"Kak Changbin, berisik! Apa yang sedang kalian lakukan di bawah--"
Han sontak menolehkan kembali kepalanya. Ditatapnya sosok yang selama ini ia rindukan. Degup jantungnya tak lagi berjalan dengan normal. Han ingin ke sana sekarang, berlari menghampiri dan memeluk tubuhmu dengan erat.
Tapi tinggu....
'Kak Changbin?'
"[ Name ]?" panggil Han perlahan, mencoba memastikan bahwa gadis yang berdiri di belakang Changbin dan Minho benar-benar dirimu.
Dan senyuman diwajah manis itu merekah tepat melihat Han datang untuk menemui.
"Han!" pekikmu girang. Kamu segera berlari menghampiri Han di sana tanpa mempedulikan sosok Changbin dan Minho yang masih berdiri tanpa berniat melakukan sesuatu. "Bagaimana keadaanmu? Maafkan aku karena tidak bisa berada di sana saat keadaanmu tidak sedang baik-baik saja," celetukmu, melompat ke arah Han yang dengan sigap menangkap tubuhmu.
Han tidak mengeluarkan suaranya. Ia masih sibuk dengan kejadian yang baru saja terjadi di depan matanya.
Seorang [ Surname ] [ Name ] menjadi ceria begini, bagaimana mungkin bisa?
Dan bagaimana mungkin Changbin serta Minho tidak melakukan tindakan apapun?
"Aku tahu kau pasti bingung dengan [ Name ] sekarang." Changbin membuka suaranya. Senyum tipis ia berikan untuk Han yang masih menatapnya dengan heran.
"Bukan itu. Anu... itu... 'Kak Changbin'?" Han tampak kebingungan. Ia melihat Changbin dan kamu secara bergantian.
"Apa? Sudah sewajarnya bukan seorang adik memanggil kakaknya seperti itu?"
Keheningan melanda.
Han menangkup kedua pipimu, menatap manik kelabu itu dengan begitu dalam seakan meminta penjelasan darimu yang tampak tersenyum lebar.
"Akan kujelaskan, tapi sebaiknya kalian masuk ke dalam. Aku juga akan meminta pelayanku untuk membawakan beberapa camila--"
"AKU TIDAK BUTUH ITU, SEO CHANGBIN!"
Tapi disinilah Han berada, duduk manis di ruang tamu dengan beberapa piring camilan dan cangkir cokelat hangat di atas meja. Han sendiri mengumpati hal ini.
Bagaimana bisa yang awalnya berbiat membunuh Seo Changbin, malah menjadi bertamu ditambah dengan disuguhi beberap camilan yang menggugah selera?!
Terkutuklah wahai saudara Changbin yang sudah meruntuhkan iman seorang Han Jisung!
"Aku dan [ Name ] adalah kakak--"
"Aku tahu, tapi kenapa bisa?"
Changbin mengusap puncak kepalamu yang duduk disampingnya, mengabaikan atensi Han yang sudah memandang Changbin dengan hawa membunuh. "Kami dipisahkan saat sejak kecil karena kondisi keuangan orangtua kami."
"MAKSUDKU, BAGAIMANA BISA KAU TAHU KALAU [ NAME ] ADALAH ADIKMU?! DAN HEI, LEPASKAN TANGAN KOTORMU DARI KEKASIHKU!"
Felix disamping Han memilih untuk diam dan menikmati camilan yang tersedia. Ia lebih memilih menghabiskan semua camilan-camilan ini daripada harus menahan Han yang murka karena miliknya disentuh oleh sembarang orang. Felix juga mencoba untuk mengabaikan tatapan memohon milik Minho yang terarahkan padanya.
Jika keadaannya seperti ini, memang sangat merepotkan bagi Felix.
"Tes DNA, tentu saja." Changbin menyandarkan punggungnya. "Aku tahu semua informasi tentang adikku dari pelayanku. Ternyata ciri-cirinya sama seperti [ Name ] yang saat itu adalah tahananku. Dan beginilah akhirnya, dia menjadi gadis yang ceria."
Han memijat pelipisnya. Semua ini terasa membingungkan bagi Han. Ia masih belum menerima fakta bahwa kekasihnya ternyata adalah adik dari rivalnya sendiri. Beruntung saja Han tidak langsung menembak Changbin disaat itu juga.
"Lantas kenapa kau tidak segera memberitahuku atau membiarkan mengantarkan [ Name ] ke kediamanku?"
Kening Changbin berkerut. "Tentu saja aku tidak mau. Kakak mana yang tega membuang adiknya sendiri? Kecuali dia, tentu saja," cibirnya seraya melirik Minho yang tak bersuara sedaritadi.
"Brengsek."
Jujur saja, Han ingin mengamuk saat ini juga, namun ia urungkan karena ada kamu di sana. Setidaknya jangan biarkan image kalem Han hancur dimatamu.
"Lalu kenapa manusia ini ada di sini? Jangan katakan padaku kalau kau sudah berjanji padanya untuk dijodohkan dengan adikmu jika adikmu itu sudah ditemukan."
"Tentu saja tidak. Darimana pemikiran kolotmu itu, Han?" kening Changbin semakin berkerut mendengar celotehan Han yang bisa dibilang tidak masuk akal sama sekali. "Dia ke sini hanya untuk meminta pendapatku tentang adiknya yang baru saja mencoret diri dari kartu keluarga."
"Aku tidak pernah berpikir akan ada manusia seperti itu. Dan bodohnya, Lee Minho ini tetap diam di tempat tanpa berniat untuk menghentikan adiknya. Keduanya sama-sana idiot kurasa."
"Dan kau tahu, Changbin? Orang yang kau maksud ada di sini." Han mengerling ke arah Felix yang terlihat telah kesal dengan segala sesuatu yang terjadi. Felix bahkan memilih untuk tidak mendengarkan dan berfokus pada ponselnya.
"Oh, dia?" pandangan Changbin beralih pada Felix. "Kalau begitu, kembalilah. Minho benar-benar membutuhkanmu."
Gerakan tangan Felix terhenti. Ia mendongakkan kepalanya menatap Changbin yang kini sudah memandangnya penuh harap. Setelah itu, ia beralih pada Minho yang masih memandangnya memohon.
Demi apapun, Felix muak dengan semua pandangan tersebut. Maka dari itu, ia hanya menjawab 'ok' sebelum akhirnya kembali fokus kepada ponselnya yang telah menampilkan game.
"Lupakan itu, Changbin. Kembalilan [ Name ] padaku."
"Tidak sebelum kau datang kembali dengan tujuan melamarnya."
Si sialan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TDS ( 1 ) - Tentang Dia [ Han Jisung ] [ ✔ ]
FanfictionTidak ada yang sebaik dia di dalam hidupku.