H-01 : Memulai kembali

295 21 3
                                    

Ada rumor jika Bambam itu autis. Untuk hari ini Ame merasa itu benar, melihat Bambam yang tersenyum sedari tadi menatap langit. Awalnya Ame hanya mengabaikan, tapi Bambam yang memulai.

"Lo mau denger cerita gue, nggak?" Ame belum menjawab, tapi dia melanjutkan. "Gue punya pacar. Cantik, secerah matahari."

Ame hanya diam, lanjut merekam tugasnya.

"Waktu itu dia yang bilang suka ke gue. Tapi gue malah baper," Bambam tertawa.

"Siapa?"

"Adalah ... lo nggak kenal. Dia kakak kelas."

"Yang nanya."

Bambam mengangguk-angguk pelan. Sedetik kemudian baru Ame menyadari, Bambam sedang mengendus ke arahnya. Lalu, dia tersenyum lebar.

"Aroma parfum lo sama dengan pacar gue." Bambam mendekat. "Gue suka."

Ame berdiri, memperbesar lensa kameranya. "Tapi gue nggak pake parfum."

"Oh, gue salah." Bambam berbaring pada kursi taman. "Tapi kayaknya gue nggak salah."

Bambam mengendus lagi.

"Anjir," Ame terlihat kesal, "kamera gue mati."

"Gue nggak bawa kamera."

"Terus?"

"Kita lanjut nanti."

Ame sudah mengemaskan barang-barangnya saat Bambam berkata lagi, "gue tau tempat yang keren."

Lumayan. Ame menyukainya walau dia membenci ketinggian. Dari atas dia bisa menyaksikan ribuan mobil merayap di jalanan. Dia suka melihat itu semua, walau dia harus menguatkan kuda-kudanya dan berpegangan erat pada pembatas di antaranya. Ame berada pada sebuah ruangan penyimpanan di salah satu rumah sakit, bersama Bambam.

Ame juga terheran mengapa sebuah ruangan penyimpanan mendapat posisi yang sangat strategis. Apalagi bagian dalamnya, semakin menambah pertanyaan. Kardus-kardus tersusun rapi, dan ada meja belajar di dekat jendela. Bambam hanya menjawab dengan lelucon saat dipertanyakan dengan hal itu.

Selesai memotret dirinya dengan pemandangan yang ada di bawahnya, Ame mengeluarkan kamera dan merekam awan terdekat yang bisa tertangkap oleh kamera. Dia juga mengeluarkan bukunya, mencatat waktu dan keterangan lain untuk pengamatan.

"Kamera lo udah baikan?"

"Baikan? Nggak. Dia belum siuman." Jawab Ame, yang dibalas Bambam dengan tertawa terbahak.

"Itu kamera siapa?" Tanya Bambam, kali ini datar.

"Kakak gue."

"Gue tebak," Bambam berdehem, "kakak lo pasti photographer."

"Salah."

Bambam mengangguk, lalu membuat Ame manganga. Bambam sudah melakukan push-up di lantai.

"Kamera lo udah dibawa ke dokter?" Masih di lantai, Bambam mengatur nafasnya.

"Belum."

"Nanti aja sama gue."

"Apanya?"

"Bawa kamera lo ke dokter."

"Oh," kata Ame akhirnya, "boleh."

Ame meninggalkan kameranya di balkon. Dia memasuki ruangan, duduk bersila di samping Bambam. Bambam merubah posisinya menjadi berbaring, dengan tangan sebagai tumpuan kepalanya. Matanya tertutup, tapi dia mengeluarkan suara.

"Gue punya pacar. Cantik, secerah matahari."

"Lo udah pernah bilang."

"Gue nggak bohong," katanya lagi, dengan penekanan.

"""

Ame disuruh menunggu. Sudah setengah jam, tapi dia belum kembali. Mereka akan berangkat bersama, dan orang yang mengajak belum juga terlihat. Dia ada di teras atas sekolahnya, menunggu Bambam.

"Hai," bukan Bambam, dia orang lain. Seseorang dengan rambut hitam pekat. Langsung duduk di sebelah Ame, dengan senyuman.

Setelah Ame mengecek handphone-nya, pria di sampingnya memejamkan matanya. Tangannya disilangkan, dengan headphone menutup telinganya.

"Makasih, loh," katanya masih dengan mata tertutup.

"Ha?"

"Gue tau apa yang lo pikir."

"Apa?"

"Gue ganteng."

Ame berdesis, lalu berdiri. Dia masih bersandar di tiang saat manusia di belakangnya membuka matanya dan menurunkan headphone-nya.

"Ame." Dia hanya bergumam, tapi Ame berbalik. "Lo yang namanya Ame?"

Ame mengangguk.

Pria itu mengucapkan sesuatu. Ame tidak mendengar, disela suara hujan. Pria itu mengucapkannya sekali lagi, tapi Ame tetap tidak mendengar.

Pria itu memanggil Ame untuk mendekat dengan gerakan tangannya. Ame menghampiri, menunduk sedikit sampai wajah pria itu sejajar dengan telinganya.

"June." Dahi Ame mengkerut. "Lo pengen tau nama gue, 'kan? Panggil aja gue June."

Orang bernama June itu menaik turunkan alisnya.

Seseorang mengalihkan perhatian mereka. Ada Bambam di anak tangga terakhir, awalnya menampilkan senyuman manis sebelum melihat June. Rambut basahnya berantakan, tangannya sedang mengibas ujung celananya. Bambam memperlebar langkahnya, tapi dia tetap berjalan tegap. Dia sempat melirik June sedetik, lalu kembali menatap mata Ame, kali ini dalam dan penuh perasaan. Bambam memeluk Ame.

...
Galau_peopl

LOVE STORY; BambamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang