3

4.5K 637 96
                                    

Mata Veranda menyipit memperhatikan Kinal yang sepertinya gelisah dalam lelapnya karena sedari tadi Kinal berguling-guling tak jelas di kasurnya padahal sudah jelas gadis itu sedang tertidur. Karena penasaran, Veranda memutuskan untuk berdiri lalu berjalan keluar kamar berniat memeriksa Kinal.

Veranda membuka pintu perlahan dan berjalan mengendap-ngendap menghampiri Kinal. Ia memperhatikan wajah Kinal, tidak ada yang salah di sana. Veranda merenung sejenak lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari remote AC yang tadi sempat Kinal mainkan. Helaan napas lolos dari bibir Veranda melihat suhu AC yang Kinal mainkan dengan sembarang. Ia mengembalikan suhu itu ke posisi normal lalu menarik selimut Kinal sampai menutupi lehernya.

Meski membutuhkan waktu cukup lama, tubuh Kinal berangsur tenang setelah Veranda mengatur suhu AC di kamar ini. Veranda tersenyum kemudian mengusap lembut dahi Kinal dengan kepala miring memperhatikan wajah tenang Kinal.

"Kenapa gue bisa perhatiin lo sebesar ini?" gumam Veranda tak mengerti pada dirinya sendiri. Padahal ini pertemuan pertamanya dengan Kinal, tetapi Kinal sudah mampu menarik perhatiannya sebesar ini.

Veranda menggigit bibir bawahnya ketika lagi-lagi pandangannya tertuju pada bibir kriting milik Kinal, bibir itu sedikit mengerucut ke depan. Selain menggemaskan, bibir Kinal juga sangat menggoda. Tanpa sadar Veranda mendekatkan wajahnya pada Kinal.

Veranda berhenti tepat di depan wajah Kinal. Matanya terpejam, menikmati embusan nafas Kinal yang menerpa lembut wajahnya. Veranda menggigit bibir bawah berusaha menahan gairahnya itu sebisa mungkin kemudian menempelkan pipinya dengan pipi Kinal. Ia menghirup aroma wangi rambut Kinal yang masih sedikit basah kemudian menenggelamkan wajahnya di caruk leher Kinal.

"Bukan cuma satu tahun, selamanya lo gak akan bisa lepas dari gue," bisik Veranda lembut kemudian menegakan kembali tubuhnya menjauhi Kinal. Ia kembali tersenyum seraya merapikan poni Kinal yang sedikit berantakan. Setelah itu, ia keluar dari kamar.

"Shinta," seru Veranda tersenyum lebar melihat sahabatnya itu berdiri di tepat di depan pintu kamarnya.

"Mana cewek yang berhasil narik perhatian kamu itu?" Tanpa menjawab sapaan Veranda, Shinta malah bertanya dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.

"Sini." Veranda menggenggam tangan Shinta lalu membuka sedikit pintu kamar Kinal, memperlihatkan Kinal yang sedang tertidur dengan lelapnya.

Shinta menarik tangan Veranda dan melangkah menuju kamarnya. Ia menghempaskan tubuh Veranda di kasur lalu menindihnya, "Kamu suka dia?"

Veranda melingkarkan sepasang tangannya di leher Shinta lalu tersenyum, "Aku cuma tertarik sama dia."

"Sampe segitunya?"

"Aku gak tau kenapa bisa secepet ini tertarik sama seseorang, yang jelas kamu tau 'kan aku bisa memiliki semua yang aku mau dan aku gak akan pernah ngelepasin itu."

"Kamu bakal ngiket dia selamanya?" Shinta tersenyum miring seraya mengusap lembut dahi Veranda lalu memberikan tiupan di wajahnya sampai kedua bola mata itu tertutup rapat.

"Dia gak akan bisa lepas dari aku," ucap Veranda tanpa membuka mata. Ia menggeliat pelan saat merasakan tiupan Shinta menyelusuri telinga dan lehernya.

"Kamu bakal jadiin dia budak seks kamu sama kaya aku?" Shinta menghentikan tiupannya, menatap Veranda serius.

Veranda membuka matanya lalu tersenyum tipis diikuti oleh gelengan kepalanya, "Meskipun hampir semua orang bilang aku gak punya hati tapi aku gak akan sejahat itu." Veranda membelai lembut pipi Shinta, "Pertama, kamu bukan budak seks aku, bukannya selama ini kita saling menguntungkan? Aku sering ngunjungin kamu bahkan tengah malem setiap kali kamu butuh kepuasan, begitupun sebaliknya. Kedua, dia gak akan jadi budak seks aku, dia harus jadi milik aku selamanya, Shinta," Veranda mengecup kedua belah bibir Shinta dengan lembut, "harus."

Cinta IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang