9

8.3K 377 13
                                    

Siang harinya Ika memantapkan niatnya untuk segera kembali ke rumah, sejujurnya ia telah menunggu-nunggu hari ini. Berada ditempat yang orang-orangnya tidak menyukai dirinya, tentu saja Ika tidak akan betah.

Ika mengemasi pakaian dan barang-barangnya, ia hanya membawa dua pakaian ganti selama berada disini. Selanjutnya ia memasukkan semuanya pada koper yang sedang Saga siapkan, senyuman kecil terbit dibibirnya.

"Mbokde sepertinya sangat berat melepasku, sejujurnya aku tidak tega." Saga menghela napas panjang, melihat raut kecewa Mbokde karena akan ditinggalkan oleh Saga membuat pria itu jadi bimbang.

Ika meraih koper yang diberikan Saga padanya, ia mulai mengepak semua barangnya.

"Sudah ada Dalilah dan Arimbi, Mbokde tidak akan kesepian." Ika menimpali.

"Mbokde menginginkan anak laki-laki, Dalilah dan Arimbi kan perempuan."

Mendengar hal tersebut sontak membuat Ika menghentikan aktivitasnya, kini fokusnya hanya pada Saga seutuhnya.

"Antareja juga anak laki-laki, anak kandung Mbokde malah, kamu tidak menganggap keberadaan dia?" Ika menatap wajah suaminya, apakah Saga juga akan ikut-ikutan mengabaikan keberadaan Antareja, malang sekali nasib pemuda itu.

Saga terkesiap mendengar penuturan istrinya, perkataan Ika memang benar. Antareja adalah anak kandung Mbokde, sudah seharusnya Saga tidak merebut posisi itu.

"Tidak, hanya saja kamu tahu sendiri bahwa Reja sedang tidak baik-baik saja, dia tidak bisa merawat Mbokde sepenuhnya."

"Bukannya tidak bisa, hanya saja kalian selalu meremehkan dia. Beri Reja kesempatan untuk dekat dengan keluarganya, menyisihkan dia seperti itu sama saja tidak mengakui keberadaannya." Ika berkata dengan sengit, sungguh ia kasihan kala melihat Reja yang selalu dikucilkan karena kekurangannya. Apakah Mbokde setega itu untuk memberikan kasih sayang yang berbeda untuk anak-anaknya?

Lagipula, Ika juga merasa aneh dengan sikap Antareja yang ingin mengutarakan suatu hal padanya. Namun, selalu saja ada orang-orang yang menghalangi. Tiap kali Antareja ingin mengobrol dengan Ika, entah itu Mbokde, Dalilah ataupun Arimbi muncul tiba-tiba dan menggagalkan niatan pemuda itu. Setelah beberapa saat kemudian, ada luka memar dan lebam-lebam keunguan Nampak diwajah Antareja.

Hal itu mendasari kecurigaan Ika, Reja dipukuli karena ingin mengatakan suatu hal pada Ika? Jika memang begitu, Ika tidak akan diam dan ia akan mencari tahu tentang apa yang disembunyikan oleh keluarga suaminya itu.

"Aku juga merasa kasihan melihat Reja yang disisihkan, tapi bagaimana lagi— Mbokde sendiri tidak menyukai Reja, aku pernah membujuknya untuk memperlakukan Reja sama seperti perlakuannya pada Dalilah dan Arimbi. Namun, Mbokde marah dan menyuruhku untuk tidak ikut campur dengan hal itu." Saga berucap dengan sendu.

Ika menipiskan kelopak matanya, ia semakin menangkap hal ganjil dari ucapan Saga.

"Bukankah ini aneh, maksudku— sebegitu bencinya kah Mbokde dengan Reja hingga membeda-bedakan kasih sayang? Walaupun Reja memiliki kekurangan, ia tetap anak kandung Mbokde."

Saga mengangkat bahu tak paham, ia tak ingin mencampuri urusan antara Antareja dan Mbokde.

"Aku tidak mengetahui hal ini, Ma. Lain kali aku akan berusaha membujuk Mbokde untuk memperhatikan Reja, yahh meskipun nanti aku yang kena omel." Saga tersenyum lembut menatap istrinya, Ika adalah seorang ibu, yang mana perasaannya pun pasti miris melihat ada anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya sendiri.

Ika menutup resleting koper, semua barang-barangnya sudah tertata semua tanpa terkecuali. Dengan sigap Saga membawa koper menuju bagasi, ia mendapati Endaru yang sedang mengobrol dengan Dalilah.

Endaru menghentikan langkah Saga yang akan meletakkan kopernya, anak itu menampilkan raut sedihnya.

"Pa, Ndaru masih betah disini, belum mau pulang." Endaru menarik-narik kemeja Saga.

Mendengar hal itu membuat Saga menghela napas panjang, ia pun belum ingin pulang. Besok dirinya sudah mulai bekerja, dan Ika pun tidak akan mau jika berlama-lama disini.

"Ndaru sayang, kapan-kapan kita akan main lagi kesini. Besok Papa harus berangkat kerja, dan kamu juga akan didaftarkan ke playgroup." Saga mengusap puncak kepala anaknya dengan sayang.

Dalilah yang berada disamping Endaru pun mengangguk setuju, pelan-pelan ia berusaha merayu Endaru untuk pulang.

"Kamu bisa main kesini lagi kapan pun, Bibi janji akan menemani Ndaru bermain sampai puas."

Endaru menganggukkan kepala dengan terpaksa, Saga pun memilih berlalu untuk meletakkan koper pada bagasi.

"Bagaimana dengan teman-teman ku, Bi? Apa mereka akan tinggal disini, kalau begitu Ndaru bakal kesepian." Anak itu memelankan suaranya, ia menatap Dalilah dengan bertanya-tanya.

Sementara itu Dalilah menyeringai sinis, ia buru-buru berdehem sejenak untuk menormalkan eskpresinya.

"Mereka akan ikut bersama Ndaru." Dalilah berkata dengan penuh kelembutan, sedangkan Endaru menutkan alisnya.

"Ikut ke mobil 'begitu? Memangnya muat?" Endaru berkata dengan polosnya, sudut bibir Arimbi bahkan berkedut ingin tertawa.

"Bukan, sayang. Mereka tidak akan ikut masuk ke dalam mobil, tentu saja tidak akan muat. Mereka akan mengikutimu dengan masuk ke gelang ini, jadi jangan sampai kamu melepaskannya ya." Dalilah menyentuh gelang yang ia berikan pada Endaru beberapa saat lalu.

Endaru hanya mengangguk polos, anak itu bahkan tidak menyadari bahwa gelang sekecil itu tidak akan mampu menampung teman-temannya.

Ya, teman gaib permberian Dalilah. Perempuan itu berhasil mencuci otak polos Endaru, dan berusaha mengajarkan hal-hal mistis yang tentunya akan membuat Endaru semakin erat dengannya.

Dalilah menginginkan Endaru, ia ingin Endaru menjadi miliknya sepenuhnya, dan dengan apapun itu ia akan merebut Endaru dari Ika. Dalilah sangat iri melihat Ika bisa memiliki anak, Dalilah menginginkan seseorang yang akan memanggilnya dengan sebutan 'Ibu'.

"Tidak akan lama lagi." Gumamnya menyeringai.

(Bersambung)
Pembaca yang baik hati, tolong tekan bintang dan beri komentar membangunnya ya. Terimakasih..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAKHLUK PENJAGA ANAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang