22. Permintaan Sederhana

5.5K 448 27
                                    

Aku sudah biasa menunggumu.
Namun hatiku gelisah kala kau jauh.
Aku sudah biasa berharap.
Namun selalu jatuh.
Hingga aku sudah terbiasa dengan semua ini.

"Kamu ada waktu gak nanti malem?" tanya Andin.

"Ada apa?"

"Temenin saya makan."

"Maaf, saya gak bisa," tolak Agam.

"Kenapa kamu nolak saya terus, sih? Kemarin diajakin makan siang gak mau, sekarang juga gak mau. Terus maunya apaan?" tanya Andin mulai gregetan.

"Saya gak mau apa-apa."

"Ayolah Gam, sekali ini aja," mohon Andin dengan wajah memelas.

"Saya mau nemenin istri saya di rumah."

"What?!" pekik Andin. "Kamu punya istri? Sejak kapan?"

"Iya saya punya istri, sudah lima bulan menikah."

"Jangan becanda kamu."

Agam menyalakan ponselnya lalu melihatkan wallpaper. Di sana ada gadis dengan memakai gamis dan jilbab syari. Sangat cantik. Foto ini Agam ambil saat dia dan Ghania akan pergi ke acara pernikahan Akila. Lebih tepatnya Ghania merengek-rengek minta di foto menggunakan ponselnya. Karena Ghania bilang memori ponselnya penuh. Mau tidak mau dia memotret gadis itu. Siapa yang menyangka, dia sangat suka dengan foto Ghania. Sampai dijadikannya wallpaper.

Sekarang Andin hanya terdiam. Melihat gadis di foto tersebut membuat Andin melihat dirinya sendiri. Ternyata Agam benar-benar berbeda. Bahkan istrinya sangat rapat menutup aurat. Ada perasaan malu di hati Andin.

"Boleh saya kapan-kapan ketemu istri kamu?"

"Mau apa?"

"Saya gak tau, tapi saya pengen ketemu."

"Silahkan. Kalo gitu saya permisi dulu."

Sakit. Ya, perasaan cinta Andin tak berbalas. Apakah dia tidak berhak bahagia? Dia paling tidak suka situasi ini. Kenapa dia harus mempunyai perasaan dengan Agam. Entahlah, tapi lelaki itu memang nampak berbeda. Dia juga sadar, sering kali Agam mengalihkan pandangannya saat tidak sengaja melihat ke arahnya. Langka. Ya, lelaki seperti Agam langka. Di matanya, lelaki itu sangat menghargai wanita.

***

Sekarang Agam sudah resmi menjadi dokter. Dan sekarang Ghania dan Agam sudah di depan rumah baru mereka.

"Alhamdulillah," lirih Ghania. Matanya berbinar melihat rumah berwarna abu itu. Baginya sangat cantik.

Keduanya masuk ke dalam rumah. Rumahnya sangat luas. Ini adalah hasil kerja Agam.

Agam mengeluarkan kotak berbentuk love dari saku celananya. Sedangkan Ghania masih sibuk melihat rumah baru mereka.

"Ehem."

Deheman itu membuat Ghania menghentikan aktivitasnya. Dia menatap Agam.

Agam meraih tangan Ghania. Dia menggenggam tangan gadis itu lalu memasukkan cincin di jari manis Ghania. Ukuran yang pas untuk jari mungil istrinya.

Ghania seketika membeku. Dia tidak pernah meminta barang apapun dari Agam, bahkan untuk cincin cantik yang menghiasi jari manisnya sekarang. Dia teringat cincin yang diberikan Agam untuk Akila. Sampai harus dia yang memberikannya. Rasanya kembali sesak saat mengingat kejadian itu.

"Terima kasih," lirih Ghania.

"Maaf."

"Untuk apa?"

GHANIA [Revisi Versi Cetak]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang