1.1 Aku Dan Mereka Yang Kusebut Teman (Bagian Pertama)

1.3K 91 9
                                    

🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁🍁 🍁

Aku tahu ini gila. Lebih gila dari apapun yang pernah kulihat. Tapi aku menyukainya. Dan aku tahu kalau aku lebih gila dari hal sebenarnya yang sedang kusaksikan saat ini.

Aku bisa melihat isi pikiran orang lain dengan gamblang. Dan lebih gilanya lagi aku bisa berbicara dengan hewan. Kemudian aku mempunyai peliharaan seekor naga berwarna emas yang bisa kukendarai kemanapun aku mau pergi. Ini lebih sekedar dari hidup di dunia penuh fantasi, tapi aku merasa di surga atas kegilaan ini.

Dan kemudian.. Aku terbangun.. Itu tadi hanyalah mimpi di siang bolong ketika aku tertidur di perpustakaan sekolah. Ironinya kehidupan dimulai.

"Tertidur lagi, hm?", sebuah suara menyadarkanku dari mimpi 'gila'ku.

Kemudian dengan mata yang masih mengantuk aku bisa melihat sesosok pemuda yang membangunkanku tadi. Sangat tampan rupawan seperti pangeran dari negeri dongeng. Dan yang membuatku iri adalah dia sangat tinggi dan atletis.

Mungkin ini terlihat melebih-lebihkan, tapi aku berkata benar adanya. Aku jarang sekali memuji seseorang sesama jenis, dan aku normal, penyuka lawan jenis tentu saja.

Kesan pangeran negeri dongeng itu hanya bertahan beberapa detik saja karena detik-detik berikutnya anggapan kita akan berubah karena auranya yang sangat dingin, hingga bisa menembus kulitku, padahal sekarang sedang musim panas.

Seharusnya aku terbiasa dengan suasana ini karena kami berteman sejak kecil, tepatnya kami bertetangga. Tapi nyatanya tidak seperti itu, rasa kagum akan wajah rupawannya, serta rasa ngeri akan aura dinginnya masih saja terasa hingga saat ini. Pemuda ini adalah salah satu misteri dalam hidupku yang belum bisa kupecahkan. Sehun, itulah bagaimana kami memanggilnya.

Setelah Sehun membangunkanku, kami berjalan keluar perpustakaan dan menuju parkiran untuk pulang. Ya, aku dan Sehun selalu pulang sekolah bersama, berangkatpun juga bersama. Hal itu kulakukan setelah apa yang menimpa keluargaku setahun yang lalu.

🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁

Esoknya aku pergi ke sekolah seperti biasa. Sebelum masuk kelas aku pergi ke toilet, sudah kebiasaan di pagi hari untuk buang air kecil. Selesai dari toilet, aku tidak sengaja bertabrakan dengan seorang siswa laki-laki yang mau masuk toilet.

Aku meminta maaf kepadanya, walau kutahu itu bukan salahku karena sepertinya siswa laki-laki itu yang sedang terburu-buru hingga menabrakku. Namun tetap kulakukan, karena aku tidak suka membuat masalah dengan orang lain, apalagi sepagi ini, sungguh tidak baik merusak awal hari.

"Kau sengaja menabrakku ya?", oh suara ini, bukan suara yang kuharapkan. Oh ayolah siapa yang mau berurusan dengan orang paling temperamental seantero sekolah?

"Aku minta maaf. Aku tidak sengaja", hanya itu yang bisa kuucapkan, setidaknya itu mewakili semua. Tak lupa aku tersenyum tulus untuk mencairkan suasana, itu mudah kulakukan karena pada dasarnya aku orang yang cukup ceria, mungkin.

"Setelah seenaknya menabrakku, kau dengan entengnya minta maaf, dan kau pikir itu akan menyelesaikan semuanya? Aku tidak jadi ke toilet, tahu tidak?", si orang temperamental ini rupanya suka memperpanjang masalah. Aku paling benci situasi ini. Buang-buang waktu. Aku sudah mau membuka mulutku, sebelum akhirnya ada sebuah lengan merangkul pundakku dari belakang.

"Perlu bantuan, kawan?", suara bas ini sangat familiar, tentu saja aku mengenalinya. Tebakanku benar, si pelaku yang merangkul pundakku adalah seorang Chanyeol yang sedang tersenyum miring yang bisa membuat pingsan gadis seantero sekolah. Okey, itu berlebihan. Tapi aku tidak berbohong senyumannya sungguh memikat. Bukan berarti aku salah satu yang termasuk terpikat, sudah kubilang aku normal.

"Boleh. Kau tahu kan, aku benci situasi semacam ini. Haha.", aku tertawa garing, karena kuyakin ini sebenarnya tidak lucu, hanya saja aku tidak suka suasana kaku.

Setelah itu, aku tinggalkan Chanyeol dengan si temperamental. Entah bagaimana caranya, Chanyeol selalu punya cara untuk menghindari pertikaian semacam ini. Kekuatan anak orang kaya yang bisa melakukan apa saja. Aku ralat, mungkin tidak semuanya, karena bagaimanapun manusia punya batasan tertentu yang tidak bisa dijangkaunya. Contohnya adalah masalah keluargaku, itu diluar jangkauannya.

Walaupun Chanyeol sering menolongku, dan aku senang karena itu, tapi ada kalanya aku merasa tidak berguna karena selalu ditolong olehnya. Itu membuatku sedih, walau aku tahu dia melakukannya dengan tulus, karena dia memang selalu seperti itu. Suka menolong. Bukan aku saja, tetapi yang lainnya juga mendapat pertolongan darinya, tanpa membedakan.

Dia terlihat sempurna seperti malaikat penolong yang bersayap putih, sayang sayap itu sedikit ternodai oleh sifatnya yang terlalu menyukai lawan jenis yang disebut 'perempuan'. Baiklah, akan kukatakan bahwa Chanyeol seorang playboy, playboy sejati. Suka berganti-ganti pacar, karena dia cepat bosan katanya.

Tapi untungnya hal itu tidak pernah membawanya ke dalam suatu masalah besar, karena setiap gadis yang dipacarinya selalu saja bisa diputuskan dengan baik-baik, entah bagaimana caranya, tapi mungkin ini berkaitan dengan kekayaan seorang Chanyeol.

Siapa yang tidak suka uang dan sejenisnya? Bagi kebanyakan orang pasti akan mengiyakan, tapi setidaknya ada sisanya yang berkebalikan. Dan suatu saat aku yakin Chanyeol akan menemui masalah karena hal itu. Aku tidak menyumpahinya, hanya prediksi dari seorang teman yang mungkin peduli.

🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁 🍁

The Fifth SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang