3.4 Bunga Lilac Dan Pernyataan Cinta? (Bagian Keempat)

172 45 5
                                    

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Peristiwa tidak masuknya Sehun hari ini jujur saja membuatku terkejut. Pasalnya, dia tadi hanya berkata bangun kesiangan dan akan berangkat sekolah meski terlambat, tapi mengapa tiba-tiba malah tidak masuk? Apa yang terjadi padanya? Aku menjadi khawatir dibuatnya.

Saat di kantin pun, teman-teman yang lainnya juga mengkhawatirkannya. Terutama Dio. Walaupun dia selalu sinis, tapi aku tahu Dio itu selalu perhatian dengan temannya. Chanyeol dan Kai sebenarnya juga, tapi sepertinya mereka lebih mencoba berpikir positif.

"Menurut kalian mengapa ya Sehun tidak masuk hari ini? Kalaupun misalnya dia membolos, sekali-kali itu menurutku tidak mengapa." Kai mengatakan ini dengan sangat entengnya. Yah, memang sih dia kan spesialis membolos dari kelas kami, bersama dengan Yeri.

"Memangnya Sehun seperti kamu dan Yeri yang dengan mudahnya membolos sekolah jika bosan." Kalau ini sudah jelas Dio yang berkata, khas sekali, sinis. Sedangkan Kai yang merasa tersindir, dia hanya memalingkan muka dengan acuhnya.

"Dio kaku sekali sih. Aku sekali-kali juga ingin mencoba membolos deh. Mencoba sesuatu yang baru tidak ada salahnya kan? Oh iya, aku lupa. Dio itu kan wakil ketua kelas ya, jadi harus memberi teladan yang baik." Okey, Chanyeol mulai lagi. Setelah mengatakan kata-katanya barusan, dia mengangguk-anggukkan kepalanya, pura-pura baru saja memahami sesuatu. Aku yakin ini pasti membuat Dio kesal. Dan benar, kulihat mata Dio yang aslinya sudah besar, tambah semakin besar. Dia marah.

"Akhir-akhir ini aku sudah lama tidak membolos. Mungkin itu terjadi setelah Wendy berbicara padaku saat tidak sengaja kami bertemu di rumah sakit. Saat itu aku jatuh dari motorku, jadi aku dirawat sebentar di rumah sakit. Aku bertemu Wendy disana, dan entah mengapa setelah berbicara dengannya, aku tidak sadar bahwa aku telah berjanji untuk tidak membolos lagi. Tapi aku tidak menyesalinya." Entah mengapa perkataan Kai barusan membuat kami-aku, Dio dan Chanyeol membulatkan mata, kami terkejut.

Eh? Wendy? Hebat juga dia bisa membuat Kai 'sedikit' tobat. Tapi aku juga menyadarinya sih, sepertinya Kai memang banyak berubah. Dia sudah jarang membuat masalah. Aku jadi penasaran, apa yang dikatakan Wendy padanya ya?

"Wendy itu hebat ya, bisa membuat seorang Kai berhenti membolos begitu. Sehun juga terlihat menurut padanya. Wah, jadi tambah semangat buat mengajak Wendy kencan nih." Chanyeol mengunyah makanannya dengan mata berbinar-binar setelah mengucapkan itu tadi.

"Jangan macam-macam deh Chanyeol. Itu Wendy begitu karena dia kan ketua kelas kita. Malah mau diajak kencan, kalau dia dilabrak sama 'gadis-gadis' penggemarmu bagaimana? Mau tanggung jawab? Aku sebagai warga kelas yang baik, tidak mengijinkan hal itu loh. Demi kedamaian kelas kita juga."
Jujur saja, aku sudah terbiasa dengan sifat Chanyeol yang seperti itu, aku tidak peduli dia mau kencan dengan siapa saja, tapi untuk Wendy entah mengapa aku tidak rela, bukan berarti aku menyukai Wendy, tapi ada alasan lain.

"Eh, benar juga ya? Aku lupa kalau aku adalah siswa terkenal di sekolah ini. Maaf deh. Tapi Wendy kan juga manusia biasa, mestinya dia juga butuh hiburan, seperti berkencan misalnya?" Chanyeol ini pantang menyerah sekali ya? Dan juga... Sangat-sangat narsis. Dia beruntung sih, punya wajah tampan dan kaya raya begitu, coba kalau tidak, aku tidak mau membayangkannya.

"Wendy itu sangat menyukai buku. Jadi kupikir itu sudah cukup menjadi hiburannya. Oh ya untuk Sehun, bisa minta tolong Baekhyun mengeceknya sepulang sekolah? Kalau ada apa-apa hubungi kami ya?" Perkataan Dio barusan mengakhiri perbincangan kami di kantin saat istirahat makan siang. Aku mengangguk, mengiyakan permintaan Dio. Lagipula itu memang sudah menjadi rencanaku juga.

Aku harus buru-buru pulang, itu yang terpikir olehku saat jam pelajaran terakhir telah usai. Saat aku hendak keluar meninggalkan kelas, Wendy memanggilku.

"Baekhyun, mau pulang sekolah bersamaku?"

"Eh? Pulang bersama? Tidak perlu repot, aku bisa naik bis kok." Aku menolak ajakan Wendy, tapi entah mengapa aku menyesal.

"Bukannya kamu sedang terburu-buru ya? Lebih cepat pulang bersamaku, supirku pasti sudah menunggu di depan. Aku juga ingin melihat keadaan Sehun, tidak biasanya dia tidak masuk begini kan? Aku juga mau minta maaf lagi sebenarnya. Ijinkan aku ikut ya?" Okey, kalau Wendy sudah memohon begini, aku tidak punya pilihan lagi. Kebetulan juga mungkin saja sekalian kutagih penjelasan tentang bunga itu padanya nanti.

"Okey." Aku mengangguk dan... hal yang tak kuinginkan terjadi.

"Wah, mau menjenguk Sehun ya? Aku boleh ikut ya?" Suara ini. Mengapa dia bisa ada disini?

Aku dan Wendy menoleh kearahnya. Wendy menatapku, seperti menanyakan persetujuanku. Aku masih belum membuka suara. Jujur saja, aku sangat tidak menginginkannya ikut. Tapi bagaimana cara menolaknya?

"Bukankah lebih banyak yang datang lebih bagus ya? Sehun pasti senang karena banyak yang peduli padanya. Aku juga sekalian mau memberikan bunga ini, hari ini belum kuberikan, karena Sehun ternyata tidak masuk. Boleh ya? Ya kan, Baekhyun?" Hentikan tatapan memelasmu itu padaku, Krystal. Percuma saja, aku tidak akan terpengaruh. Sehun pasti senang? Memangnya tahu apa dia tentang Sehun? Ini merepotkan, aku bingung harus menjawab apa.

"Tidak. Kau tidak perlu ikut. Aku dan Wendy saja yang pergi. Lagipula Sehun itu anggota kelas kami. Lebih baik perwakilan dari kelas kami saja yang pergi. Ketua kelas dan sahabat dekatnya, itu sudah pilihan yang tepat, tidak perlu ditambah lagi. Lagipula kami juga belum yakin kalau dia memang sakit. Jadi tidak perlu banyak orang yang datang." Akhirnya, kalimat itu yang bisa kukeluarkan, semoga Krystal memahaminya.

"Eh? Tidak boleh ya? Padahal aku hanya ingin menunjukkan perhatianku pada Sehun, jujur aku sangat khawatir hari ini karena mengetahui ternyata dia tidak masuk. Kumohon ijinkan aku ikut ya? Aku janji tidak akan macam-macam kok." Belum menyerah juga ya? Aku tidak tahu lagi apa yang harus kukatakan pada Krystal agar dia tidak ikut, jika aku berkata-kata lagi aku takut kalau aku akan mengeluarkan kata-kata yang bisa menyakitinya.

Dengan pasrah aku melihat ke arah Wendy. Wendy terlihat berpikir. Kemudian saat dia sudah mau membuka mulutnya, ada yang datang menyelamatkan kami.

"Baekhyun sudah bilang tidak bisa kan? Kau dengar tidak? Aku pikir kau tidak tuli untuk mendengarnya. Ini urusan kelas kami, tidak sepatutnya orang luar sepertimu ikut campur."

"Orang luar? Tapi aku hanya...." belum sempat Krystal menyelesaikan kalimatnya, sang penyelamat kami memotongnya.

"Kalian berdua pergi saja sana. Gadis ini biar aku yang urus." Aku dan Wendy masih belum bergerak dari posisi kami. Kami ragu. Kami merasa kasihan pada Krystal. Tapi, aku tidak ingin dia ikut. Jadi serba salah.

"Hei, tunggu apa lagi. Ayo cepat pergi sana." Setelah sedikit dibentak, akhirnya aku dan Wendy segera pergi meninggalkan kelas. Kejadian barusan benar-benar seperti adegan drama yang pernah kulihat. Dimana sang tokoh utama dan pasangannya diselamatkan oleh temannya dari gangguan pihak ketiga. Tapi bedanya disini, aku dan Wendy bukan pasangan, dan aku juga bukan tokoh utamanya. Tokoh utamanya adalah seseorang yang akan kita datangi sekarang.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

The Fifth SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang