16. Hujan

4.6K 374 11
                                    

Seakan langit membenarkan perasaanku.
Seakan awan-awan itu mewakili gumpalan sesak di hatiku.
Seakan air-air yang terjatuh itu membenarkan atas runtuhan air mataku.



Nampan yang berisikan tiga gelas air yang dibawa Ghania terjatuh begitu saja. Ketiga lelaki itu langsung melihat ke arah Ghania.

"Maaf," ucap Ghania. Dia kemudian berjongkok.

"Gam." Daffa memberi kode dengan dagunya agar membantu Ghania membersihkan pecahan gelas kaca itu, tapi tidak ada gerakan dari Agam.

Saat Ghania hendak mengambil pecahan gelas itu, Naufal langsung menghampirinya.

"Biar gue aja."

"Gak usah, gak usah," tolak Ghania. Dia merasa tidak enak hati.

Daffa yang melihat kewarasan Naufal hanya bisa melongo.

Naufal mulai mengumpulkan pecahan kaca itu. "Ini gak gratis, loh."

"Maksudnya?" tanya Ghania.

"Beliin gue dvd spongebob," ucap Naufal dengan suara pelan.

Ghania tidak bisa menyembunyikan rasa gelinya. Setelah Ghania ke dapur. Naufal kembali mendudukkan tubuhnya.

"Gue jadi kasian sama Ghania, sejak kapan seorang Agam jadi gak punya hati gini?" tanya Daffa.

"Gue bukannya gak punya hati, lo tau masa lalu dia, kan? Cukup itu yang buat gue gak suka sama dia, ditambah cincin yang mau gue kasih ke Akila, ternyata dia gak ngasih itu ke Akila," jelas Agam.

"Selalu masa lalu yang lo bahas. Gue gak ngerti jalan pikiran lo, Gam. Gue tau saat itu lo gak bisa nerima perjodohan itu, tapi apa gak bisa lo bersikap menghargai, Ghania?" Lagi-lagi entah kenapa Daffa tidak suka dengan sikap Agam yang seperti ini.

"Sadar umur, udah tua, masih aja berantem." Kini Naufal membuka suara. Dia paling tidak suka melihat situasi seperti ini. Baginya kedua mahluk itu sama-sama salah.

"Silahkan diminum." Setelah meletakkan tiga gelas kopi, Ghania langsung pergi. Dia tidak ingin mendengar percakapan yang menyayat hatinya.

Di dalam kamar. Ghania duduk di atas kasur sambil memegangi foto Aminah. "Bunda, hiks ... hiks," lirihnya. Ghania memeluk erat foto itu. Tubuhnya bergetar. Sesekali suara isakan terdengar dari mulutnya. "Jangan nangis gini Ghania, kamu masih punya Allah," ucap Ghania menguatkan dirinya. Ghania menghapus air matanya. Ghania beranjak dari duduknya untuk mengambil wudhu, setelah itu barulah dia tidur.

***

Lagi-lagi untuk kesekian kalinya masakan Ghania sama sekali tidak dimakan Agam. Ghania hanya bisa tersenyum kecut.

Ghania tampak menelpon seseorang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Suara di sebrang sana.

"Kamu ada kuliah gak hari ini?"

"Kalo siang ini ada. Ada apa, Nia?"

"Aku mau ketemu, boleh?"

"Boleh dong, lagian aku juga kangen sama kamu. Ke toko, ya, soalnya pulang kuliah aku langsung liat karyawan di toko."

"Ya udah, nanti malam aku ke sana, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

***

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Akila langsung memeluk tubuh Ghania. "Aku kangen, Nia."

"Aku juga kangen." Ghania melepaskan pelukannya.

GHANIA [Revisi Versi Cetak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang