H-02 : Hargai cinta

226 19 1
                                    


"Bu Anita itu udah nikah!"

"Belom!"

"Udah!"

"Belom!"

"Kita taruhan." Ajak Bambam. "Kalo bu Anita itu udah nikah, lo harus lari keliling lapangan basket. Sepuluh kali!"

"Ok. Terus kalo bu Anita belom nikah, lo yang harus lari."

"Deal!"

Mereka menunggu bu Anita, dan menanyakannya langsung. Jawabannya, bu Anita itu masih jomblo. Jadilah Bambam harus menepati janjinya, berlari mengelilingi lapangan. Dia sangat menyesal membuat taruhan itu, membuatnya harus berlari di tengah hujan.

Karena bajunya basah, dia pergi ke lokernya, mengambil handuk dan mengganti seragamnya di kamar mandi. Baru dia ingat, jika dia seharusnya menemani Ame ke bengkel kamera. Jika Ame adalah tipe orang yang sabar, seharusnya dia masih menunggu Bambam di teras atas sekolahnya.

Bambam menaiki tangga sekolahnya. Jalannya agak lambat, karena dia sedang memikirkan apa yang akan dia lakukan jika Ame marah padanya. Bambam berhenti. Dia melihat Ame. Bersama si penakluk hati, June.

Gawat. Jarak Ame dan June hanya beberapa senti sekarang. Bambam melihat June jengkel, yang memamerkan senyum menggodanya.

Dengan cepat, Bambam menghampiri Ame. Langsung memeluknya, setelah melihat raut muka June.

Ame yang mendorong Bambam menjauh. Ada jeda sejenak, lalu Bambam menggenggam tangan Ame, menariknya menuruni tangga. Ame baru melepas paksa genggaman tangan Bambam saat di koridor, menampakkan jelas wajah dipenuhi amarahnya. Sebelum Ame mengeluarkan sebuah kalimat, Bambam sudah lebih dulu menjelaskan. Dengan senyum lebar tanpa penyelasan, persis seperti orang gila.

"Sorry gue gemesh." Dia mencubit pipi Ame, kemudian tertawa lepas.

Ame hampir memukul Bambam, tapi Bambam buru-buru mengenggam tangan Ame lagi, dan membawanya sampai ke parkiran.

"Cepet naik. Bengkelnya nanti tutup." Bambam memberi helm kepada Ame.

"Bengkel?"

"Kamera." Bambam menyalakan motornya.

Tempatnya tidak jauh dari sekolah. Hanya perlu lurus sampai menemukan ruko berwarna kuning dengan poster-poster contoh. Yang didatangi Ame dan Bambam ternyata bukan bengkel kamera, tetapi lebih kepada tempat percetakan dan studio foto.

Begitu selesai memarkir motornya, Bambam turun dan merapikan rambutnya. "Lo tunggu di sini."

Masih duduk di motor Bambam, Ame mengeluarkan ponsel layar sentuhnya. Mengecek satu notifikasi baru yang menarik minatnya. Ame membuka aplikasinya, dan tertera tulisan 'June.xy menambahkan anda sebagai teman.' Tanpa dia sadari, Ame tersenyum.

Seseorang mengetuk helmnya, jadi senyumnya menghilang. "Bengkelnya udah tutup."

"""

Hujan deras membuat Bambam dan Ame harus menepi. Jaket Bambam sudah berpindah ke Ame, karena wajahnya pucat dan kedinginan. Bambam tidak seperti biasanya. Terlihat melamun, atau memikirkan sesuatu.

"Gue punya pacar." Masih dengan tatapan kosongnya, dia kembali bercerita.

"Yang cantik secerah matahari?"

Bambam mengangguk, lalu dia menggeleng.

"Kenapa?"

"Sorry tadi gue meluk lo."

"Oh iya!" Ame memukul Bambam. "Dasar! Lo jangan permainin cewek. Lo mau diputusin?"

Bambam mengangguk, lalu dia menggeleng.

"Lo kenapa sih?"

"Pacar gue suka warna kuning."

Ame menoleh. "Oh, Pantesan jaket lo kuning. Motor lo juga. Eh, tas lo juga," Ame kagum, dia mengacungkan jempolnya, "untung gigi lo nggak kuning."

"Gue nggak suka hujan."

"Em ... Sama. Gue juga. Pacar lo juga?"

Bambam mengangguk, lalu dia menggeleng.

"Lo gila?"

"Pacar gue lagi sakit."

"Sakit apa?"

Bambam mengangguk, lalu dia menggeleng.
    

"""

2017, tahun pertama Bambam di SMA.

"Itu yang namanya Bambam!" Kata seseorang di balik pintu kelas Bambam, bersama teman-temannya. Terlihat mereka mendorong seorang di antaranya, sampai ke depan Bambam.

"Lo Bambam, 'kan?" Yang ditanya mengangguk, "temen gue mau ngomong."

Orang itu mendorong temannya lagi.

"Hai ... Bambam ..." dia melambaikan tangannya, "gue ..."

"Tiga ... dua ..." temannya yang tadi menghitung mundur, jari tangannya menyesuaikan. "Sa-"

"Gue suka sama lo."

Yang lainnya tertawa. "Puas lo?" Dia menjitak kepala mereka.

Mereka semua pergi, kecuali yang baru saja mengaku. Dia juga akan pergi sebelum Bambam menarik tangannya sampai membuatnya duduk di samping Bambam.

Di depan pintu kelasnya, seorang laki-laki dengan rambut lebat memperhatikan mereka, lalu dia menghampiri. Tepat di depan mereka orang itu menunduk dan melingkarkan tangannya di leher perempuan yang duduk membingung di samping Bambam.
  

"""

Hey! Hey!

'Hey tayo... hey tayo..'🎶

Wkwkwkw
Apa kabar kalian?
Aqu rindu....

Rindu kehadiran vote dan komentar kalian XD

Becanda..

Makasih for you.. yang setia dan dengan ikhlas membaca cerita gila ini :)

LOVE STORY; BambamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang