Han membenarkan pakaiannya yang terlihat kusut. Sudah dua minggu semenjak kejadian itu, keadaan Han sudah pulih walaupun tidak benar-benar pulih mengingat jika kondisi Han saat ditemukan sangatlah mengenaskan. Chan sendiri sudah sadar dari masa koma nya, namun ia masih belum bisa kembali beraktivitas karena pemuda itu membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk memulihkan diri.
Saat ini, Han bersama dengan Felix berniat untuk pergi ke kediaman keluarga Seo untuk mengambil kembali apa yang sudah menjadi milik Han. Tentu Hwang Hyunjin tidak ikut dengan hal ini. Pemuda itu hanyalah seorang pelajar yang tidak tahu menahu mengenai senjata api, ataupun seni bela diri lainnya. Ingin ikut pun percuma, Hyunjin hanya akan membebani keduanya.
Tanpa adanya Chan disamping Han pastinya membuat hal ini sedikit rumit. Han sendiri sebenarnya tidak terlalu pandai dalam seni bela diri atau apapun itu namanya. Jadi doakan saja Han kembali dengan selamat tanpa adanya luka yang fatal.
"Tapi Han, apa kau sudah benar-banar yakin jika [ Name ] ada di kediaman Seo?"
"Maksudku, [ Name ] itu tahanan, kan? Apa iya seorang tahanan dibiarkan tinggal di kediaman utama?" Felix melanjutkan maksudnya saat melihat kerutan pada wajah Han, membuat pemuda berpipi tembam itu kembali memeriksa layar monitornya.
"[ Name ] ada di sana, di kediaman utama. Aku yakin itu."
Felix merotasikan bola matanya malas. Jika sudah begini, apa yang dikatakan Han tidak bisa dibantah lagi. Oleh karena itu, Felix hanya menghela nafas pasrah dan menganggukkan kepalanya paham.
Biarkan saja Han bertindak sesuka hati. Biarkan Han memegang kendali. Felix percaya jika Han mampu mengatasi semua hal itu walaupun terkadang Han sering bertindak bodoh.
BRAK!
Han menendang pintu utama dari rumah kediaman keluarga Seo, membuat Felix dibelakangnya menepuk kening seraya menggeleng-gelengkan kepala. Lihatlah tindakan bodoh yang dilakukan Han ini. Tidak seharusnya dia masuk secara terang-terangan ke kediaman musuhnya. Hal itu hanya akan membuatnya tertangkap sia-sia.
Seharusnya Felix tidak mempercayai Han saat itu. Ia seharusnya tetap bersikukuh memegang kendali daripada Han yang melakukannya. Beginilah hasilnya jika membiarkan pemuda itu memegang kendali.
Felix mengumpat. Ia mendorong tubuh Han untuk berlindung dibalik dinding kala sebuah peluru melesat ke arah mereka.
Sialan.
"Bisakah kau tidak bertindak bodoh sehari saja????"
Han terkekeh. Ia mengusap belakang kepalanya dengan canggung sebelum akhirnya bibirnya bergerak tanpa suara membentuk kata maaf.
Persetan dengan itu, Felix tidak peduli. Ia memilih untuk keluar dari tempat persembunyiannya setelah meminta Han untuk tetap bersembunyi. Pemuda pemilik marga Lee itu menatap dua orang bodyguard berbadan besar dan tinggi dihadapannya. Ia menghela nafas sesaat, hingga akhirnya berlari ke arah dua orang tersebut.
Felix melompat kesamping kiri guna menghindari peluru yang kembali melesat ke arahnya. Dengan kaki yang masih fokus berlari, pemuda itu sesekali melompat dan menghindar dari beberapa tembakan yang diberikan. Hingga dirinya sampai di depan kedua orang tersebut, ia pun melompat dan menendang keduanya tepat diwajah, membuat mereka terpental begitu saja.
Han bersiul melihat tindakan Felix. Ia memang selalu tahu jika Felix pandai dalam hal ini. Anehnya, Felix tidak pernah memperlihatkannya. Bahkan saat pemuda itu ditindaspun, ia hanya diam, dan menjawab dengan senyuman yang masih terpatri di wajah tampannya.
Han tersenyum mengingat itu, mengingat awal mula ia bertemu dengan Felix, saat pemuda tampan itu sedang duduk memeluk lutut dengan beberapa orang mengelilinginya serta memberikan tendangan-tendangan di tubuh ringkih itu.
"Kau membawa siapa lagi untuk melawanku, eh?"
Tubuh Han tidak breaksi. Ia terdiam di tempat dengan kepala yang perlahan menoleh ke arah dimana asal suara itu berasal. Di sana ada Changbin dan Minho, berdiri dengan bersedekap dada.
Felix tersenyum geli karena ucapan yang baru saja Changbin ucapkan. Ia kembali berjalan menghampiri Han yang masih terdiam ditempatnya, dibalik dinding yang membatasi pemuda itu dengan Changbin dan Minho. Felix menarik kasar tangan Han, membuatnya mau tak mau harus melangkah keluar dari tempat persembunyian.
Baiklah, keduanya sama-sama bodoh.
Seharusnya mereka menunggu Chan sampai benar-benar pulih agar bisa memegang kendali dengan benar. Lihatlah apa yang dilakukan Felix juga. Mengeluarkan Han dari tempat persembunyiannya sehingga bisa dengan mudah dibunuh oleh Changbin dan Minho?
Pintar sekali.
"Lama tidak bertemu, brengsek." Felix merangkul pundak Han. "Bagaimana kabarmu, eh?" sambungnya seraya melihat Minho yang masih berdiri di depan.
Minho tidak menjawab. Tatapan pemuda itu terlihat begitu sayu dengan kantung mata di sana. Ia menghela nafas pelan, kemudian mendongakan kepalanya untuk menatap sang adik yang kini mulai berani untuk memberontak.
"Hentikan ini, Lix. Ayo pulang?"
"Tidak, terima kasih. Aku sudah bukan bagian keluargamu lagi." Pandangan Felix berubah menjadi datar. Jemari tangannya siap menarik pistol yang sedaritadi masih tersimpan pada saku celananya.
"Kak Changbin, berisik! Apa yang sedang kalian lakukan di bawah--"
KAMU SEDANG MEMBACA
TDS ( 1 ) - Tentang Dia [ Han Jisung ] [ ✔ ]
FanficTidak ada yang sebaik dia di dalam hidupku.