18th

280 40 2
                                    

Kau ingat cerita tentang si tudung merah?

Kau bilang aku lebih cocok menjadi tudung merah; cantik, pemberani, dan punya trik jitu yang banyak. Aku sangat senang mendengarnya; oleh karena itu, aku mencari pakaian yang mirip dengan si tudung merah dan meminta uncle Harry untuk membawaku ke seorang pelukis. Lukisan itu tak pernah sempat kupajang di kamar, tapi, tenang saja, aku tidak membuangnya. Mungkin, kalau kau mau menunjukkan kecerdasanmu, kau bisa mendapatkannya dengan usahamu sendiri.

Tapi, bertentangan dengan pendapatmu, adikku, aku tidak pantas menjadi si tudung merah. Aku adalah perempuan yang jahat, suka memanipulasi orang, membuat orang-orang ketakutan dan menangis, dan menyakiti keluarganya sendiri. Semua itu bukanlah sifat si tudung merah.

Aku adalah si serigala jahat. Melakukan banyak hal tak berperasaan dan menjebak si tudung merah. Kau pasti kecewa. Hanya menjadi si tudung merah saja aku tidak bisa. Aku malah lebih mirip si serigala jahat, atau mungkin lebih parah dari itu.

Maafkan aku karena sudah mengecewakanmu.

Jangan marah, Scorpius-ku.

Maafkan aku, ya?

Aku akan senang senang sekali jika bisa kau maafkan. Aku sudah banyak mengingkari janji dan membuatmu bersedih. Dan sekarang kaupun tahu bahwa aku tidaklah seperti yang kau pikirkan selama ini.

Apakah kau masih mau menerimaku?

Ataukah kau sudah membenciku sekarang? Marah padaku?

Karenanya, aku minta maaf. Dan aku akan senang sekali jika bisa kau maafkan. Tapi, jangan meminta banyak hal lagi padaku agar bisa kau maafkan. Sayang sekali, Scorpius, aku berada di tempat yang jauh dan hanya bisa melihatmu dari sana. Karena itulah, maafkanlah kakakmu ini agar aku bisa senang di tempat yang jauh itu.

Adikku tersayang, Scorpius yang baik hati, adik kecilku yang cengeng, kalau masih ada satu hari untukku, aku ingin memeluk dan tersenyum bersamamu.

Agar aku bisa terus melihatnya, bisakah kau tersenyum setiap hari?

.

Albus menatapnya heran.

Astoria menatapnya heran.

Semua orang bingung dan tidak mengerti.

Scorpius berjalan dengan langkah mantap. Melewati, mengabaikan semua mata yang tertuju penuh tanya ke arahnya.

Astoria memandangnya prihatin. Tangannya meremas pelan pundak sang anak.

"Jangan memaksakan diri, Score," ucapnya.

Namun, Scorpius malah tersenyum lebar ke arahnya. "Aku tidak memaksakan diri. Ini permintaan big sis."

Dari kejauhan, sepasang permata kelabu yang tampak lebih tua memandang diam, menyadari ada panggilan yang sudah lama tak ia dengar dari mulutnya.

Para tamu memandang Scorpius yang balik memandang dengan wajah berseri-seri.

"Atropa bilang," remaja itu berkata, "dia ingin melihatku tersenyum setiap hari!"

.

Untuk hari-hari yang tak bisa kita habiskan bersama,

tetaplah tersenyum, adikku.

xxx

.

ATROPA MALFOY (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang