Bangunan yang berdiri kokoh sejak lama itu,mereka sebut rumentang,satu tempat yang sudah saya kenal sejak bulan mei 2017,tempat yang mempertemukan aku dan dirinya.
Mungkin pertemuan pertama itu masih biasa bagi dirinya ,tapi tidak dengan saya , saya merasa tertarik pada dirinya , entah mengapa pria itu membuat saya selalu ingin berada pada tempat itu.
6 mei tepatnya, masih teringat dengan jelas,saya mengenakan baju merah kala itu, saya lupa dia mengenakan baju apa, tapi sepertinya dia memakai hoodie hitam dan celana pendek, cukup sederhana pertemuan itu, tak ada perbincangan,
yang ada hanya tatapan yang sesekali saya lontarkan padanya.
saya dan dirinya dipertemukan oleh sebuah pementasan teater yang diadakan sanggar teaterku ,dia berbeda sekolah dengan saya , hari hari berikutnya saya mulai kenal dekat dengannya, sesekali saya mengobrol dengannya.Pia ini ternyata banyak yang mengangumi, teman temanku pada suka padanya, dan berlomba untuk diantarkan pulang olehnya, kebetulan teman dekatku sering diantarkannya pulang , mungkin karna mereka searah,tapi sebagai seorang wanita saya bisa merasa temanku suka padanya, sebetulnya saya sirik melihat temanku sering pulang dengannya, karna mungkin saya mulai suka padanya, tapi nyatanya saya tak bisa apa apa, saya hanya bisa memendam perasaanku sendiri padanya.
Hari hari pun terlewat, saya mulai mengetahui ternyata dia memiliki kekasih, tentu saya patah hati, saya selalu ingin terlihat olehnya, selalu ingin diperhatikan,pokonya pada saat itu ambisiku aku harus membuat dia suka padaku, tapi nyatanya tidak, mungkin dia memang seperti itu, ramah pada setiap orang.
Menjelang pementasan ada yang aneh dengan dirinya, saya merasa dia mulai memperhatikan saya.'aku pinjem selendang mu yah' tuturnya,'iya'ucapku,dia berkata dengan terus mengulang ngulang kata 'pinjam' padahal saya sudah mengiyakannya sepertinya dia ingin bercanda,tapi itu membuatku cukup senang.
Pementasanpun akhirnya tiba,pada saat itu saya merasa sedih,sangat sedih, mau tak mau saya harus berpisah dengan orang yang kini saya cintai walaupun saya tak tau, kenapa saya bisa secepat itu mencintai dia,mungkin ini sudah menjadi garis tangan tuhan, ah entahlah.
Sesudah pementasan kita duduk bersebelahan didepan ruang makeup, dan entah ada dorongan apa yang jelas saat itu saya berani memulai obrolan.
'sepatunya bagus, beli dimana' kataku,sambil tertawa kecil,dia menjawab dengan ciri khas nya yaitu santai dan menjawab sesuatu dengan apa yang sedang tersirat diotaknya kala itu,'toko sepatu','iya toko sepatu mana',ucapku dengan nada kesal dan sedikit tertawa, dia kembali menjawab'iya di toko sepatu', 'iya toko sepatu mana, kan banyak toko sepatuteh', 'toko sepatu', dan terakhir aku hanya bisa kesal sambil berkata 'ihhhhh'sambil tertawa.Kala itu sudah malam, semua beranjak pulang, hanya saja saat itu saya kebingungan untuk pulang, saya tidak tau harus pulang dengan siapa, sebenarnya saya mengharapkan diantarkan pulang olehnya, dan memang benar ,saya diantarkan pulang olehnya.
Diawal perjalanan dia masih menanyakan hal hal yang masih wajar, seperti,'besok ulangan apa'dan sebagainya, tapi sesudah itu dia menanyakan hal hal yang membuat saya kesulitan bicara, pikiran dia liar, mulai dari menganggapku bidadari yang turun dari khayangan dan hal hal lain yang membuatku senyum senyum sendiri, sesampainya di gang rumahku dia memberikanku sebuah gelang ,gelang itu berwarna putih, saya ingat, dan dia berpesan, 'nanti kalau kita ketemu lagi,gelangnya dipake yah', sebuah pesan,segaligus kata dan jumpa terakhir, iya,seperti itulah dia, dia selalu memberi kesan sebelum dia tiada, dia adalah sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalalara
Short StoryKebebasan, kepercayaan, dan terbang,terbang,terbanglah bulanku.