28

3.1K 548 162
                                    

"VINY!!!" Viny menutup kedua telinganya ketika mendengar teriakan Veranda dan Shania secara bersamaan. "Ki-Kinal," serunya memanggil Kinal, takut ia akan terkena marah besar dari mereka berdua karena sudah membuat masalah.

"Kamu nakal sih," ucap Kinal berjalan mendekati Viny kemudian memeluknya. "Jangan takut ya, gak akan ada yang berani marahin kamu selama ada aku," lanjutnya mengusap kepala belakang Viny. Viny hanya mengangguk dan membalas pelukan Kinal. Melihat itu, Veranda hanya bisa bersandar di dinding dengan nafas menderu, berusaha menahan emosinya. Benar apa yang Kinal ucapkan, mana mungkin ia berani memarahi Viny selama ada Kinal?

"Kinal, kenapa banyak orang?" Viny memandang asing ke sekeliling. Pandangannya terhenti pada Gracia yang sedang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Viny meneguk ludahnya lalu mengalihkan pandangan pada Shani yang juga menatapnya dengan tatapan sama, bahkan air mata Shani sudah jatuh membasahi pipinya. "Mereka nangis gara-gara aku nakal. Kinal, aku janji gak akan nakal lagi."

Kinal tersenyum kemudian mengangguk dan melepaskan pelukannya, "Saat kita membuat kesalahan, apa yang harus kita lakukan?" tanyanya merapikan poni Viny yang sedikit berantakan.

"Minta maaf." Viny mengerucutkan bibir bawahnya, menyesal karena sudah merusak kran air milik Veranda dan menghancurkan meja makan beserta seluruh piring.

"Pinter." Kinal menepuk kedua bahu Viny lalu menyingkir dari hadapan Viny, membiarkan gadis itu meminta maaf pada semuanya.

Viny menunduk, memainkan ujung kemejanya lalu berucap pelan, "Teteh jelek sama Teteh tinggi, aku minta maaf ya karna udah na-" Viny menggantungkan ucapannya ketika merasakan pelukan Shani dan Gracia secara tiba-tiba. Viny menautkan kedua alisnya bingung kemudian mengusap kepala belakang mereka. Shani di sisi kanan, Gracia di sisi kiri. Mereka menangis cukup keras dalam pelukan Viny.

Veranda menatap tajam pada Beby dan Shania yang entah kenapa bisa masuk ke dalam rumahnya. Ia beralih, memandang dengan tatapan yang sama pada Shinta. Shinta langsung menunduk, merasa bersalah karena sudah membantu mereka untuk masuk ke sini. Shinta tidak punya pilihan lain selain membantu mereka, ia tidak bisa kehilangan adiknya.

"Teteh-teteh jangan nangis ya, aku janji gak akan nakal lagi. Maafin aku ya semuanya." Viny memandang semua orang yang ada di sini secara bergantian tanpa menghentikan usapannya pada kepala belakang mereka. Jika ia menangis, ini juga yang Kinal lakukan untuk menghiburnya.

"Kinal," panggil Viny ketika pandangannya bertemu dengan Beby. "Teteh yang pake kupluk itu pernah ganggu aku. Marahin dia."

"Mana orangnya?" Kinal menoleh dan ternyata itu Beby. Bukan marah, ia malah tersenyum ketika melihat Beby berjalan menghampirinya. Kinal memeluk Beby sebentar lalu dilepaskan, "Kamu apa kabar? Kok gak pernah ke sini? Viny udah ketemu, Beb. Aku seneng bangeeeet." Kinal tersenyum sangat lebar, matanya berbinar bahagia.

"Aku juga ikut seneng." Beby tersenyum. Merasa sangat bahagia melihat kedua sahabatnya bertemu. Meski Beby harus menerima kenyataan bahwa salah satu dari sahabatnya sudah tidak bisa mengingatnya sedikitpun. "Viny gak inget aku."

"Maafin ya, di kampung juga Viny sering lupa sama orang padahal udah ketemu sama dia dua kali. Aku gak tau kenapa." Kinal menggeleng pelan. Ia yakin, Viny tidak sakit, hanya saja gadis itu mungkin pelupa.

"Gapapa kok tapi tolong bilangin dia ya kalo aku bukan orang jahat."

"Iya nanti aku bilangin." Kinal memegang bahu Beby kemudian berbisik pelan, "Beb, aku sama Nona Veranda udah pacaran," ucapnya. Seperti apa yang ia ucapkan kemarin pada Veranda. Jika bertemu Beby, ia akan memberitahu Beby bahwa sekarang ia memiliki seorang kekasih.

Beby tersenyum, "Aku ikut bahagia," ucapnya sambil mendelik sinis pada Veranda yang sedang memperhatikannya dari jauh. Beby membiarkan Veranda bahagia untuk beberapa hari ke depan. Setelahnya, ia akan menghancurkan kebahagiaan Veranda sama seperti Veranda menghancurkan semua perusahaannya. Saat ini, ia yakin Veranda sedang ketakutan meski itu disembunyikan lewat tatapan tajamnya.

Cinta IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang