08. The Truth

1.5K 187 14
                                    

Matahari telah menampakkan senyumnya,  cahayanya mulai menembus lubang-lubang kecil menyebar hingga sudut ruangan. Bunyi ponsel di pagi hari sungguh sangat mengganggu tidur tampan seorang Park Chanyeol yang masih sangat merindukan kamar pribadi di mansion mewahnya. Dengan kesalnya ia membuka mata dan menyambar ponsel laknat yang memngganggu tidurnya, tunggu, bukan ponselnya yang lakanat, Chanyeol mengutuk orang yang menelfonnya.

'Baekhyun hyung? Aah...  Shit!!' Umpat Chanyeol dalam hati.

"Moshi moshi,, Chanyeol-ie... "terdengar suara dari seberang.

"Arrgh hyung, kau mengganggu tidurku, ini masih terlalu pagi untuk menelpon" Keluh Chanyeol

"Yaaak!!! Ini sudah pukul 07.45 bodoh!!! Kita ada meeting pukul 09.00!!" Teriak Baekhyun dari tempatnya menelfon.

"Ouh, Shiit!!! Kenapa tidak dari tadi kau menelfon hyung"

"Yaaakkk!!!  Kau mengataiku Caplang? Aku sudah menelfonmu berkali-berkali, Aku masih menunggu Taeyon menjemputku, jemput Appa, tak ada yang mengantarnya ke kantor, Appa sedang tidak enak badan, tapi harus memimpin pertemuan, kita bertemu di kantor pukul 08.30 oke?"

"Apa Kyungsoo di rumah?"

"Tidak, dia ke Jerman bersama Luhan kemarin, kau tak tau? Kyungsoo tak mengatakannya padamu?"

"Eoh..  A..  Aniyo, dia tak bilang apa pun"

"Aigooo.... Terserahlah, ku tutup telfonnya, segeralah bersiap-siap" Baekhyun menutup panggilannya secara sepihak.

Chanyeol sama sekali tak ingin beranjak dari tempat tidurnya. Ia bahkan merebahkan kembali tubuhnya dan menatap lurus ke depan, dan entah memikirkan apa. Ia lirik kembali ponsel yang berada di sampingnya, mengambil dan mencoba menghubungi seseorang.

"Hallo hyung, kau masih di Berlin?"

"..."

"Ah, begitu, aku bisa minta tolong padamu?"

"..."

"Datanglah ke hotel tuan Oh, jika kau bertemu dengan Kyungsoo, ikuti kemanapun dia pergi, dan kirimkan apa saja yang ia lakukan di sana"

"..."

"Terima kasih hyung, aku akan sering-sering mentraktirmu"

Chanyeol membanting ponselnya pelan. Ia membuang napasnya kasar. Setelah pengakuan cintanya dan Kyungsoo tiga hari yang lalu, ia benar-benar tak bertemu dengan wanita berbibir hati itu. Chanyeol akui ia sangat merindukan wanita itu, bohong bila ia ingin melepas Kyungsoo untuk Jongin. Rasa bersalahnya lah yang mendorongnya untuk memberikan waktu pada Kyungsoo agar menikmati sekenario yang dibuat sendiri oleh wanita itu.

Chanyeol bangkit dan mengusap kasar wajahnya. "Penyesalan selalu datang di akhir"

........................................................................

Chanyeol tiba di mansion mewah ayah Kyungsoo. Dia memasuki mansion itu tanpa ragu seperti ia memasuki rumahnya sendiri, ya, Chanyeol sudah terlalu hafal dengan mansion mewah itu. Napasnya masih terdengar gusar, matanya masih tak fokus, fokusnya pecah ketika ia tepat di depan dapur, aroma Kyungsoo masih memasuki indera penciuman Chanyeol. Tak dapat dipungkiri, Chanyeol merasa hancur tanpa Kyungsoo.

"Aku sudah sarapan Chanyeol-ah, kau tidak perlu membuatkanku sesuatu"

Chanyeol tersadar, suara berat milik Tuan Do membuyarkan lamunannya tentang Kyungsoo. Ia membalikan badanya, kemudian membungkuk sopan kepada pria paruh baya yang selalu memberikan senyum manis padanya.

Stay or LeaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang