6. Amnesia?

4.4K 426 6
                                    

Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin : "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[Q.S Al-Ahzab : 59]

"Gam lo kenapa, sih?" tanya Daffa.

Tidak ada jawaban dari Agam. Lelaki itu berjalan meninggalkan dua mahluk yang tengah penasaran akan tingkahnya itu.

"Daf, gue baru sadar, itu tadi Ghania pake hijab, kan?" tanya Naufal.

"Eh, iya Fal," jawab Daffa membenarkan.

"Perasaan kemaren-kemaren rambutnya masih dikuncir," heran Naufal.

"Nanti baru bahas itu deh, sekarang ke musholla dulu."

Dengan cepat Daffa dan Naufal menyusul Agam.

***

Jari-jemari Aminah bergerak pelan.

Membuat Ghania langsung mendongakkan kepalanya. "Bunda," lirih Ghania.

"Ghania?"

"Iya Bun, ini Ghania, kan Bunda yang waktu itu nyuruh Ghania menutup aurat," ucap Ghania.

"Bunda nyuruh kamu, karena wanita wajib untuk menutup aurat," ucap Aminah susah payah. "Bunda mau, kamu pake hijab itu karena Allah, bukan karena Bunda yang minta." Air mata Aminah mengalir lembut.

Ghania langsung memeluk Aminah yang masih berbaring itu. "Maafin Ghania Bun, selama ini Ghania selalu bersikap tak acuh sama Bunda," ucap Ghania disela isakannya. Ghania semakin mengeratkan pelukannya. "Pemahaman Ghania tentang agama masih kurang Bun, ajarin Ghania melakukannya semata-mata hanya karena Allah, Bun." Ghania melepaskan pelukannya. Sambil sesekali menghapus air matanya.

"Bunda udah maafin kamu kok, belajarlah, cari tau apa-apa yang belum kamu tau. Bunda cuman mau kamu menjadi anak yang shaliha."

Ghania kembali mendudukkan tubuhnya di samping tempat Aminah berbaring saat ini. Dia meletakkan kepalanya di ranjang Aminah. Ghania kembali menangis. Sungguh perasaannya sangat sesak. Posisinya tidak menghadap ke Aminah.

Sesekali Aminah mengusap kepala putrinya yang kini sudah tertutup hijab.

Ghania perlahan mendongakkan kepalanya setelah merasa sedikit tenang. "Oh iya Bun, tadi Akila ke sini, tapi Bunda masih belum sadar."

"Sampein makasih Bunda sama Akila, ya."

Ghania mengangguk pelan. Dia kembali memeluk tubuh Aminah. Sampai akhirnya dia terlelap.

***

Mata Ghania terpaku dengan sosok yang baru saja lewat, yaitu Dhafin. Salah satu siswa yang menjadi favorit anak-anak SMA Bangsa.

Akila menyenggol lengan Ghania. "Hayooo, gak boleh gitu ngeliatinnya, Nia."

"Hehe." Ghania menanggapi ucapan Akila hanya dengan cengiran.

"Kok ada ya, udah pake hijab, tapi ngeliatin cowok gak pake kedip."

"Palingan ngerubah penampilan doang."

"Iya bener tu, biar dibilang orang baik gitu."

Kesabaran Ghania sudah habis mendengar ucapan tiga gadis yang berada tidak jauh darinya. Emosinya meluap-luap. Ingin sekali dia mencakar-cakar ketiga gadis itu.

Akila yang melihat Ghania sudah emosi. Dengan cepat dia menarik lengan gadis itu ke dalam kelas.

"Kenapa lo narik gue sih, Kil?" tanya Ghania penuh amarah.

GHANIA [Revisi Versi Cetak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang