21. Membuang Sebuah Kepercayaan

217 43 22
                                    

🦉🦉🦉🦉🦉🦉🦉🦉🦉🦉🦉🦉🦉🦉

"Yeri??!" Wendy terlihat terkejut setengah mati.

"Apa yang kau lakukan disini??"

"Pengakuan dosa.", jawab Yeri dengan santai. Tidak. Sebenarnya, tidak seperti itu. Dia berusaha terlihat santai, walaupun sebenarnya bisa kulihat tubuhnya sedikit menegang.

"Yeri!! Apa-apaan ini?? Tidak mungkin kau yang melakukan semua teror itu??" Wendy masih terlihat tidak mempercayai perkataan Yeri.

Sejujurnya, aku sama terkejutnya dengan Wendy, Sehunpun terlihat begitu. Tapi, untuk saat ini yang bisa dilakukan adalah mencoba bersikap tenang. Yeri belum menceritakan semuanya. Kami perlu tahu apa alasan dia melakukan hal tersebut.

Aku bisa memahami perasaan Wendy saat ini. Yeri adalah teman baiknya. Tentu saja, dia tidak akan menyangka jika Yeri adalah pelakunya. Tapi sekali lagi, saat ini kami hanya perlu mendengar penjelasan dari Yeri.

"Baiklah, anggaplah jika kau memang pelakunya. Tapi apa alasannya?"

Sebisa mungkin aku berusaha tenang. Bisa kulihat, Yeri menghela napas panjang. Dia juga berusaha menenangkan dirinya.

"Pertama-tama, aku ingin meminta maaf pada Wendy. Saat itu aku tidak dewasa dan tidak bisa berpikir dengan baik." Yeri mendekati Wendy sambil menggenggam salah satu tangan Wendy dengan kedua tangannya. Dia terlihat tulus saat ini.

"Yeri. Aku benar-benar tidak mengerti apa maksudmu." Wendy membalas genggaman tangan Yeri. Tapi wajahnya masih menyiratkan kebingungan.

"Wen, akulah pelaku teror itu. Setelah kujelaskan semuanya, maukah kau memaafkanku?"

"Baiklah. Akan kudengarkan." Wendy terlihat was-was, seperti tidak siap untuk mendengarkan.

"Tapi kalian bertiga jangan menertawaiku ya setelah mendengar alasanku?" Yeri menjadi terlihat ragu-ragu.

"Hah? Bagaimana kita bisa tertawa atau tidak kalau kau saja belum menjelaskan semuanya?" Jujur saja aku menjadi jengkel sendiri dengan kelakuan Yeri. Kenapa dia harus berbelit-belit begini sih? Bukannya tadi dia sangat percaya diri ketika dia mengatakan kalau dia ingin mengakui dosanya?

"Jadi... Ehm... Aku melakukan semuanya demi Wendy."

"Hah??"

Aku melihat Yeri dengan perasaan curiga. Apalagi dengan posisi mereka yang sekarang ini.

"Hei, Baekhyun. Kenapa dengan ekspresimu itu? Kau tidak sedang memikirkan yang aneh-aneh kan?" Yeri memandangku dengan sinis.

"Apa? Aku tidak sedang---"

"Tenang saja. Aku ini masih normal kok." Seolah membaca pikiranku, Yeri memotongku dengan tegas.

Mendengar itu, Wendy refleks melepaskan tangannya dari genggaman Yeri. Tapi Yeri malah terkikik. Dan itu malah semakin membuatku kesal. Di tengah kondisi yang seperti ini, dia selalu bermain-main.

"Wen, jangan percaya padanya. Kau sendiri tahu kalau aku pernah menyukai seorang laki-laki, iya kan?" Yeri kembali mengenggam tangan Wendy.

"Ah, maaf. Aku hanya terkejut tadi. Seharusnya aku tidak terbawa suasana." Wendy berusaha tersenyum kembali, tapi itu sangat canggung.

"Sehun? Laki-laki yang pernah kau sukai itu Sehun kan?" Oh, tidak. Aku keceplosan.

"Ahahaha. Kau benar. Tapi waktu itu tidak serius. Aku hanya coba-coba." Yeri menjawabku dengan entengnya.

Coba-coba katanya? Apa maksud gadis ini?

"Syukurlah, kalau kau memang tidak serius. Aku tidak perlu merasa tersiksa lagi." ucap Sehun dengan tiba-tiba dan, datar..

The Fifth SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang