemudian menunduk, "Aku gak bisa baca. Aku pesen yang enak aja," ucapnya.

"Lah, udah gede kok gak bisa baca?" tanya salah satu pengunjung perempuan yang kebetulan mengantri di belakang Viny. Mereka tiga orang.

Viny menggeleng, "Aku gak bisa, Teteh." Viny melayangkan pandangan ke sekeliling, mencari Kinal yang belum juga kembali. Viny jadi takut mereka akan menghinanya seperti teman-teman di kampung dulu.

"Mbak beneran gak bisa baca?" tanya pelayan kedai itu seraya tertawa, sedikit meremehkan. Mungkin bingung juga masih ada jaman sekarang orang yang tidak bisa membaca sama sekali.

"Pasti di Sekolahnya males nih. Orang dengerin Guru, ini malah tidur jadi gak bisa baca." Pengunjung yang lainnya ikut berbicara.

"Aku gak Sekolah," ucap Viny menunduk sambil sesekali melirik ke arah luar, berharap Kinal datang dan membacakan pesanan untuknya.

"Masih ada ya jaman sekarang anak muda yang gak baca?" Alih-alih membacakan atau menunjukan pesanannya, pelayan itu malah kembali meledek Viny dan tertawa.

"Ya gapapa aku gak bisa baca, daripada kalian bisa baca tapi berani ledekin orang lain yang kalian sendiri gak kenal. Aku gak mau beli minuman di sini." Viny menggeleng pelan lalu mengayunkan kakinya.

"Iyalah, di sini minumannya mahal-mahal. Sekolah aja gak mampu, berarti gak punya uang." Pengunjung itu kembali mengeluarkan suaranya.

Kinal mengerutkan dahinya ketika melihat Viny yang akan keluar dari kedai tiba-tiba saja berbalik, melemparkan sendal pada salah satu pengunjung. Kinal buru-buru berlari mendekati Viny kemudian menahan kedua bahu Viny yang hendak berjalan ke arah mereka. "Aku bilang jangan nakal," ucap Kinal menepuk pipi Viny berkali-kali.

Cinta IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang