H-08 : Monokrom

143 14 0
                                    


   
  
  
"Suatu saat gue akan pergi dan mungkin nggak akan kembali. Lo nggak perlu nunggu gue."

Bambam terus memastikan kalimatnya. Selama 8 bulan ini dia tidak pernah memikirkan itu, tapi hari ini suara jernihnya kembali mengingatkan.

"Lo jangan nyerah."

Di sisi lain, kalimat dari Ame menggoyahkannya. Haruskah dia bertahan dikeadaan yang tidak pasti? Benar. Bahkan sangat tidak pasti. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengan hari-hari mentarinya.

Dilanjutkannya permainan gitarnya. Sambil tetap mengolah kedua kalimat yang mengganggu pikirannya sedari tadi.

Jari-jari Bambam berhenti memetik saat panggilan masuk menggetarkan ponsel layar sentuhnya. Dia mengangkatnya, dan suara Ame yang terdengar. Lalu Bambam menutup kembali percakapannya setelah mengetahui maksud dan tujuan Ame menelponnya.

Dia bangkit dari duduknya. Mengambil jaket dan mengikat tali sepatunya, lalu menarik gagang pintu.

Tuk. Bambam menyenggol sebuah buku, dan menyangkut pintu. Saat Bambam mengambilnya, sebuah catatan di kertas kecil berwarna putih terjatuh.

'Warna bajumu kala itu; putih'

Bambam tersenyum singkat lalu kembali menyimpannya.
   
   
   
   
15.34

Mereka sudah melewati lampu merah sebanyak dua kali. Hari ini benar-benar sejuk. Ada taman di dekat tempat perhentian mereka, ditumbuhi pohon-pohon tinggi yang lebat. Bambam mengamati, karena sesuatu yang tak asing tertangkap oleh pandangannya.

Tidak salah lagi. Orang itu pasti mentarinya. Sedang berjalan cepat, seiring rambutnya melambai. Tidak ada yang  dipikirkan Bambam lagi selain itu. Dia menuruni motornya dan mengejar sosok itu, meninggalkan Ame.

Bambam tersenyum cerah saat dia berada tidak jauh dari mentari. Benar, sudah dia pastikan. Wanita berbaju kaos putih itu adalah mentarinya.

Dari belakang, Bambam menarik tangannya dan langsung memeluk orang itu.

"Bambam?" Itu kata pertama yang dia ucapkan.

Bambam melepaskan pelukannya.

"Gue harus pergi."
  
     
    
   
   
""""
    
    
    
    
   
Dering telepon Ame berbunyi. "Halo?" Sapa Ame setelah menerima sambungan.

"Selamat pagi, ini dari  *titt (bengkel kamera). Pekerjaannya sudah selesai hari ini. Kameranya sudah bisa diambil segera."

"Oh baik. Terima kasih."

Dering benda elektronik berbentuk tipis milik Ame bersuara lagi. Kali ini June, yang memberi pesan dari sebuah aplikasi. Ame  membuka pesannya.

June.xy : jalan yuk

Waktu yang tepat. Hari ini hari yang suntuk bagi Ame. Jadi dia membalas pesannya, menyetujui. June  datang dengan mobil yang sama seperti yang terakhir kali Ame tumpangi.

"Hai,"

Ame langsung memasuki mobil June. "Kita mau kemana?"

"Ke hatiku ... "

Ame memanyunkan bibirnya.

"Bagusnya ke mana, yah?"

Mereka nampak berpikir, lalu ide cerdas pertama kali didapatkan oleh Ame. "Kita ke bengkel kamera! Hehehe .... "

"Loh, kita 'kan mau jalan-jalan, ngapain ke bengkel kamera? Gue yakin pasti ada maksud terselubung."

Ame tertawa lagi, "gue mau ngambil kamera gue. Sekalian aja .... " Ame menaik turunkan alisnya menatap June.

"Iya ... deh," June menjalankan mesin mobilnya.
   
   
  
Kurang lebih setengah jam mereka habiskan sepanjang perjalanan. Jalanan kali ini sepi, dan cukup cerah. June memarkirkan mobilnya di seberang toko percetakan foto yang lebih sering disebut Bambam sebagai 'Bengkel Kamera'.

"Nggak lama 'kan? Gue tunggu di sini aja."

Ame mengangguk, lalu menyebrangi jalan.

Dalam rukonya jauh lebih keren dari yang Ame bayangkan. Banyak pajangan foto kreatif dengan warna yang khas, hanya hitam dan putih.

Dia mendatangi meja kasir, dan menyerahkan nota yang sudah Bambam berikan. Lalu Ame disuruh menunggu.

Memanfaatkan waktunya, dia mengelilingi pajangan yang ditampilkan satu persatu. Dia hampir berbalik ke meja kasir, sebelum matanya melihat kedua raut muka yang dikenalnya berada dalam satu bingkai sedang berpose mesra dengan jarak wajah di bawah sentimeter.

Mereka adalah Bambam, bersama ....

Seseorang menelpon Ame. Yang ditelepon langsung mengangkatnya, setelah melihat nama yang tertera di layarnya.

"Gue tau lo pasti bosen di rumah. Bentar lagi gue jemput. Ok yah? Eh ... pulsa gue habis. Cepetan siap-siap!"

Tut.tut.tut. Sambungan terputus. Dengan cepat Ame membayar tagihan biaya perbaikan dan kembali lagi pada mobil June.

"June, gue harus pulang sekarang!"

"Ada apa?"

"Buruan!"

June agak membanting stirnya saat memutar balik. Laju yang dikendarainya sangat cepat, tapi masih kalah dengan hadirnya Bambam lebih dulu di rumah Ame.

Ame segera keluar ketika June menghentikan mobilnya. Karena merasa khawatir, June juga mengikuti Ame.

Bambam berdiri menyandar di pagar rumah Ame.

Ame menghampiri Bambam. Lalu menoleh ke dalam rumah, di balik pagar dan matanya terkunci. Bambam dan June juga mengikuti arah pandang Ame.

Selama perjalanan di mobil June, Ame berusaha mengecek kameranya. Tidak ada yang terputar sedari tadi, tapi suara yang terdengar keras baru saja berasal dari kamera itu. "Gue punya pacar. Yang cantik, secerah matahari."

Dan mereka pun terkejut. Seseorang yang mendapatkan gelar 'mentari' oleh Bambam adalah orang yang disebut Ame sebagai kakak ipar. Sedang bersama kakak kandung laki-laki Ame, dalam rangkulannya.
  
   
   
   
   

---------------------------------------------

galau_peopl

LOVE STORY; BambamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang