22. Dia Juga Bisa Egois

218 44 18
                                    

🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝

"Eh?"

Seketika langkah kami terhenti.

"Yeri, jangan bercanda lagi. Ayo sebaiknya kita segera kembali. Teman-teman pasti sudah---"

Kata-kata Wendy terpotong oleh Yeri.

"Aku sedang tidak bercanda. Apa kalian pikir aku bisa melakukan semua itu sendiri? Orang sepertiku?"

"Aku sudah lelah dengan kebohongan ini. Awalnya memang mudah, tapi lama-kelamaan aku seperti tenggelam, dan semakin dalam hingga membuat dadaku sesak."

🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝

Selama perjalanan dari tempat studi menuju ke sekolah, aku hanya bisa termenung tidak jelas. Pikiranku kemana-mana. Jangan tanyakan Sehun, tentu saja dia tidur.

Wendy dan Yeri terlihat baik-baik saja. Tapi masih terlihat canggung. Bisa dilihat, kalau Wendylah yang merasa paling terguncang diantara kami. Wajar saja, siapa yang akan menyangka jika temannya sendiri akan melakukan hal seperti itu padanya? Walaupun alasannya baik, tapi tetap saja itu tidak bisa dibenarkan.

Kemudian untuk tersangka kedua, aku mempunyai dugaan yang kuat siapa orangnya. Hanya 'orang itu' yang terlintas di pikiranku. Siapa lagi yang bisa melakukan hal seperti itu kalau bukan 'dia'?

Walaupun Wendy melarang Yeri memberitahu siapa partnernya, aku tidak bisa diam. Aku tahu Wendy bermaksud untuk tidak memperpanjang masalah. Baginya sudah cukup bahwa alasan semua itu adalah untuk membantunya. Dia tidak perlu tahu lebih dalam. Tapi, apakah yang begitu itu sudah benar? Bukankah ini tidak menyelesaikan masalah? Bagaimana jika mereka mengulanginya kembali? Atau melakukannya pada orang lain?

Entah mengapa semenjak kejadian ini, aku merasa kepercayaanku pada teman-teman memudar secara perlahan.

🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝

"Baekhyun, apa maksudnya mengumpulkan kita disini? Jangan bilang kalau kau---"

"Iya, aku tahu siapa yang menjadi partnermu. Aku juga mengundangnya untuk datang kesini. Kita tunggu saja, dia pasti sebentar lagi datang. Aku memang sengaja mengundangnya sedikit terlambat daripada kalian."

"Bukan itu yang kumaksud. Maksudku, bukankah kita kemarin sudah sepakat untuk melupakan semua ini sesuai dengan permintaan Wendy? Iya kan, Wen?" tambah Yeri yang masih tidak terima dengan ideku ini.

"Ehm, iya. Aku hanya tidak ingin memperpanjang masalah. Jadi, sebaiknya kita hentikan sampai disini saja." Wendy mengiyakan pertanyaan Yeri, tapi saat penjelasan terakhirnya, dia tiba-tiba mengurangi volumenya karena entah mengapa Sehun melihatnya dengan tajam.

Dapat kusimpulkan kalau Sehun berada di pihakku. Itu membuatku sedikit lega.

"Tidak bisa, Wen. Aku ingin menyelesaikan semuanya sekarang juga. Mengapa? Kau tahu sendiri jika semua kejadian itu melibatkan banyak orang. Bahkan hampir merusak hubungan juga, karena menimbulkan kesalahpahaman. Apakah yang seperti itu harus tetap kita diamkan saja?", entah mengapa emosiku meluap begitu saja, tidak bisa kukontrol.

"Baekhyun, tenang dulu." Sehun memegang pundakku dan menyuruhku duduk. Aku tidak sadar jika saat ini aku sedang berdiri, sedangkan yang lainnya sedang duduk. Sebenarnya, saat ini kami berempat berada di kafe milik Kakaknya Chanyeol.

"Apa aku terlambat?"

Akhirnya, orang yang kami tunggu-tunggu datang juga. Jadi sudah terlambat jika mau menghentikan ini semua. Semuanya mau tidak mau harus diselesaikan sekarang.

"Kami sudah menunggumu. Silakan duduk." Aku berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja. Yeri terlihat gelisah. Dan Wendy, dia tentu saja sangat terkejut.

Supaya tidak tegang, kami memutuskan untuk memesan minuman terlebih dahulu. Tapi, Wendy tidak. Dia sedari tadi tidak banyak bicara dan lebih banyak melihat ke bawah. Ada apa dengannya?

"Sepertinya kalian sudah banyak mendengar dari Yeri, jadi apa yang harus kulakukan sekarang?"

"Jelaskan semuanya, dari awal."

"Baiklah. Jadi semuanya berawal saat aku tidak sengaja melihat Yeri membuat ban mobil Chanyeol menjadi kempes. Awalnya kubiarkan karena kupikir itu Yeri sedang iseng atau semacamnya. Keesokan harinya, ganti dengan mobilnya Sehun. Kemudian----"

"Tunggu. Jadi, waktu itu kau yang membuat ban mobil kami kempes?? Yeri, kau keterlaluan sekali." Aku memotong penjelasan itu, karena sudah tidak tahan.

"Ehm, iya. Maaf ya. Hehe." Yeri menyatukan kedua tangannya dengan meringis, dia terlihat menyebalkan saat ini.

"Setelah itu, giliran ban mobilku. Anehnya aku yang selalu memergokinya melakukan perbuatannya itu. Karena menurutku ini sudah tidak wajar, makanya aku mencoba menegurnya. Akhirnya Yeri menceritakan semuanya padaku. Dia menceritakan jika Wendy banyak berubah. Dia berpikir itu disebabkan mungkin karena Wendy sedang jatuh cinta. Dia ingin membuat semua laki-laki yang dekat dengan Wendy menghindar. Aku paham apa masalahnya, jadi kuusulkan untuk membuat semacam pesan ancaman saja, karena kupikir itu akan lebih aman daripada perbuatannya yang sekarang. Karena jujur saja, aku khawatir jika dia akan berbuat lebih nekat lagi."

"Apa yang dikatakan Dio benar. Sejak awal ini memang semuanya salahku. Dio hanya memberikan ide itu, dan aku yang melakukannya. Dio hanya membantu memastikan apakah ide itu bisa kulakukan dengan lancar. Jadi, sekali lagi aku minta maaf. Ini murni salahku, bukan Dio." Yeri berdiri dari tempat duduknya dan kemudian membungkuk kepada kami semua.

"Aku juga minta maaf. Seharusnya saat itu aku memberinya saran yang lebih baik." Dio ikut berdiri dan juga membungkukkan badan.

"Sudah-sudah. Sebaiknya kalian berdua duduk lagi. Aku sudah memaafkan kalian kok, iya kan Sehun? Baekhyun?" Wendy melihat kearahku dan Sehun dengan wajah memohon.

Sehun hanya diam saja. Aku harus mengatakan sesuatu.

"Ehm, baiklah. Tapi bukankah kalian juga harus meminta maaf kepada yang lainnya juga? Maksudku, semua korban pesan ancaman itu."

"Iya. Akan kulakukan. Setelah meminta maaf di depan kalian, kupikir akan lebih mudah untuk minta maaf selanjutnya." Wajah Yeri terlihat lebih cerah dibandingkan yang sebelumnya.

"Akan kulakukan juga.", ucap Dio dengan singkat.

"Oh ya, ini sudah selasai kan? Aku pulang terlebih dahulu ya? Ada urusan keluarga.", tambah Dio lagi yang sekarang sudah berdiri. Dia siap untuk pergi.

"Iya, silakan. Hati-hati di jalan.", ucap Wendy dengan senyuman samar di wajahnya.

Tapi, sebelum Dio pergi meninggalkan tempat ini. Aku mencegahnya sebentar dengan pertanyaan.

"Mengapa harus hal itu yang bisa kau sarankan pada Yeri? Masih ada yang lain kan? Kau tahu sendiri jika hal tersebut tidak benar? Mengapa kau tetap melakukannya?", aku mencoba mengatakannya dengan sepelan mungkin.

"Karena aku juga bisa egois."

Dio meninggalkan kami berempat dengan sebuah tanda tanya besar di kepala kami. Apa maksud dari perkataannya tadi?

🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝

"Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, supaya author senang (hehe). Selamat membaca 😊"

The Fifth SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang