2. Pembersih kaca

5.5K 538 9
                                    

Air matamu mahal. Jangan kau sia-siakan hanya untuk menangisi yang tidak pasti.

"Tapi Bu--"

"Gak ada tapi-tapi! Selama satu semester kamu bersihin musholla sekolah."

"Apa gunanya petugas kebersihan di sekolah ini, Bu?"

"Mau protes atau Ibu tambah hukumannya?"

"Jangan Bu! Kapan waktu saya membersihkannya?"

"Istirahat pertama dan pulang sekolah."

"Istirahat pertama saya mau ke kantin Bu, saya kan juga manusia biasa yang butuh makan."

"Ya sudah, terserah kamu saja, berani berbuat, berani bertanggung jawab!" tegas Bu Marni.

"Emangnya gue berbuat apaan?" batin Ghania.

"Kamu telat lagi?" tanya gadis berhijab syari yang tak lain tak bukan adalah Akila. Sahabat Ghania.

"Iya ni, gara-gara Bunda gue lama baru bangunin."

"Ya Allah, Ghania kamu tu harus belajar bangun sendiri dong."

"Udah ah, nanti baru ceramah. Oh iya, lo biasa ke musholla kan istirahat pertama?" tanya Ghania.

"Iya, kenapa emangnya?"

"Gue mau ikut."

"Kamu mau sholat dhuha?" tanya Akila dengan raut wajah senang.

"Mau bersihin musholla," jawab Ghania apa adanya.

Akila mendengus kesal. Akila sudah berusaha menasehati Ghania, tapi gadis ini sangat susah untuk diluluhkan hatinya.

***

"Aku duluan ya, kamu jangan sampe telat masuknya," ucap Akila.

"Iya Ustadzah." Ghania masih fokus dengan aktivitas menyapunya sedangkan Akila sudah pergi terlebih dahulu. Setelah menyapu Ghania langsung beralih untuk membersihkan kaca.

"Di mana cairan pembersih kacanya, ya?" Ghania terus mencari-cari barang yang sangat dia butuhkan saat ini. "Ah itu, tapi di tempat cowok." Ghania melihat kanan, kiri, depan dan belakang. Nampaknya tidak ada laki-laki, bahkan hanya dia sendiri di dalam musholla. Ghania dengan santainya melewati pembatas antara laki-laki dan wanita. "Buset, tinggi banget sih, kenapa gak sekalian di genteng nyimpennya," gerutu Ghania. Dia melompat-lompat untuk mengambilnya. Tapi tetap saja tidak bisa. "Begini ya nasib orang pendek?" kesalnya.

"Bisa keluar dari area laki-laki?"

Suara berat dan datar itu membuat Ghania menghentikan aktivitas lompat-lompatnya. Dia melihat ke arah sumber suara. Mata Ghania dapat menangkap sosok Agam. "Ambilin ini, baru gue keluar," ucap Ghania sambil menunjuk semprotan pembersih kaca. Tapi tidak ada pergerakan dari Agam. "Kok lo nunduk mulu, sih? Woy Agam, gue ngomong sama lo! Lo jalan begitu gak pernah kejedot pintu apa?" kesal Ghania.

Agam berbalik dengan santainya. Dia berjalan ke arah pintu di sebelah kanan musholla khusus untuk laki-laki.

Ghania tidak diam saja. Dia melempar kain lap yang sedari tadi dipegangnya.

Tepat sasaran. Sekarang kain lapnya ada di punggung Agam. Mau tidak mau Agam membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah Ghania. Dengan santainya dia mengambil semprotan pembersih kaca, karena tubuhnya yang tinggi, lalu dia memberikannya ke Ghania.

"Makasih." Ghania melangkahkan kakinya. Tapi tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. Dia berbalik. "Maaf." Ghania sedikit berjinjit untuk mengambil kain lap yang ada di bahu Agam. Ghania langsung pergi meninggalkan Agam. Dia memilih membersihkan kaca dari luar terlebih dahulu.

GHANIA [Revisi Versi Cetak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang