.
.
.
.
.“Dia adalah orang yang baik.”
Kamu menatap Han Jisung yang baru saja menabrakmu itu. Matamu menatap netranya dalam, sangat. Tak dapat kamu pungkiri, kau memang mengaguminya sejak dulu. Sejak awal masuk ke dalam SMA ini.
Hanya kagum. Sekedar kagum, tidak lebih.
Karena kau merasa tidak pantas untuk mencintainya. Dengan dirimu yang begitu banyak kekurangan, dan hidup yang tak pernah berjalan baik, tentu saja kau akan merasa tidak pantas mencintai sosok sempurna itu, bukan?
"Ah, maafkan aku. Kau tidak apa-apa?" Han mengulurkan tangannya, menawarkan sedikit bantuan kepada dirimu.
Kau tersenyum tipis--sangat tipis--, lantas menerima uluran tangannya dan berdiri dari posisi dudukmu.
Mata kalian saling memandang satu sama lain selama beberapa detik. Han tersenyum, begitu pula dengan dirimu.
Rumor yang terdengar olehmu tidak bohong sama sekali. Sosok ini, sosok Han Jisung benar-benar sosok yang baik dengan senyuman bagai malaikatnya.
Ya Tuhan, apakah benar dia seorang manusia?
"[ Name ]-ssi, kau tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" Han beralih menggenggam pergelangan tanganmu, dan kau hanya bisa meringis pelan.
Benar-benar buruk. Han memegang luka bekas semalam tadi.
Han mengerutkan keningnya. Ditatapnya oleh pemuda itu bandana yang mengikat pergelangan tangan kanan mu dengan heran.
Sekali lagi ia menyentuhnya.
Dan dibalas ringisan kecil yang keluar dari bibirmu.
Shit.
Bodoh sekali kau membiarkan Han Jisung memegang dan menekan luka yang terbuka di pergelangan tanganmu itu.
"Kau... baik-baik saja?" kening Han mengerut, pertanda heran karena kamu seringkali meringis pelan kala ia menyentuh pergelangan tanganmu.
Kamu mengangguk, lalu menarik paksa tanganmu dari genggamannya.
Namun Han kembali meraih tanganmu, menyingkap bandana yang melingkar di pergelangan tangan itu, dan mematap banyaknya luka sayat di sana. Entah itu yang telah tertutup, atau yang masih baru.
Kening Han kembali berkerut. Netranya beralih ke arah wajahmu yang kini telah berkeringat dingin.
"Apa kau baik-baik saja dengan semua luka ini?" tanyanya, lembut. "Kenapa ini? Selfharm? Atau seseorang melakukannya padamu?" sambungnya, menutup kembali pergelangan tanganmu menggunakan bandana.
"Apa aku harus menceritakannya padamu?"
Han menggeleng. "Jika kau tidak ingin, maka jangan ceritakan. Tapi jika kau memerlukan seseorang untuk mendengar keluh kesah mu, datanglah padaku." Senyum lembutnya masih terukir di wajah pemuda itu. Detik berikutnya tangan Han mengusap lembut pipimu. "Aku tidak akan mengatakannya pada siapapun."
"Apa aku bisa percaya padamu?"
"Kau bisa percaya padaku, Sweety."
KAMU SEDANG MEMBACA
TDS ( 1 ) - Tentang Dia [ Han Jisung ] [ ✔ ]
FanfictionTidak ada yang sebaik dia di dalam hidupku.