Harry menurunkan kacamatanya, menghela nafas saat memijit-mijit pangkal hidungnya. Dari arah sofa, James menelengkan kepala. "Ada apa, dad?"
Harry meliriknya. Matanya terpejam dan ia kembali menghela nafas. Albus yang tengah duduk di anak tangga mengalihkan mata dari bukunya, ikut memperhatikan sang ayah yang seolah semakin bertambah tua saja.
"Ini Teddy...dia...haah, bagaimana harus menjelaskannya? Dad sendiri tidak percaya." Harry menghempaskan badannya di sofa, si samping James yang mencoba mengintip isi surat di tangan ayahnya.
"Teddy kenapa?" tanya Lily seraya mendekati ayahnya dan duduk di salah satu pahanya. Harry melingkarkan satu tangan di punggungnya.
"Dia..." Harry tampak berpikir keras, seolah ia terganggu dengan berita yang baru saja ia terima. Ia berdehem, "Kalian tahu, 'kan, secinta apa Teddy dengan Satwa Gaib?"
"Uh-huh," jawab Lily dengan suara lucu. Albus ingin berkomentar kalau itu pertanyaan retoris, tapi konyol juga rasanya kalau dia harus mengatakannya di saat ayah dan kakaknya tengah memandang Lily dengan sorot mata yang mengindikasikan seolah si bungsu itu adalah mahkluk terimut di dunia. No, thank you, man. Dia hanya akan membuat dirinya terlihat bodoh.
"Jadi, Teddy?" Al bertanya dengan nada setengah tidak sabar.
"Sepertinya dia tidak akan bekerja di Kementrian."
"Apa? Mana mungkin!" seru James tidak percaya. Albus membelalak. Sementara Lily hanya bisa menatap langit-langit, berpikir, 'apa hubungannya Satwa Gaib dan Kementrian? Tidak nyambung, ayah.'
"Dia suka sekali dengan Satwa Gaib! Dan dia juga sudah beberapa kali mengikuti uncle Percy pergi ke Kementrian. Rasanya tidak masuk akal, dad! Aku tidak percaya ini!!" ujar si sulung dengan ekspresi heboh yang entah kenapa menggelitik mulut Albus untuk berkomentar pedas. Harry menatapnya skeptis, sepertinya dia tahu ada yang aneh dengan putra sulungnya. Tak sengaja mata hijaunya menangkap gambar di televisi...ah, well, pantas saja James terlihat agak puas setelah selesai mengucapkan kalimatnya. Drama India memang sedang booming di kalangan remaja dan ibu-ibu rumah tangga di London.
"Jadi," tanya James setelah tenang, "dia mau kerja dimana?"
Harry menatapnya. "..."
James mengerutkan kening.
"Dad?"
Lily mencolek-colek pipi ayahnya. "Dad?"
Dan seolah melelehkan es, senyum misterius terulas di bibir si Potter tertua. Ia berkata dengan nada main-main, "Kau akan tahu sendiri nanti."
"Haaaa?"
Dan Albus ingin berkomentar, 'ya ampun, dad, katakan saja sekarang! Untuk apa membuat anak kecil penasaran? Katakan saja cepat, lalu buat makan malam untuk kami. Kuharap ada seseorang yang bisa mengingatkan tentang jam makan malam kami. Apa dad juga lupa kalau ibu baru bisa pulang besok siang? Ya ampun, daaaad.'
Tentu saja, ia memilih diam biarpun sangat ingin mengatakannya. Terlalu banyak mengomel bisa membuat bahan candaan baru James untuk dirinya. Albus mendengus. Mengesalkan sekali.
Bagi James, pekerjaan Teddy masih menjadi misteri hingga di kompartemen Hogwarts Express. Teddy tidak datang menjemput dan ia semakin mengantisipasinya. James tidak sabar. Lihat saja! Dia sudah membuat berbaris-baris kalimat yang bisa ia ucapkan nanti saat mengetahui apa pekerjaan Teddy.
"Ooh! Hebat sekali! Aku tidak menyangka, ini cocok untukmu...pakaian kuning dan sapu, cocok sekali!"
Atau
KAMU SEDANG MEMBACA
ATROPA MALFOY (completed)
Fanfic*cerita sebelum dan sesudah terjadinya "ATROPA:The Disappearance of Magic"* Kali ini adalah perjamuan untuk sangkar burung yang terkutuk. Semua orang di panggung sandiwara ini menari dan tertawa, berdialog dengan topeng yang terpasang sempurna. Mel...