19 ^She my girlfriend

44 8 7
                                    

"Tumben boleh nginep. Biasanya maen aja nggak boleh." Ucap Zaky heran.

"Lu nggak ikut juga nggak masalah. Daging di rumah gua bagian lu untuk Daishi aja." Jawab Sean santai.

"Ya ya jangan gitu. Gua canda doang elah." Jawab Zaky.

Kini canda tawa mulai terasa kembali seperti dulu, walaupun sekarang tidak ada sosok Adnan yang selama ini menemani Daishi.

Greb!

"Akh, sakit!" Ringis Daishi saat ada seseorang memegang lalu menarik tangannya kasar.

Sean, Evan dan lainnya langsung menoleh ke arah Daishi yang tiba-tiba berdiri dari duduknya.

"Ikut gua." Ucap seseorang yang sudah menarik Daishi secara paksa.

.

.

.

.

.

Normal Pov

"Lepasin!" Ucap Daishi sembari mencoba melepaskan tangan laki-laki itu.

Tapi laki-laki itu tetap memegang tangannya lalu memaksanya berjalan mengikutinya.

"Hiks, sakit Kyoujo." Ringis Daishi merasakan di sekitar pergelangan tangannya mulai perih.

Deg

Laki-laki itu langsung melepaskan tangannya dari tangan Daishi. Lalu ia menoleh ke arah Daishi dengan tatapan bersalah.

Daishi langsung menggenggam pergelangan tangannya yang mulai memerah dan terasa perih.

Adnan langsung berjalan mendekat ke arah Daishi.

"Ma-maaf Daishi. Aku nggak-

"Tinggalin Daishi." Ucap Sean dari arah belakang Daishi.

Sean langsung berjalan ke samping kiri Daishi, tangannya meraih pundak Daishi dan menariknya agar mendekat.

Hal ini membuat langkah Adnan terhenti.

Daishi hanya diam, ia terfokus pada rasa perih di pergelangan tangannya.

"Ngapain lu ke sini? Mau nyakitin Daishi lagi? Ya?" Tanya Sean dengan nada sinis.

"Apa-apaan lu ngomong gitu ke gua?!" Tanya Adnan kesal dengan sindiran Sean.

"Emangnya kenapa? Benerkan apa yang gua bilang." Ucap Sean lagi.

Adnan memilih diam, percuma jika saat ini ia berdebat apalagi lawan debatnya adalah Sean, dapat di pastikan bahwa perdebatan keduanya tidak akan cepat selesai.

"Lebih baik lu minggir, lu nggak berhak ikut campur urusan gua sama Daishi." Ucap Adnan sembari berjalan mendekat ke arah Daishi.

Tangan Adnan mencoba untuk kembali meraih tangan Daishi namun sebelum ia berhasil meraihnya, tangan Sean dengan cepat menepis tangan Adnan.

Tangan Adnan mencoba untuk kembali meraih tangan Daishi namun sebelum ia berhasil meraihnya, tangan Sean dengan cepat menepis tangan Adnan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Don't touch her." Ucap Sean.

"Nggak berhak lu bilang? Asal lu tau gua berhak ikut campur apapun yang berhubungan sama Daishi. Mau masalah apa aja kalo Daishi ada hubungannya, gua berhak ikut campur. Karena apa?" Ucap Sean.

"Gua sayang sama dia, gua cinta sama Daishi." Sambung Sean.

Ucapan Sean sontak membuat Adnan dan siswa/i lainnya langsung menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Kaget? Hhh~ nggak perlu selebay itu, masa selama ini lu nggak ngerasa?" Tanya Sean sinis.

Kedua tangan Adnan mengepal kuat, ia tidak menyangka jika selama ini Sean ternyata menyukai Daishi.

"Br*ngsek!" Adnan langsung mengarahkan pukulan tangannya ke arah Sean.

Namun dengan mudah Sean langsung menepisnya.

"Hh~ pantesan Daishi nggak nyaman deket lu. Sampe sekarang lu kalo emosi langsung pakai otot sih." Ucap Sean.

Adnan mendecih.

"Jadi lu selama ini suka Daishi? Jadi selama ini lu nikung gua?! Br*ngsek lu! Temen macam apa lu hah?! Dasar penghianat!!" Ucap Adnan emosi.

"Gua penghianat? Memang. Terus lu apa? Nyuruh Daishi jauh-jauh dari cowok lain tapi lu malah selama ini nyelingkuhin dia. Apa itu bukan penghianat?" Ucap Sean.

"Setidaknya selama ini gua cuma sekedar ngasih perhatian aja, itu pun tanpa Daishi tau kalo gua suka sama dia." Sambung Sean.

"Sekarang lu nggak ada hubungan lagi sama Daishi. Jadi jangan coba lu deketin Daishi lagi." Pesan Sean.

"Cause Daishi is mine."

Ucap Sean dengan smirk smilenya.

Nafas Adnan semakin memburu, kepalan tangannya sudah mengeras, ingin sekali ia menghabisi laki-laki yang berdiri di depannya ini.

"Lu kenapa diem aja, Evan?!" Tanya Adnan emosi karena melihat Evan hanya diam.

Evan hanya melirik tanpa minat ke arah Adnan.

"Lu rela Daishi di ambil sama penghianat ini?!" Tanya Adnan lagi.

"Setidaknya penghianat ini lebih manusiawi di banding lu, Adnan." Jawab Evan datar.

"Dia ngaku kalo dia penghianat, nggak kaya lu yang suka ngaku malaikat tapi malah aslinya iblis." Sambung Evan.

Adnan benar-benar emosi sekarang. Ingin rasanya ia menghajar semua orang yang ada di sana.

"Oke. Itu terserah lu pada! Sekarang gua mau lu semua milih antara gua sama Sean. Yang milih gua pindah ke samping gua." Ucap Adnan.

Diam.

Evan, Dirga, Lian, Lyra, Rizky dan Zaky sama sekali tidak bergerak dari tempatnya berdiri.

"Lu semua-

"Sorry, nan. Gua pro ke Sean." Ucap Dirga.

"Gua juga." Ucap Lyra dan Lian.

Di ikuti Zaky dan Rizky.

"See? Semua pro ke gua. Jadi lu lebih baik nggak usah deketin Daishi lagi. Inget itu." Ucap Sean.

"Ayo pergi guys." Ucap Sean sembari berjalan melewati Adnan yang masih berdiri sembari menahan amarahnya.

"Lu tenang aja. Gua nggak akan buat dia sedih kaya lu." Ucap Sean tepat di samping telinga kiri Adnan.

"Sorry bro. Semua ini nggak akan terjadi kalo lu nggak mulai di awal." Ucap Dirga sembari menepuk bahu kiri Adnan.

Di ikuti ucapan maaf dari yang lainnya.


































Adnan masih berdiri sembari terdiam hingga rombongan Sean sudah pergi keluar sekolah.

"Hhh~ bener. Ini semua nggak akan terjadi kalo gua nggak selingkuh dan nyakitin lu. Maaf Daishi." Gumam Adnan lirih.

Adnan berjalan ke arah berlawanan. Hatinya berkecamuk parah.

Ia membiarkan air matanya turun membasahi pipinya. Ia sudah melakukan hal sepele yang teramat bodoh.

Karena hal sepele inilah ia kehilangan pujaan hati yang tulus menyayangi dan mencintainya untuk selamanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc..

17112k18

Sweet an Bitter °COMPLETED ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang