11. Kesalahpahaman Diantara Mereka, Akankah Berakhir?

191 49 23
                                    

🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

Kadang sesuatu jika tidak diungkapkan dengan kata-kata, semua itu hanya akan menjadi prasangka.
______________________________________

Jadwal pertandingan Sehun sudah semakin dekat. Aku masih berharap jika Wendy akan datang melihat Sehun untuk latihan, walaupun hanya beberapa menit. Atau setidaknya dia datang saat pertandingan dilaksanakan. Aku sudah mengirimkan jadwal pertandingan Sehun kepada Wendy. Tapi Wendy hanya membalas pesanku dengan emoji senyum. Firasatku mengatakan ini bukan hal yang positif.

Aku selalu datang untuk melihat Sehun latihan. Setidaknya hanya itu yang bisa kulakukan untuk mendukungnya. Sehun benar-benar tidak stabil. Kadang dia terlihat melemah dan tidak terlalu menonjol saat pertandingan berlangsung, tapi kadang dia seperti terlalu bersemangat, ah tapi lebih tepatnya dia agresif. Entah mengapa aku merasa seolah-olah Sehun seperti meluapkan emosinya pada latihannya. Itu Sehun sekali. Dia memang selalu seperti itu. Selalu menyembunyikan emosinya. Dan sekarang dia meluapkannya pada sepak bola? Pasti Sehun sudah tidak bisa menahannya. Pengaruh Wendy padanya sangatlah besar. Aku prihatin padanya.

Sebuah ide muncul di kepalaku yang rumit ini. Aku mendekati Seulgi yang saat ini juga sedang melihat klub sepak bola latihan. Dia duduk sendirian. Padahal biasanya dia selalu bersama Joy dan Krystal. Mungkin dia sudah lelah melakukan adu teriak mulut dengan Krystal yang biasanya rutin dia lakukan, atau entahlah, bukan urusanku.

"Hai, Seul. Tumben sendiri?"

"Oh hai juga. Iya, lagi ingin sendiri sih. Kau tahu, aku sudah muak mendengar suara teriakan Krystal. Hari ini, aku ingin mencari sedikit ketenangan." Sudah kuduga. Memang itulah alasannya dia sendirian.

"Oh ya, sudah lama tidak melihatmu bersama dengan Wendy?"

"Oh itu karena dia selalu sibuk dengan urusan rapat dan juga di rumah. Aku bisa memahaminya sih. Lagipula aku juga sedang sibuk-sibuknya dengan klub teater. Jadi, aku tidak terlalu memikirkannya. Kadang kala, kita memang perlu meluangkan waktu untuk kesibukan masing-masing. Tidak perlu memaksakan untuk selalu bersama. Yeri juga sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Ini normal kok."

"Sibuk dengan teater? Kau?", tanpa sadar aku mengucapkannya sambil mencebik pada Seulgi. Karena yang kulihat saat ini dia sibuk dengan obsesinya untuk menyemangati Yuta supaya lebih unggul daripada Sehun. Apa-apaan dia itu? Seperti orang yang kurang kerjaan saja.

"Hei, aku bicara jujur kok. Lagian saat ini aku sudah selesai dengan urusan klubku jadi tidak apa kan kalau datang kesini? Aku juga butuh selingan." Seulgi merengut padaku. Sudah pasti dia merasa sebal.

"Jadi, berteriak-teriak tidak jelas itu yang kau maksud dengan selingan?", aku tidak tahan untuk tidak mencebik lagi.

"Apa kau bilang?? Enak saja." Seulgi benar-benar marah sekarang. Dia memukulkan ransel sekolahnya kepada punggungku dengan bertubi-tubi. Dia kadang memang suka brutal. Aku mengaduh kesakitan. Dia ini kuat juga ternyata untuk ukuran seorang perempuan. Aku menyerah dan memohon ampun padanya, baru akhirnya dia menghentikan aksinya. Ini mengerikan. Aku sangat sepakat dengan Kai, kalau Seulgi itu mirip beruang. Sama-sama brutal.

"Okey, okey. Aku minta maaf ya. Lidahku tadi sedikit terpeleset. Oh ya, kau tadi bilang Wendy ada urusan di rumah?"

Seulgi sepertinya masih sedikit kesal kepadaku. Tapi sudah mulai tenang kembali.

"Neneknya semakin tua dan sakit-sakitan. Wendy bilang dia ingin membantu merawat neneknya. Jadi itu sebabnya dia selalu pulang lebih cepat. Dia mungkin kewalahan, di rumah dan sekolah sama-sama harus diurusi. Itulah mengapa mungkin kau menyadari kalau dia tidak terlalu banyak bicara akhir-akhir ini. Tapi dia mengatakan kalau dia baik-baik saja."

The Fifth SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang