Gadis itu berwarna putih. Di rambutnya, di kulitnya juga. Senyumnya juga mungkin terendam di dalam cahaya yang menyilaukan hingga tidak ada yang bisa melihat warna merah yang menodainya. Kedua matanya juga mungkin tersamarkan oleh sinar membara yang menyembunyikan warna hitam yang menetes-netes seperti tinta yang berjatuhan. Atropa Malfoy menelengkan kepalanya. Menampakkan jenjang lehernya yang putih. Cahaya temaram menerangi wajahnya. Sorot matanya datar dan tidak terbaca.
Bulan sabit terbayang di sepasang mata itu.
Iris kelabu yang menyembunyikan perasaan.
"Father, mother," bisiknya, "untuk kita bertiga."
Di dalam keheningan malam dan angin yang berhenti,
ia hanya mengharapkan kebahagiaan mereka berdua.
.
.
the fifteenth banquet for the bloody birdcage of
ATROPA MALFOY
: lonely flower
Rozen91
Harry Potter © J. K. Rowling
.
.
Suara mata pena di atas kertas memenuhi kesenyapan yang melekat di dinding-dinding dan rak-rak buku di perpustakaan. Hanya berteman dengan cahaya bulan yang menerobos kaca jendela. Menimpa kepala putihnya dan menyilaukan mata seperti permukaan laut di malam yang berbintang. Atropa berhenti menulis.
Sudah selesai. Jari-jarinya bergerak melipat surat, memasukkannya ke dalam amplop putih dan menulisinya lagi. Kali ini gerakannya lebih pelan dan sorot matanya memperlihatkan sesuatu yang tidak biasa. Yang sudah lama tidak ia pampang di wajah cantiknya. Atropa berhenti menulis. Lagi.
Sudah selesai. Jari-jarinya bergerak meluruskan penutup amplop dan menurunkannya, lalu menyapunya dengan ibu jari. Setelah itu ia berdiri. Tatapannya sejenak terpatri pada pemandangan di luar jendela hingga senyum tipis terulas di bibirnya.
"What a nice dream. Sungguh mimpi yang indah."
Entah apa maksud dari ucapannya. Mungkin dia sedang membayangkan sesuatu saat itu dan memujinya. Atau mungkin dia mengharapkan sesuatu. Sama saja. Tidak ada bedanya. Dan setelahnya Atropa tidak pernah mencoba untuk memikirkannya untuk sekali lagi. Dia sudah tahu bagaimana hidupnya. Tentang masa depannya pun mungkin sudah bisa ia tebak-tebak akan seperti apa. Karenanya ia berhenti memikirkan hal-hal yang bahagia.
Iris kelabu bergulir dan tatapannya terjatuh pada amplop putih ia pilin-pilin di dua jarinya.
Rasanya ia ingin menertawai dirinya sendiri.
Ia memejamkan mata,
dan mendaratkan kecupan pada nama yang tertera di sudut amplop.
"This is the last from me. Ini yang terakhir dariku."
Di malam ketika orang-orang terlelap dalam tidur. Gadis itu sendirian dan berbisik dengan suara angin yang merayap di antara pepohonan. Ia berjalan tanpa suara dan tanpa cahaya seolah sudah terbiasa dengan kegelapan. Seolah sudah berteman dengan kegelapan itu sendiri. Mungkin memang begitu. Karena di dalam dirinya sudah bertengger kegelapan yang menghitamkan hatinya. Yang menanamkan kejahatan di ujung-ujung jari dan kilatan matanya. Yang ia simpan hanya untuk dirinya sendiri. Tidak perlu orang lain untuk tahu dan ikut campur.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATROPA MALFOY (completed)
Fanfiction*cerita sebelum dan sesudah terjadinya "ATROPA:The Disappearance of Magic"* Kali ini adalah perjamuan untuk sangkar burung yang terkutuk. Semua orang di panggung sandiwara ini menari dan tertawa, berdialog dengan topeng yang terpasang sempurna. Mel...