11. Dulu

4.1K 407 9
                                    

Seburuk apapun masa lalu.
Dia tetap menjadi bagian diri kita.
Sebaik-baiknya kita sekarang.
Tak luput dari masa lalu, yang terkadang memberi kita pelajaran.

"Jadi kita ikut berpartisipasi gak ni, Gam?" tanya Naufal.

"Tergantung keputusan anak-anak yang lain."

"Gue gak mau tau, pokoknya kita juga harus ikut berpartisipasi, jangan mau kalah sama ekskul-ekskul lain," ucap Naufal.

"Nanti pas rapat aja lo ngomong gini," ucap Daffa.

"Eh Gam, btw, jangan lama-lama ya rapatnya, gue udah seminggu ni gak nonton spongebob."

Rapat sudah selesai. Akila langsung menghampiri Ghania di parkiran. Di sana hanya tersisa sedikit motor.

"Astaghfirullahaladzim." Akila langsung berlari mendekati gadis yang tengah tergeletak di antara motor itu. Akila berjongkok. Dia melihat ada batu sebesar kepalan tangan di dekat Ghania. Akila berdiri dari posisi berjongkoknya. Dia melihat ke sekitar, dan matanya menemukan Keyrin yang berjalan ke arah parkiran. "Keyrin! Sini cepetan," ucap Akila sedikit berteriak.

"Astaghfirullahaladzim, Ghania kenapa, Kil?"

"Aku juga gak tau Key, tolongin aku bawa Ghania ke musholla ya, lagian uks pasti udah ditutup Pak Kasim."

"Iya-iya, ayok."

Akila dan Keyrin sama-sama membopong Ghania yang terkulai lemah. Mendadak Akila dan Keyrin menghentikan langkahnya saat di depan mereka ada Agam, Naufal, dan Daffa.

"Itu Dedek Ghania kenapa?" tanya Naufal.

"Aku juga gak tau, tadi dia udah pingsan," jawab Akila. "Terus di samping Ghania ada batu."

Akila dan Keyrin kembali melanjutkan langkahnya.

"Wah, gak bisa dibiarin ni, kita harus cari tau pelakunya," ucap Naufal menggebu-gebu.

"Gak usah ikut campur urusan orang."

"Tapi itu membahayakan siswa-siswi di sini juga, Gam, bener apa yang dibilang Naufal, kita harus cari pelakunya," ucap Daffa.

"Itu gak akan berdampak ke orang lain."

"Emang lo peramal Gam, bisa tau gitu?" tanya Naufal.

"Palingan mantannya yang ngelakuin itu," ucap Agam disertai seringai yang menyeramkan.

"Buktinya apa, Gam? Lo jangan mentang-mentang gak suka sama Ghania, jadi suudzon gini ke orang," tanya Daffa.

"Kalian tadi udah masuk duluan, gue masih buka sepatu, gue liat Raditya ngelempar sesuatu, dan kena punggung cewek berisik itu," jelas Agam.

"Astaghfirullahaladzim, kenapa gak lo cegah, Gam?" geram Daffa.

"Gue males ikut campur urusan orang lain."

"Iya, urusin aja tu si Akila! Lo itu dipandang baik Gam, tapi kenapa lo gak bisa mencerminkan sikap baik itu? Setidaknya tadi lo cegah Raditya, dengan gitu, gak bakal kejadian kayak gini menimpa Ghania, kita harus saling menolong Gam, lo tau itu, kan?" Daffa sudah emosi. Kenapa bisa-bisanya Agam yang sudah melihat tidak melakukan tindakan apapun. "Gue ngomong kayak gini, bukan berarti gue suka ataupun belain Ghania!"

"Gue gak mau berurusan sama cewek berisik itu," jawab Agam datar.

"Gam! Apa lo pikir dia masih sama? Oke, gue tau dia punya masa lalu yang sangat bertentangan bagi lo, tapi setiap orang berhak untuk berubah. Buktinya dulu waktu pertama kita bertiga kenal, apa lo kenal kita berdua dengan latar belakang baik? Gak, Gam! Lo pasti inget kan waktu itu gue sama Naufal minum alkohol, terus pertanyaan gue, apa gue sama Naufal sekarang masih kayak gitu?"

GHANIA [Revisi Versi Cetak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang