1. Malam Minggu

11.6K 641 14
                                    

Jangan begitu cepat menilai orang buruk. Karena suatu saat dia berpotensi untuk berubah.


Seperti biasa setiap malam minggu Ghania jalan-jalan dengan pacarnya yang kerap disapa Raditya. Ghania nampak cantik dengan rambut sebahunya dibiarkan tergerai. Ghania baru tiga bulan lebih menjalin hubungan dengan Raditya.

"Ini mau kemana, bukannya tadi kamu bilang mau ke kafe?" tanya Ghania saat melihat jalan yang sedikit asing baginya.

"Yaelah, kamu polos banget sih, kita pacaran dululah, abis itu baru ke kafe," jawab Raditya yang masih fokus mengendarai motornya.

"Apaan, sih! Aku mau pulang!" pinta Ghania.

"Ikut aja dulu, nanti baru aku anterin."

"Berhenti!" pekik Ghania.

Raditya menepikan motornya lalu menghentikannya.

"Anterin aku pulang atau aku pulang jalan kaki!" ancam Ghania.

"Ngabisin bensin aja, terserah kamu aja kalo mau."

"Kok kamu jahat banget, sih!" Mata Ghania sudah memanas, tapi dia masih menahan sesuatu yang hendak keluar dari pelupuk matanya.

"Susah banget ya punya pacar polos, ikut bentar aja, abis itu baru kita ke kafe, sepuas kamu mau makan apa aja."

"Aku mau pulang sendiri!" Ghania berjalan meninggalkan Raditya yang masih duduk di atas motor.

"Ada cewek cantik tu," ucap Daffa. Kedua laki-laki itu menghampiri Ghania. "Kok malam minggu sendirian aja, dek?" tanya Daffa.

"Dia nangis Daf, pasti ketakutan liat muka lo," ucap Naufal sambil tertawa.

"Tolong!" teriak Ghania.

"Kita belum ngapa-ngapain dek, kok udah minta tolong aja," ucap Naufal disertai kekehan.

"Sumpah, polos banget ni cewek, gue paling suka sama yang kayak begini," ucap Daffa dengan senyum miring.

Ghania semakin ketakutan. Kedua tangannya terkepal kuat. Dua laki-laki ini sangat menyeramkan baginya. Tapi sepertinya Ghania tidak asing lagi dengan kedua laki-laki ini.

"Abang anterin pulang, yuk," ucap Daffa.

"Astaghfirullahaladzim." Seorang lelaki hadir dan langsung mengambil posisi berdiri di tengah-tengah mereka.

"Eh, Agam," ucap Naufal disertai cengiran.

"Kalian kenapa pulang duluan? Jangan-jangan gak dengerin ceramah," tanya Agam dingin.

"Kita dengerin kok, Gam," sahut Naufal.

"Kok gue gak liat kalian di dalem?"

"Kita di teras mesjid, sengaja gak bilang sama lo Gam, kalo kita bilang, yang ada lo ceramah," sahut Naufal lagi.

"Ngapain di teras mesjid?" tanya Agam datar.

"Kita jagain sendal Gam, biar gak ilang," jawab Naufal tanpa dosa.

Agam geleng-geleng kepala mendengar jawaban Naufal. "Judul ceramah tadi apa?"

"Menjaga pandangan," jawab Naufal.

"Terus, kenapa godain cewek?"

"Daffa tu yang bisikin gue."

Daffa menggeplak kepala Naufal sehingga membuat lelaki itu meringis. "Lo pikir gue setan!?" kesal Daffa. "Cewek lo ya, Gam?"

"Iya kali Agam punya cewek, Agam kan anti pacaran, nyentuh cewek aja takut apalagi mau macarin," ledek Naufal.

"Haha, lupa gue. Nongkrong yuk," ajak Daffa.

GHANIA [Revisi Versi Cetak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang